"Dan aku masih mencintaimu sampai detik ini," ucap Namjun tanpa malu. Hana tak berkutik. Kini pandangannya tertuju pada Namjun yang menatapnya tanpa berkedip. Dasar pria gila, batin Hana.
"Lalu apa yang kau harapkan dariku?"
"Tidak ada. Aku hanya ingin mengungkapkan semuanya padamu. Jangan khawatir aku bukan pria bodoh yang akan merebutmu dari Seokjin. Aku tak akan pernah menyakiti sahabatku sendiri," sahut Namjun. Park Hana tak tahu lagi harus berkata apa. Daripada dia tetap disini tapi tak waras lebih baik dia segera menjauh.
"Sepertinya tak ada lagi yang kita bicarakan. Kalau begitu aku pergi."
"Tunggu, jika memang tak mencintaiku lagi. Kenapa kau terlihat benci padaku? Kau belum menjawabnya?" tanya Namjun yang masih penasaran.
"Aku hanya benci orang yang mempermainkanku dan tak jujur padaku," jawab Hana yang kini mulai melangkahkan kakinya untuk menjauh dari seorang Seo Namjun
Kepergian Hana yang meninggalkannya sendirian membuat suasana tampak sunyi dan sepi bagi dosen muda itu. Walaupun sebenarnya hiruk pikuk suara tamu undangan dan musik hiburan menjadi penghias malam yang indah ini. Sungguh, jika hatinya bisa dibelah dan dilihat. Nama Park Hana masih terukir jelas di hatinya. Dia sama sekali tak menyangka jika Hana menikah dengan sahabatnya karena memang baru beberapa bulan terakhir ia pulang ke Korea. Walaupun begitu, demi Tuhan Namjun tak akan pernah berusaha merebut Hana dari sisi Seokjin karena baginya Seokjin merupakan salah satu orang terpenting dalam hidupnya. Sayangnya, Seokjin sama sekali tak mengetahui tentang masa lalu Hana dan pria bermata tajam itu. Dan juga alasan Namjun pergi meninggalkan Hana akan sangat panjang jika diceritakan.
*****
Pagi hari pun datang. Dimana acara ulang tahun Seo Namjun diadakan. Park Hana tampil begitu cantik dengan mengenakan cocktail dress berbentuk A-line berwarna abu-abu yang sedikit memperlihatkan belahan dadanya. Rambut panjang yang bergelombang ia geraikan begitu saja menjadikan Hana seperti seorang putri. Tak lupa juga tas cantik sebagai pelengkap penampilannya hari ini. Sedangkan Seokjin berpakaian layaknya pria pada umumnya yaitu setelan jas berwarna hitam. Hyunjin juga bak putri kecil dengan dress tutu warna abu seperti sang ibu.
Semua undangan saling bercengkerama satu sama lain. Begitu pula dengan Namjun yang mencoba mengajak bicara semua undangan walau hanya sekedar ucapan terima kasih karena menyempatkan diri untuk datang. Para pelayan pun dengan senang hati membagikan minuman, kue kecil, dan makanan lain dalam nampan mereka. Suasana yang ramah, acara yang menakjubkan, dan hiburan yang Namjun suguhkan membuat undangan tampak bahagia dan tak ada satupun rasa kecewa. Namun, suasana menjadi hening sesaat ketika seorang waiters tak sengaja menyenggol Seokjin serta menumpahkan beberapa minuman sehingga membuat jas ayah Hyunjin itu basah dan kotor.
"Omo, jeosonghamnida ... jeosonghamnida," katanya sedikit ketakutan dengan wajah menunduk. Pelayan perempuan itu pun buru-buru mengambil sapu tangan dari kemejanya lalu mengelap di bagian yang kotor.
"Ah, jangan berlebihan. Aku baik-baik saja. Ini tidak apa-apa," jawab Seokjin lembut.
Pelayan itu terbelalak ketika mendengar suara yang begitu ia kenal. Suara khas yang tak akan pernah ia lupa. Dengan mengumpulkan seluruh keberanian, wanita pelayan itu mendongakkan kepala seraya memandangi Seokjin. Dan benar, pemilik suara itu adalah seseorang yang pernah mewarnai hidupnya. Keduanya saling menatap dan tertegun satu sama lain. Namun, tak ada satu patah kata pun yang keluar dari mulut mereka.
