🅳🅴🅰🆃🅷 🅰🅻🅱🆄🅼 ( 🅾🅽...

By SriWahyuni369717

4.9K 1K 678

# 1 novelmisteri (08 Agusrus 2021) # 1 tarbiyah (08 Agustus 2021) # 1 hikma (08 Agustus 2... More

PART 1. KEMBANG KANTHIL
PART 2. KETUKAN MISTERIUS
PART 3. CILUK...BAA!!
PART 4. PERKAMPUNGAN JIN?
PART 5. DIRASUKI (1)
PART 6. DIRASUKI (2)
PART 7. DIRASUKI (3)
PART 8.TARIAN MISTERIUS
PART 9. RUDIRA, BONEKA ARWAH?
PART 10. DIARY BERTINTA MERAH
PART 11. KUBUR 1
PART 12. KUBUR 2
PART 13. KUBUR 3
PART 14. DIBURU DENDAM 1
PART 15. DIBURU DENDAM 2
PART 16. DIBURU DENDAM 3
PART 17. KALI ARUM DHALU 1
PART 18. KALI ARUM DHALU 2
PART 19. TIPU DAYA IBLIS
PART 20. ENIGMA SI KEMBAR
PART.21. RUMAH BATU DI HULU
PART 22. DI ATAS ALTAR BATU
PART 23. MENJELANG PURNAMA
PART 24. MENJELANG PURNAMA 2
PART. 25 HEXAGRAM
PART 26.HEXAGRAM 2
PART 27.HEXAGRAM 3
PART 28. HEXAGRAM 4
PART 29. TANPA BAYANGAN
PART 30. RUQYAH
PART 31. SEPASANG JENAZAH
PART 32. BISIKAN GAIB
PART 34. MANEKEN ( 2 )

PART 33. MANEKEN ( 1 )

74 27 31
By SriWahyuni369717

*33.

( A/n. Isi part ini kolaburasi dengan Vega Pratama)

🍁

"Ngeeekk!"

Deritan pintu gerbang yang terbuka setengah menguak pintu image akan hal-hal berbau magis. Entah benar atau hanya perasaan Aksita Pradnya saja, sepertinya separuh gerbang itu terbuka sendiri. Seolah tahu kehadiran mereka dan menyambutnya.

Madya membawa motor matic itu memasukinya. Akshita Pradnya menjamahi tiap dimensi dari segala sisi.

Bulan separuh yang timbul tenggelam berenang dalam gumpalan awan hitam, suara burung yang entah apa namanya.

Semuanya begitu aneh, seperti memasuki dunia lain.
Bagaimana tidak aneh? Jalanan senyap yang mereka lewati untuk sampai di sini, suara-suara lain yang seolah lenyap. Lindap.

Dengan kabut tipis yang melayang-layang rendah. Udara dingin yang mengalirkan angin giris. Terasa miris.

Di hadapan mereka sebuah plang terpampang dengan tulisan "Toko baju Parang".

Para pembeli yang seperti zombi. Dan pramuniaga yang seolah bergerak slow melayani. Hanya imajinasi? Hanya delusi? Atau murni keanehan ini?

Maneken yang berjajar rapi dengan baju-baju yang modis dan kekinian. Dengan mata yang seolah hidup dan mengawasi.

Ava dan Akshita Pradya saling lirik heran. Bukannya tadi pria misterius itu mengatakan akan membawa mereka ke rumah? Mengapa malah ke toko baju? Khusus batik Parang ya? Atau kebanyakan yang di jual batik Parang?

Mata mereka mengamati aneka baju batik yang random, untuk anak-anak, pria, dan wanita.

"Bukan khusus batik, Nya. Itu ada lingerie, slip dress, cardingan, hoodie, sweater dan turtleneck."

Ava benar, bahkan ada blazer, vest dan blouse. Dan banyak lagi.

"Ayo, masuk!"

Suara bariton Madya menyadarkan mereka. Tanpa permisi memapah Akshita Pradya memasuki lorong temaram di sebelah kiri toko baju.

Akshita menoleh saat sisiran angin dingin yang daritadi mengikutinya tiba-tiba hilang. Sosok Mirna dengan wajah rusak itu tidak mengikutinya. Hanya menatapnya khawatir. Memberi isyarat dengan lambaian agar kembali dan tidak masuk. Seperti ada dinding tak kasat mata yang memaksa Mirna untuk stuck di tempat. Di luar area toko sosok Mirna seperti terpaku di bumi. Berkali berusaha maju tapi seperti terguncang sesaat, oleng. Seperti terbentur sesuatu. Tapi tetap berusaha berdiri walau goyah.

