48. Rapuh

129 17 39
                                    

Play this song ( Yesung - it has to be you)

"Ehm, sudah waktunya aku pergi untuk menjemput Hyunjin. Terima kasih atas traktirannya. Kapan-kapan ayo kita mengobrol lagi," ajak Hana yang hanya sekedar basa-basi. Duality seorang Park Hana memang tak main-main. Hanya dalam sekejap ia bisa mengubah ekspresinya dengan raut wajah yang lebih menyenangkan. "Aku bawa jas suamiku. Terima kasih kau sudah mau mengembalikannya," senyum Hana untuk kesekian kalinya. 

"Park Hana-ssi," panggil Hyeri. Hana pun menghentikan langkahnya dan berbalik melihat ke arah wanita itu. Kedua alisnya terangkat, seolah mengatakan ada apa pada sekretaris suaminya ini. "Entah kenapa aku merasa kau bukan seperti Hana yang aku kenal hari ini. Apa ada hal yang mengusikmu?"

"Benarkah, tapi aku merasa semua baik-baik saja. Ehm, tidak ada hal yang mengusikku tapi jika memang itu terjadi. Aku tidak akan tinggal diam dan membuat pembalasan setimpal pada orang yang mengganggu ketentraman hidupku terlebih rumah tanggaku!" jawabnya tegas. Seolah ucapannya sebuah kode pada Hyeri untuk segera menjauh dari suaminya sebelum ia bertindak kasar. 

 Jung Hyeri terdiam menatap Hana dengan tatapan tak bersahabat. Pandangan mata sinisnya seolah mengajak ibu dari Hyunjin itu untuk berkelahi. Jika ia mau, Hana bisa melayani ekspresi tak menyenangkan wanita bermarga Jung itu. Namun, Hana memilih untuk berbalik, berjalan jauh meninggalkan Hyeri sendirian di salah satu meja cafetaria. Senyuman yang ia sunggingkan pun menghilang karena memang sedari awal itu hanyalah sebuah kepalsuan. Entah sudah berapa kali ia membuang dan menarik napas untuk menenangkan diri. Park Hana butuh tempat sendiri untuk meluapkan segala rasa sakit yang sudah menggerogoti seluruh hatinya yang terluka. Ia sudah tak sanggup untuk berpura-pura lagi, pertahanannya pun hancur. 

Tak ingin menjadi pusat perhatian karena matanya yang memerah menahan tangis. Park Hana segera memasuki sebuah pintu tangga darurat yang sepi dari lalu lalang banyak orang. Bersamaan dengan tertutupnya pintu, Hana menyandarkan tubuhnya di dinding. Luka yang ia tahan akhirnya bisa sedikit terobati dengan tangis yang memilukan. Wanita itu membekap mulutnya dengan kedua tangannya sendiri agar tak bersuara. Banyaknya air mata yang berlinang membuktikan betapa besar cintanya pada Seokjin. Tapi kenapa Seokjin tak memiliki perasaan yang sama padanya? apa yang kurang dalam dirinya? Banyak hal yang ia korbankan untuk suaminya namun inikah balasannya? Jika memang cintanya sudah tak berpihak padaku apa yang bisa aku lakukan? Jika hatinya tak lagi tertuju padaku apa yang bisa aku usahakan? Jawabnya tak ada, Batin Hana.

Semakin Hana meluapkan semua yang ia rasakan, sayatan dalam hatinya semakin terbuka lebar. Ia berpikir dengan menangis maka semuanya akan selesai. Namun, pemikiran itu salah besar. Park Hana sudah tak sanggup, kakinya pun mulai melemas. Ia terduduk tak berdaya di lantai ruang tangga darurat. Tangisnya tak lagi ia tahan. Peduli setan jika memang ada orang di luar sana yang mendengarnya. Ini kali pertama seumur hidup Hana menangis sehisteris itu. Dan, apa yang menjadi rasa khawatirnya pun terjadi. Seseorang laki-laki dari luar masuk ke dalam ruang tangga darurat untuk mengecek apa yang terjadi. Apakah dia tidak salah dengar? Betapa terkejutnya pria itu ketika mengetahui Hana menangis seorang diri dengan tas jinjing putih berisikan jas yang berserakan. 

"Omo, Nyonya Park, Apa yang terjadi? kenapa Anda menangis?" tanyanya.  

Pernah mendengar tidak jika kau menanyakan keadaan orang yang sedang bersedih atau menangis, bukannya berhenti tetapi malah membuat mereka lebih menangis lagi. Begitulah, yang dirasakan oleh pria itu. Berkat kedatangannya, Hana seolah menemukan orang yang mau mengerti kesedihannya. Alih-alih panik, wanita itu menatap sendu pria ini dengan wajah sembabnya. Merasa orang inilah yang dapat menolongnya dan bisa dipercaya. Dan Hana pun  meminta bantuan Minho.

 BROKEN (MARRIAGE LIFE) Where stories live. Discover now