Jung Hyeri, sebuah nama yang terbesit pertama kali di kepala Seokjin saat itu. Dia adalah sosok perempuan yang pernah membuatnya jatuh cinta dan sangat mencintainya. Namun, wanita ini telah mencampakkannya. Memilih meninggalkan Seokjin demi pria lain. Jujur saat itu Seokjin sangat terluka bahkan hidupnya terasa hancur karena Hyeri. Terlebih lagi ia adalah cinta pertamanya. Untunglah akal sehat Baek Seokjin masih ada. Pemuda tampan itu memilih untuk bangkit dan menjalani hidupnya dengan benar. Dan, pada akhirnya ia bertemu dengan Park Hana. Satu-satunya wanita yang bisa membuatnya lupa tentang Hyeri.
"Appa!" panggil Hyunjin dari kejauhan yang sedang mengikuti sang ibu berbincang dengan teman lama. Gadis kecil itu kemudian berlari mendekat ke arah Seokjin. Tak lupa juga dengan Hana yang mengikuti kemana putrinya pergi
"Yeobo," lirih Hana dengan penuh kasih sayang seraya menggandeng tangan sang suami dengan lembut. Mata wanita bermarga Park itu kini melihat ke arah Hyeri yang diam mematung di depan suaminya. Hyeri hanya diam melihat pemandangan bahagia keluarga kecil ini. Matanya melirik sekilas tangan Seokjin yang digenggam erat oleh sang istri. "Ada seseorang yang harus aku perkenalkan padamu. Dia teman lamaku," ujar Hana. Seokjin pun mengangguk dan mengikuti ke mana Hana pergi tanpa mempedulikan Hyeri.
Jung Hyeri tersenyum tipis melihat Seokjin dan keluarga kecilnya. Ada sedikit rasa iri dalam dirinya melihat kehidupan sang mantan yang bahagia. Mungkin ini salah satu hukuman dari Tuhan karena dia sudah meninggalkan pria sebaik Seokjin dan memilih pria lain. Sekarang lihatlah kehidupan rumah tangganya. Semuanya kacau, pria pilihannya tak sebaik yang ia kira. Bahkan sampai sekarang ia tak kunjung diberi momongan. Jika dipikir lagi mempunyai seorang anak itu mustahil dalam pernikahan yang berantakan. Bayangkan saja. Hyeri sering kali dipukuli oleh suaminya karena tidak memberikan uang gaji yang hanya akan dihabiskan untuk berjudi. Suaminya seorang mantan polisi yang dipecat secara tak terhormat karena skandal pelecehan dan sekarang pengangguran. Hobinya menghabiskan uang jerih payah Hyeri. Percuma tampan tapi tak memberikan nafkah buat istri.
*****
Sejak bertemu dengan Seokjin pikiran Hyeri semakin kacau bahkan perasaannya pun menjadi aneh. Detak jantungnya berdegup kencang seperti ia jatuh cinta pada mantan kekasihnya itu dulu. Wanita berambut pendek itu bergeming di hadapan kaca toilet perempuan. Matanya menitikkan cairan bening. Dirinya mulai berangan. Seandainya dia tak meninggalkan Seokjin mungkin hidupnya bahagia. Tubuhnya pun terawat dengan baik. Seolah ingin mengusir pikiran anehnya. Hyeri menyalakan keran di wastafel dan membasuh wajah cantiknya berkali-kali. Nyatanya wanita yang beruntung di sisi Seokjin bukan dirinya.
"Jung Hyeri," panggil seorang pria tiba-tiba. Wajah panik dan ketakutan perempuan bermarga Jung itu tak terhindarkan saat mendengar namanya dipanggil oleh seseorang yang paling ia benci. "Kenapa kau tak mengangkat telepon dariku? Jangan membuat kesabaranku habis," ujar pria itu yang sedari tadi memperhatikan Hyeri dari jauh selama bekerja.
"Untuk apa kau menghubungiku bahkan sampai datang kemari? Sudah aku bilang aku tak punya uang. Bukankah kau sudah mengambil semua gajiku beberapa hari yang lalu? Jangan mempermalukanku di tempat kerja," tegas Hyeri yang mencoba menahan amarah. Satu alasan kenapa ia masih bersikap baik disaat seperti ini karena dia takut dipukuli lagi. Memar di pelipis bibirnya lebih dari cukup.