Sisiran angin dingin yang menguar menerbarkan aroma kembang kanthil yang sempat mereka lihat tumbuh subur di halaman.

Ava mengelus-elus lengannya, merinding. Entah karena dingin atau karena latar dan altar yang mereka tapaki.

Ubin beku bermotif geometric dan berwarna abu-abu. Sisi yang kelabu. Seperti dimensi waktu yang menipu.

Dan ketika mereka menapaki sebuah pintu,

"Dok ... Dokter Sasmita?"

Celangap Ava tak percaya. Akshita Pradnya terperangah. Dia? Dokter Sasmita? Yang pernah membimbing mereka di stase Psikiatri? Stase yang telah mereka lewati sebelum stase Forensik. Bagaimana bisa bersama pria misterius ini?

Dan mengapa dimata Akshita Pradnya dr. Angela Sasmita, sp. Kj tampak aneh? Seperti ada dua. Atau mata Akshita yang rabun? Bukankah yang berkaca mata Ava? Bukan dirinya?

'Dunia sempit ya? Dramatis cara kalian ketemu suami saya."

Sebuah prolog yang menohok. Dan membuat mimpi Akshita teronggok. Tak elok rasanya jika menertawakan diri sendiri dalam situasi seperti ini.

Ava hanya mangap. What? Pria ganteng itu suami dr. Sasmita? Kok bisa?

.
.
***

Aksihta Pradnya mengamati lengannya yang memar membiru. Dalam dunia medis ia tahu itu terjadi karena pecahnya pembulu darah kecil. Di sebut dengan Purpura simplex.

"Elo udah cek, Nya? Ati-ati lho. Bisa indikasi penyakit tertentu," Ava mengingatkan. Akshita Pradnya menghela napas berat. Ia juga tahu, bisa saja ini Hemofilia ( kurangnya protein tertentu dalam tubuh ), Purpura Dermatitis (gangguan pembulu darah yang yang di sebabkan pembulu darah merembes keluar dari pembuluh darah kapiler ), bahkan bisa jadi karena diabetis tipe 2.

Tapi Akshita Pradnya ingat kata-kata Dhaniel, salah satu teman KoAssnya yang sepertinya nyasar ke fak. Kedokteran. Karena lebih menyukai hal-hal mistik. Bahkan memiliki cincin batu akik. Yang katanya punya ruh.

"Di jilat jin itu, Nya."

Benarkah? Akshita menjamahi seluruh dimensi kamar kostnya. Remang dan temaram meski bola lampunya sudah di ganti.

Dijilat Jin? Akshita Pradnya tertawa geli sekaligus ngeri. Ingatannya melayang dan jatuh pada peristiwa aneh yang ia alami bersama Ava.

Jatuh dari motor. Di tolong suami dr. Sasmita. Di bawah ke ruko yang ternyata milik salah satu keluarga suami dr. Sasmita.

'Ini bu Shindu, sudah seperti ibu kami."

Saat itu dr. Sasmita mengenalkan mereka pada perempuan cantik dengan sanggul lebar beruntai melati segar.

Memakai jarik parang dalam bentuk rok. Memakai kebaya hitam dengan bordil perak di pinggirannya. Tampak anggun dan cantik.

Dan darah Aksita Pradya seolah berhenti. Bu Shindu? Bukannya itu nama yang di sebut Mirna dan katanya berbahaya?

Berbahaya dari mana? Orangnya sangat ramah. Murah senyum. Meski tatap matanya seolah memiliki daya magis yang luar biasa.

Dan jamahan tangannya terasa begitu dingin saat membantu dr. Sasmita membersihkan lukanya sebelum di jahit.

Dan yang paling aneh saat dr. Sasmita bertemu mereka lagi di rumah sakit tampak seperti tidak mengenali mereka. Seolah tidak bertemu sebelumnya. Seolah beliau adalah Sasmita lain. Terbayang apa yang terjadi hari itu sebelum mereka melewati stase mata.

"Kita kemarin malam di tolongin suami dokter."

Ava yang berusaha menjelaskan sambil nyengir saat dr. Sasmita tampak bingung.

"Ooh," jawaban oh panjang itu dengan ekspresi yang bingung. Namun senyum tetap berusaha tersungging dan basa-basi mereka sekarang di stase apa.

"State mata, Dok," jawab Ava dengan senyum. Mereka memang akan mengikuti dr. Erina Lupita, Sp. M. Ini stase minor.

Tinggal beberapa stase minor yang harus mereka lewati. Mereka sudah melewati stase THT, stase neurologi ( saraf ), stase anastesi, stase kulit dan kelamin, stase psikiatri, stase forensik, sekarang stase mata.

