36. Bohong

110 21 18
                                    

“Lalu, kau ingin aku bagaimana jika ia pingsan saat lembur?” debat Seokjin. Namjun mengerutkan kedua alisnya. Jujur apa yang dikatakan Seokjin memang masuk akal tapi entah kenapa hatinya tak yakin dengan jawaban sahabatnya. 

“Entah kenapa aku merasa kau sedang berbohong padaku, Seokjin-ah,” ucap pria manis itu tanpa basa-basi lagi. Mendengar perkataan Namjun, Seokjin hanya tertawa kecil untuk menghilangkan rasa gugupnya. 

“Yak, tolong hilangkan pikiran kotormu itu. Aku dan Hyeri tak seperti yang kau bayangkan. Maaf jika aku menyuruhmu datang karena tak ada lagi orang lain yang Hyeri kenal di Seoul kecuali kita berdua. Aku pulang dulu, Namjun-ah. Hana sedang menungguku di rumah,” ujar Seokjin sembari mengambil jas yang tergeletak begitu saja di sofa. Saat Seokjin baru berjalan beberapa langkah. Namjun menghadang langkah Seokjin dengan memegang lengan bawahnya sembari menatapnya tajam. Begitu pula dengan suami Park Hana yang balik memandang Namjun dengan serius. 

“Aku mempercayaimu, Seokjin-ah,” tegas Namjun. 

Terlihat seperti kalimat sederhana akan tetapi ada suatu makna yang dalam diucapan mantan kekasih Hana ini. Kata percaya yang keluar dari mulut Namjun lebih terlihat seperti sebuah ancaman bagi Seokjin. Tatapan pria itu seolah mengatakan ‘aku percaya padamu tapi jika kau berbohong tamatlah riwayatmu’ hal ini tentu membuat suasana diantara mereka sedikit menegang. Seokjin tak mau terpengaruh dengan gertakan sang sahabat. Ia memilih untuk bersikap rileks, terlihat lebih santai, dan senyum yang lepas. 

“Aku tahu, Namjun-ah,” ujar Seokjin seraya menepuk pundak sahabatnya lalu pergi meninggalkan Namjun sendirian di ruang pasien. 

***** 

Di ruang makan sebuah rumah bergaya american style terlihat seorang wanita berambut panjang tengah menatap nanar meja makan yang penuh dengan sebuah kue dan makanan enak yang lain. Matanya yang indah melihat sedih jam dinding jam yang sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Helaan napas panjang berkali-kali tak bisa ia hindari sebagai penghilang rasa kecewa. Hatinya semakin tersayat ketika melihat sang putri tertidur di sofa ruang tengah dengan selimut yang menghangatkan tubuhnya. Setetes air mata pun akhirnya jatuh. Sakit rasanya ketika apa yang sudah Hana persiapkan hampir satu hari ini sia-sia. Yang lebih menyakitkan adalah ketika Hyunjin dengan semangat menghias satu dinding rumah untuk merayakan hari jadi pernikahan kedua orang tuanya. Walau hiasan itu lebih seperti hiasan ulang tahun dengan balon warna-warni dan kertas yang mengkilap namun Hyunjin mencurahkan segala kasih sayangnya. 

Eomma, appa pasti akan menyukainya, kan? 

Aku yakin appa pasti suka. 

Sebuah kata yang berkali-kali putri kecilnya ucapkan. Sebegitu sayangnya Hyunjin pada sang ayah. Namun, segala usahanya menjadi tak berarti. Hana hanya takut melihat kesedihan sang malaikat kecilnya. Takut putrinya akan menangis karena rasa kecewa. Sebelas tahun pernikahan, ini kali pertama Seokjin tak bisa datang ke acara spesial yang sudah menjadi agenda tahunan dalam rumah tangga. Ini juga kali pertama suaminya lebih mementingkan pekerjaan daripada keluarganya. Sekarang apa yang Hana lakukan? bahkan menangis pun tak akan membuat waktu kembali berputar. 

Melihat kue perayaan yang ia buat bukan lagi rasa senang yang ia rasakan melainkan rasa benci yang amat sangat. Hana beranjak dari tempat duduknya seraya mengambil kue yang ada di atas meja. Langkah kakinya yang serampangan membawa Hana ke suatu tempat. Ia membuka tempat sampah yang ada di sudut dapurnya lalu membuangnya dengan penuh amarah. Napasnya naik turun menahan semua gejolak emosi yang mengumpul di dadanya. Hana pun menangis sejadi-jadinya. Kenapa Seokjin mengingkari janji? seharusnya dia bilang saja kalau tak bisa datang. Jadi, dia tak perlu repot-repot menyiapkan semuanya terlebih putrinya, Baek Hyunjin. Bersamaan dengan emosinya yang meluap Hana mendengar seseorang sedang mencoba memasukan nomor sandi rumah. 

