----- Beauty In The Dark -----
***
"Tapi ... sosok sempurna itu hanya terlihat dari luar. Tidak ada seorang pun yang tahu ... kalau kesempurnaannya itu hanyalah topeng yang ia gunakan untuk melukai orang-orang."
Deg
Tubuh Zhan mematung. Ia tidak berani bergerak.
"Wangyi adalah seorang psikopat."
***
Suasana berubah menjadi hening. Zhan terdiam untuk mencerna perkatan yang baru saja diucapkan Yibo, detik kemudian ia menyemburkan tawa.
Yibo mengernyitkan kening saat melihat Zhan tertawa terbahak-bahak di dalam pelukannya. "Sayang, kenapa kau tertawa? Apa ada yang lucu?"
Zhan masih tertawa sambil meringis kesakitan karena luka jahitan di tubuhnya, setelah puas tertawa, ia menjauhkan tubuhnya agar ia bisa menangkup wajah pria yang sangat dicintainya. "Ohh, Daddy sayang, apa kau lupa, bukankah dirimu juga seorang psikopat, mmm?"
Yibo terdiam sejenak, menatap pria manis yang masih saja terkekeh geli saat mendengar kata psikopat. "Aku? Aku psikopat?" Suaranya membeo tidak percaya. Baru kali ini ada orang yang menyebutnya psikopat.
Zhan mengangguk. "Ya."
Wang Yibo melongo. "Mengapa kau bisa mengatakan kalau aku psikopat?"
"Bukankah kau juga kejam? Kau berani menculik dan memperkosaku, bahkan berkali-kali," tuduh Zhan.
Yibo mengerjapkan matanya, ia tidak menyangka kalau arti psikopat menurut pria manis itu akan diartikan seperti itu. "Ehem, itu namanya bukan psikopat, sayang, tapi bajingan. Dan bajingan ini sangat terobsesi denganmu," geram Yibo, lalu melumat bibir Zhan dengan penuh gairah.
Zhan membalas ciuman Yibo dengan rakus, ia merangkulkan tangannya ke leher Yibo, mendekatkan diri dan memperdalam ciumannya.
Mendapatkan respon yang panas, Yibo tidak bisa menahan diri lagi, ia segera mendorong tubuh Zhan hingga terbaring. Ciumannya berubah menjadi lebih menuntut dan kasar. Entah siapa yang memulai, keduannya saling membuka pakaian dengan tergesa-gesa tanpa memutus ciuman.
"Mnnhh ... "
Tidak ingin menunggu lebih lama lagi, Yibo akhirnya menyatukan tubuh mereka, membuat Zhan mendesah dan mengerang nikmat ketika tubuhnya bergerak karena hujaman di lubangnya yang dilakukan oleh Yibo secara brutal. Dan seperti biasa, Zhan sangat menikmatinya. Bercinta dengan kasar dan brutal membuat Zhan merasa diinginkan.
"Aahh ... aahh ... mnhh .... "
Pinggul Zhan dicengkeram erat, tubuhnya terhentak-hentak kasar hingga membuatnya menjerit nikmat. Ia menikmati setiap gigitan dan pukulan keras di pantatnya. Yibo terus menumbuk lubang anal Zhan tanpa ampun, sampai beberapa ronde.
Dan pada akhirnya, mereka berdua lupa untuk membahas tentang siapa Wangyi.
.
.
Keesokan harinya.
Pada pukul sembilan pagi di sebuah rumah sakit besar di China, seperti biasa para perawat wanita berkumpul di meja resepsionis, menunggu seseorang yang sebentar lagi akan hadir.
Dan akhirnya yang ditunggu-tunggu mereka datang juga. Seorang dokter muda dengan parasnya yang tampan tengah memasuki pintu masuk rumah sakit.
Suara terkesiap dan desahan terdengar saat dokter itu melintas melewati dan menyapa mereka.
"Selamat pagi," sapa pria itu dengan senyuman manis.
Para perawat itu saling menjerit lirih agar tidak mengganggu para pasien. Mereka kegirangan karena mendapatkan sapaan dari sang dokter idola. Dokter muda dan menjadi idola itu bernama Wangyi, wajahnya yang tampan serta sikapnya yang ramah membuat dirinya menjadi idola. Tidak hanya para perawat yang menggilai pria itu, tetapi para pasien juga jatuh cinta padanya.
Dokter Wangyi adalah seorang dokter bedah genius di rumah sakit, dia mahir menggunakan kemampuannya untuk menyelamatkan pasien.
"Beruntung sekali wanita yang mendapatkan Dokter Wangyi," celetuk salah satu dari para perawat.
"Aku penasaran, siapa wanita yang beruntung itu," timpal perawat lainnya.
"Aku belum pernah melihat Dokter Wang dekat dengan seorang wanita."
Mereka terus bergosip, tentang Dokter Wangyi itu. Tatapan mereka mengikuti setiap pergerakan yang dilakukan dokter tampan itu, sampai dokter senior menegur mereka semua.
"Kembali bekerja!"