Tinggal stase Gigi dan mulut, stase radiologi akan menjadi stase terakhir.

"Dokter Sasmita kok beda ya, Va?"

Akshita Pradya bertanya, Ava berkerut heran, beda gimana?

"Auranya lebih tenang," jawab Akshita sambil mengamati cahaya warna-warni di tubuh Sasmita. Lebih keunguan. Dari pada medan elektro magnet yang ia lihat kemarin malam. Hitam pekat. Berpendar di sekitar tubuh Sasmita. Dan sangat dingin. Tapi hari itu? Teduh dan sejuk. Dan,

"Brug!"

Sebuah suara membuat lamunan Akshita Pradya buyar. Suara benda jatuh? Akshita bangkit dari duduknya. Sepertinya di depan pintu kamar kostnya. Ia buka tidak ya?

Deg!

Deg!

Deg!

Detak jantungnya berdetak kencang. Berani buka atau tidak ya? Akshita menimbang-nimbang keberaniannya. Ia takut kejadian itu akan terulang. Dan ia akan melihat ...?

"Ngeeek!"

Deritan pintu yang begitu ganjil. Angin mengalir giris. Koridor yang temaram dan di selimuti kabut tipis yang melayang-layang rendah. Dingin yang beda.

Tak ada apa-apa. Tak ada siapa-siapa. Akshita menghela napas lega. Menutup pintu. Akan tetapi,

Deg!

Jantung Aksita amblas. Saat pintu tak bisa tertutup. Terganjal sesuatu yang membuat napasnya memburu.

Maneken tak utuh belepotan darah. Entah kemana satu lengannya, pakaiannya koyak moyak bersimbah darah, pun di bagian mulut dan matanya. Berlelehan darah yang masih segar.

Dengan cepat Akshita mengambil sapu lantai. Berusaha ia singkirkan benda mengerikan yang tiba-tiba muncul itu dengan sapu. Ia dorong-dorong kasar agar bisa keluar. Tapi tak bisa, seolah benda seukuran dirinya itu bernyawa dan beratnya setara dengan manusia dewasa.

Akshita menjeris histeris saat kepala meneken tiba-tiba copot dan menggelinding begitu saja. Mendarat di ujung kakinya dengan mata melotot hebat. Belepotan darah segar.

"Aaaaaahh .. !"

"Nya! Ada apa? Mengapa teriak?"

Ava, di sisinya. Mengguncang bahunya kasar. Bertanya panik. Akshita menggeleng-geleng dengan raut kisruh. Ia tidak sendirian di kamar? Tak ada maneken? Tak ada ceceran darah.

.
.
***

Stase mata hari ini mereka lewati lagi, meski lelah karena kurang tidur Akshita tetap berusaha terlihat normal. Meski sejak pulang dari toko baju Parang itu ia sering di bayangi maneken aneh. Dalam mimpi tiba- tiba muncul. Yah! bagi orang lain itu delusi dan imajinasi. Ketika tiba-tiba ada maneken di sisinya saat ia terbangun dari tidur, atau tiba-tiba ada potongan tangan maneken saat ia membuka pintu kamar mandi.

Bagi Akshita stase mata adalah bagian yang rumit. Strukturnya kecil-kecil. Seperti sebuah bola dengan isi yang beragam; konjungtiva ( selaput bening yang menutupi bagian mata ), sklera ( bagian berwarna putih dan keras pada bola mata ), kornea ( lapisan terluar pada mata berupa selaput bening berbentuk kubah yang menutupi bagian depan mata ) , COA ( camera okuli Anterior), iris ( bagian berwarna dari bola mata berbentuk donat gepeng yang terletak di antara kornea dan lensa ), koroid ( lapisan pembulu darah yang memberi makanan bagi lapisan luar dari retina ) , dan masih banyak lagi.

Mbak Rahayu tampak berbusa ria menjelaskan agar mereka lulus stase ini. Menjelaskan tetek bengek tanda tangan yang harus di isi.

Di stase manapun satu yang Akshita pahami; jumlah LoC ( Level of Competency ). LoC adalah hal- hal yang harus di kuasai calon dokter umum agar lulus.

Jika di stase THT ada LoC memasang tampon ( sejenis pembalut berbentuk silinder dan terbuat dari kapas ), melihat liang telinga dengan otoskop ( alat diagnostik untuk memeriksa struktur dalam telinga) adalah salah satu yang harus dikuasai di stase THT, maka di stase mata adalah,

"Jika di stase THT LoC kalian sebanyak 87, maka di state mata ada 167."

"Gil*! Nyesel gue nyasar ke fak. Kedokteran," gerutu Ava, bayangkan. THT - KL itu telinga, hidung, tenggorokan, kepala dan leher itu cuma 87. Lha ini? Mata doang? Sebanyak itu? Bisa botak kepalanya.