Emosi Hana semakin menjadi ketika tahu siapa orang itu. Siapa lagi? karena tak ada orang lain yang tahu kata sandi rumah ini kecuali penghuni rumah ini. Dari kejauhan Hana melihat wajah suaminya yang menatapnya dengan tatapan kaget. Mata tajam Seokjin kini beralih ke tempat sampah di samping istrinya yang sudah berisi kue. Tatapan Hana sangat menakutkan. Ini baru pertama kalinya ia mendapat tatapan menyeramkan dari sang istri dengan mata yang sembab karena tangis. Kini pandangan Seokjin berganti melihat seisi meja makan yang penuh dengan makanan enak. Semuanya masih tak tersentuh.   

“Hana-ya,” panggilnya lembut. Tenggorokan Seokjin tercekat menahan tangis. Ia membayangkan betapa repotnya Hana dengan semua ini. Tak lupa juga hiasan dinding yang Hyunjin buat. Tertera juga sebuah tulisan di sana. Dari Hyunjin untuk ayah dan ibu. Tangis Seokjin pun akhirnya pecah melihat usaha yang dilakukan oleh putri kecilnya. “Hana-ya, maafkan aku,” ucap pria tampan itu dengan penuh rasa bersalah. 

Wanita bermarga Park itu tak menggubris permintaan maaf suaminya. Ia berjalan melewati Seokjin yang berdiri dengan penuh penyesalan menuju ke arah buah hatinya yang sedang tertidur pulas. Hana menggendong Hyunjin dengan maksud untuk memindahkan anak semata wayangnya ke kamar agar tidur lebih nyenyak. 

“Sayang,” panggil Seokjin sekali lagi yang berhasil membuat Hana menghentikan langkahnya. Tatapan mata yang menakutkan masih bisa Seokjin lihat dengan jelas.

“Diam kau. Aku tak mau mendengar penjelasan apapun darimu,” jawab Hana penuh keyakinan dengan amarah yang masih meluap. 

“Banyak pekerjaan kantor yang tak bisa aku tinggalkan,” ucap Seokjin mencoba menjelaskan alasannya walau itu bohong. 

“Sejak kapan pekerjaan kantor lebih penting dari keluarga bahkan di hari jadi pernikahan kita? Kalau kau tak ingin ada acara katakan dari awal agar aku tak perlu repot-repot menyiapkan semuanya. Tak apa jika aku lelah seharian tapi apa kau tak kasihan dengan putrimu yang sudah berusaha keras untuk hari pernikahan kita,” ucap Hana dengan suara bergetar masih dengan menggendong putrinya.. Mata Hana yang indah pun penuh dengan derai air mata kekecewaan. “Aku benar-benar kecewa padamu, Seokjin-ah.”

“Sayang, aku benar-benar minta maaf,” mohon Seokjin. 

“Untuk sementara jangan ajak aku bicara.”

Ujar Park Hana seraya berjalan menjauh meninggalkan Seokjin sendirian di ruang tengah. Wanita itu berjalan ke lantai atas menuju ke kamar Hyunjin. Untuk malam ini Hana tak ingin tidur satu kamar dengan sang suami. Ia lebih memilih tidur bersama Hyunjin. Ini juga kali pertama Hana melakukan hal semacam itu selama sebelas tahun menjalani pernikahan. Biasanya, jika mereka terlibat pertengkaran kecil Hana masih enggan untuk tidur bersama suaminya karena pertikaian keduanya tak berlangsung lama. Amarah yang luar biasalah yang sampai membuat Hana setega ini. 

Jangan bayangkan bagaimana wajah Baek Seokjin ketika ia tahu bahwa untuk pertama kalinya mereka tidur di ranjang terpisah. Dalam kesunyian malam yang gelap. Seokjin tampak begitu sedih dan lesu di kamar sendirian. Seokjin tak menyangka pertengkaran mereka akan sampai sejauh ini. Ia juga sudah membujuk Hana. Memanggil namanya berkali-kali dari luar kamar Hyunjin namun hasilnya nihil. Semua memang kesalahannya yang lebih mementingkan wanita lain daripada keluarganya sendiri. 

Lantas apakah kesedihan dan penyesalannya akan membuat Seokjin sadar bahwa menjalin hubungan dengan Hyeri adalah sebuah kesalahan besar? tentu saja tidak. Seokjin tak merasa ada yang salah dengan hubungannya bersama Hyeri. Tapi keputusan dia untuk memilih menemani kekasihnya disaat hari jadi pernikahannya lah yang salah. Dalam benak Seokjin seharusnya ia pulang lebih awal hari ini sesuai janjinya dan bisa menemani Hyeri besok. Begitulah, jika dibutakan oleh cinta. Otak seolah tak bisa lagi membedakan mana yang benar dan mana yang salah. 

TO BE CONTINUE

Perselingkuhan dan Kebohongan itu udah jadi paket lengkap

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Perselingkuhan dan Kebohongan itu udah jadi paket lengkap. Berani berselingkuh maka kau pasti  akan membohongi pasanganmu.

 BROKEN (MARRIAGE LIFE) Where stories live. Discover now