"Aku tahu makanya aku datang ke tempat kerjamu untuk meminta hal lain," ucapnya enteng seolah dunia sudah ada di genggaman tangannya. "Itu, berikan untukku," ujar suami Hyeri yang menunjuk sebuah benda melingkar di leher istrinya.
Dia memang sudah gila. Ini sudah ke sekian kalinya suaminya itu meminta barang yang paling berharga selama hidupnya. Sebuah kalung yang merupakan peninggalan satu-satunya sang ibu yang diberikan kepada Hyeri saat masih SMA. Tentu ia menolak mentah-mentah permintaan suaminya yang bernama Kwon Sangyeob itu. Bahkan ia rela dihajar demi mempertahankan apa yang menjadi haknya.
"Sudah berkali-kali aku katakan bahwa aku tak akan memberikan ini padamu. Dasar bajingan," umpat Hyeri yang sudah tak bisa lagi bersabar.
Sangyeob tersenyum sinis mendengar berambut coklat itu mengumpat. Matanya pun mengisyaratkan kemarahan. Ia mencoba mendekatkan tubuhnya pada sang istri dan menarik rambut pendek Hyeri tanpa ampun. Pekikan suara kesakitan terdengar jelas di seluruh ruangan toilet yang sepi. Bukan malah takut tapi Hyeri berbalik menatap tajam Sangyeob dan meludahi wajah suaminya.
"Bunuh saja aku, brengsek!" gertak Hyeri dengan mata berkaca-kaca. Emosi Sangyeob semakin tak terkendali. Ia sudah tak lagi menjambak istrinya namun tangan kotornya kini berpindah ke leher Hyeri sambil mencengkeram kuat-kuat. Wajah wanita itu memerah menahan sakit dan tak bisa napas secara bersamaan.
"Kau pikir aku tak tega membunuhmu. Kau salah besar, Jung Hyeri," seru Sangyeob dengan senyum tipis yang menakutkan.
Tak disangka dan tiba-tiba, adegan kekerasan ini dilihat oleh seseorang tanpa sengaja. Mereka bertiga saling pandang, terdiam, dan hening selama beberapa detik. Namun, semuanya berubah rusuh ketika seseorang itu berusaha menolong Hyeri dari kekejaman pria bernama Sangyeob.
"Yak, apa yang kau lakukan? Lepaskan dia!" katanya panik seraya berusaha melerai dua orang di depannya. Sekuat tenaga ia mencoba menarik tangan Sangyeob dari leher Hyeri namun tak bisa karena tenaga laki-laki itu terlalu kuat.
Perbuatan orang itu tentu membuat amarah Sangyoeb semakin tak terkendali. Pria itu melepaskan tangannya dari leher Hyeri seraya menatap orang asing itu penuh kemurkaan. Jung Hyeri terengah-engah dan batuk karena cengkeraman suaminya. Kali ini ia berusaha menolong sosok yang mencoba melindunginya. Sayangnya, tenaga seorang pria bukanlah tandingan seorang wanita. Kali ini Hyeri ikut terpelanting ke lantai. Seorang yang mencoba menolong wanita bermarga Jung itu adalah Park Hana, istri Baek Seokjin.
Kwon Sangyeob layaknya psikopat yang mudah menyakiti fisik orang lain. Ia menjambak rambut Hana lalu menghempaskan tubuh istri Seokjin ke dinding. Benturan keras pun terjadi. Tak puas setelah membuat tubuh Hana terpelanting. Sangyeob masih memukul wajahnya dan membuat sebuah luka berdarah di bibir Hana. Ia juga menarik kerah baju Hana sambil mengatakan sesuatu.
"Siapa kau berani ikut campur urusanku!" gertak Sangyeob. Hana hanya diam karena sekujur tubuhnya terasa sakit. Tak disangka datanglah sebuah pukulan keras di pipi Sangyeob sehingga membuat pria gila itu tersungkur.
"Beraninya kau melukai istriku, bangsat!"
TO BE CONTINUE
Teruntuk mbak Hyeri gak usah iri sama kehidupan Seokjin, mantanmu. kamu sendiri ninggalin dia demi pria lain. Nyesel kan lo sekarang? Cowok baik2 lo tinggal demi laki macam Sangyeob.