"Makanya kalau masuk fakultas itu milih sesuai kemampuan jangan membeo doang."

Omel Akshita, tahu betul Ava hanya ngikut dirinya. Ava manyun, mengikuti Akshita yang berjalan ke poli mata. Semoga interaksi KoAss dan residen bisa berjalan baik di stase ini. Semoga tidak ada hal yang aneh Akshita dapati.

Di dalam poli mata ini mereka dapat melihat secara nyata perlengkapan medis dalam poli. Bukan cuma gambar dan teori. Alat tes mata elektrik, trial lens ( untuk mengetahui berapa ukuran lensa mata ), alat tes buta warna dalam bentuk buku bergambar, paket perlengkapan diagnosa, kaca mata pupilometer ( alat ukur untuk mengetahui kesimbangan pupil kiri dan kanan ), oftalmoskop ( alat yang menyerupai senter dengan lensa kecil yang bisa memperlihatkan anggota dalam bola mata ) , pengukur keseimbangan mata, lampu pemeriksaan mata, tano meter ( alat yang di gunakan untuk mengukur tekanan intra ocular yang sesuai).

"Poli mata rumah sakit kita adalah merupakan rumah sakit rujukan nasional. Menerapkan sistem sub- spesialistik. Jadi poli mata di bagi berdasarkan sub specialisnya.

Ada sembilan poli, poli virus, External Eye Disorder/Disease (EED), Refraksi, Pediatric Opthalmology PO, tumor, Uvea lensa / Uvlens, glukoma, Vitroretina (VR), dan Neuro-Opthalmology.

Jadwal kalian akan di gilir oleh Chief KoAss stase mata."

Dokter Andra residen yang membimbing mereka mulai dengan khutbah sucinya yang bagi Ava makin membingungkan. Stase mata aja sebanyak ini polinya? Alamaak!

"Kita di poli Refraksi."

Akshita berucap sambil menyeret Ava menjauh. Ketika sudah di bagi chief koas dan ia satu tim dengan Ava. Mencoba menulikan telinga dengan bisikan-bisikan yang mengatakan ia harus menemukan Innaya atau Bian. Agar menjauhi bu Shindu.

Bu Shindu itu jelmaan iblis. Jika Innaya dan Bian terus ikut campur mereka akan mati seperti saya.

"Diaaaam ...!"

Teriak Akshita kesal. Ia sudah jengah dengan bisikan-bisikan Mirna di tengah riwehnya stase koas yang harus ia jalani. Pikirannya terbagi-bagi.

Semua mata tertuju pada Akshita. Tapi di mata Akshita itu bukan teman-temannya, melainkan maneken-maneken yang belepotan darah, dengan lengan lepas, kepala menggelinding, mengepungnya, mengerubutinya. Akshita menggeleng-geleng dengan raut kisruh. Mundur teratur dengan napas tak teratur. Ini hanya delusinya. Ini hanya delusinya.

.
.
***

🍁 Apakah Akshita Pradya akan menuruti bisikan Mirna dan menemui Bian atau Innaya?

🍁 Nantikan part selanjutnya. Insya Alloh tinggal part-part akhir. Semoga setelah part ini bisa lebih cepat up.

🍁 Untuk yang request medical dari stase yang berbeda dan tidak pada stase bedah ( seperti kebanyakan ) semoga sesuai ekspetasi 😊

🍁 Terima kasih untuk kalian yang bertahan dan setia memberi ☆ maupun komen di Death Album hingga part ini. Kalian luar biasa. 😊❤

🍁
🍁

♡ Tbc ♡

(13.33 WIB, Kamis, 6 Oktober 2022)

Continue Reading

You'll Also Like

237K 43.8K 44
[SUDAH TERBIT] _______________________ "Gue mau balik. Gue mau balik," "AAAAAAA BOTAK!" "BANG JAY TURU WOI!" "ITU PINGSAN, GOBLOK!" "SERET!" Liburan...
32.9K 2.1K 11
Haechan yang di jual dan harus menjadi budak darah bagi putra putra Jung, yang merupakan bangsa vampir. #jaehyuck #markhyuck #nohyuck #nahyuck #jihyu...
706K 46.3K 17
Nakal tapi manja? Siapa lagi kalau bukan Reydar Galaxy Éros. "ish, aku mau pelukkk Liaa" ⚠️BAPER AREA⚠️
528K 60.4K 56
Horor - Thriller Bagaimana jika seorang indigo bertemu dengan psikopat? Dan bagaimana jika psikopat bertemu dengan indigo? Seperti inilah kisahnya...