Wangyi tersenyum geli ketika melihat para perawat itu lari tunggang langgang saat mendapat teguran dari dokter senior.
"Dokter Wang, kau sangat terkenal, sampai-sampai membuat para perawat- perawat itu takhluk padamu," goda salah satu dokter.
Wangyi hanya membalas godaan itu dengan senyuman ramah, lantas segera meninggalkan dokter itu. Ia berjalan menuju ruang kerjanya.
Setelah berasa di dalam ruang kerjanya, Wangyi segera membuka laptop. Seharusnya ia memeriksa data pasiennya, tetapi ia malah mencari tahu mafia siapa lagi yang mengincar miliknya. Dengan otak jeniusnya, ia selalu berhasil mencari informasi.
Dua mafia sudah ia dapatkan datanya, dan ia segera memasukkannya di dalam ingatan. Namun ada satu orang lagi yang membuatnya menghentikan pergerakan jarinya mengetuk meja. Matanya berbinar saat menemukan sesuatu yang menarik. "Aahh, brother, is that really you?"
.
.
.
"Aman, Mommy!"
Yibo terbangun saat mendengar suara melengking dari arah depan pintu kamar. Matanya mengerjap, lantas menoleh ke samping. Tatapan matanya melembut saat menatap wajah manis Zhan yang masih tertidur pulas.
"Good morning, my love," bisik Yibo, lantas mengecup bibirnya.
"Nghh .... " Kening Zhan mengerut saat tidurnya terganggu.
Yibo menahan diri agar dirinya tidak menggila lagi karena gemas melihat Zhan. Sudah cukup ia membuat pria manis itu kewalahan kemarin malam.
"Aman!! Mommy!"
Xianxian memanggil mereka sembari menggedor pintu kamar.
Mendengar suara tak sabar dari Xianxian, Yibo berguling dan turun dari tempat tidur. Ia segera memakai celananya sebelum menyelimuti tubuh telanjang Zhan dengan selimut. Setelahnya ia berjalan menuju pintu dan membukanya.
Dilihatnya Xianxian terkekeh saat melihat Yibo yang melotot ke arahnya.
"Aman, ayo cica calan-calan," ajak Xianxian sembari menggerakkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan.
Yibo mengangkat bocah itu lalu menggendongnya, setelahnya ia menutup pintu kamar.
"Kau ingin jalan-jalan ke mana, Xianxian?"
"Achan mau pelenan," jawabnya penuh semangat.
Yibo menoleh ke arah anak buahnya yang mengawal Xianxian. Ia bertanya tentang apa yang baru saja bocah itu katakan padanya. Dan anak buahnya segera memperagakan diri seolah sedang berenang.
Yibo mengangguk mengerti. "Jadi, Xianxian ingin berenang?"
Xianxian mengangguk dengan antusias.
"Hmm, untuk saat ini, kita belum bisa keluar, Xianxian," jelas Yibo.
Wajah ceria Xianxian tiba-tiba saja menghilang setelah mendengar ucapan Yibo. Bibirnya mulai mencebik seolah ingin menangis.
Yibo Meringis melihat perubahan ekspresi yang begitu cepat pada bocah yang digendongnya, ia pun buru-buru mencari jalan keluar agar tidak ada tangisan di pagi hari. Yibo tidak ingin Zhan terbangun dengan drama pagi. "Tapi Paman akan membuat kolam renang buatan untukmu, Xianxian. Apa kau mau?"
Wajah memelas itu terlihat penasaran. "Olam lenang ucan?"
Sesaat Yibo melongo, mencerna kembali ucapan Xianxian yang selalu terdengar ambigu. Ia melirik ke anak buahnya lagi, tetapi pria itu malah panik saat Yibo menaikkan alisnya. Ternyata anak buahnya juga tidak tahu apa yang sedang Xianxian ucapkan. Mulut Yibo membentuk kata stupid yang ia tujukan kepada anak buahnya.
"Ma-maaf, Bos."
Di dalam hati ia berharap kehadiran Zhan di sisinya saat Xianxian mulai berkata-kata aneh. Akhirnya ia menerka sendiri apa yang baru saja bocah itu ucapkan. "Ehem, iya, Paman akan membuat kolam renang buatan untukmu, Xianxian, kau mau?"
Bocah itu tampak senang, walau masih terlihat bingung. "Mmm," ucapnya sembari mengangguk.
Yibo pun lega, ia segera memerintahkan anak buahnya untuk menyiapkan kolam renang buatan.
"Baik, Bos."
Setelah kepergian anak buahnya, Yibo segera membawa Xianxian ke kamar mandi, melakukan ritual pagi, yaitu mandi bersama.
.
Zhan terbangun dengan tubuh remuk. Permainan gila semalam membuatnya meringis saat merasakan pegal pada kaki dan pinggulnya, dan juga rasa perih pada lubang analnya. Namun Zhan menikmati percintaan mereka semalam. Ia merasa ketagihan diperlakukan kasar oleh Yibo seperti kemarin malam. Dan ia rindu permainan seks yang menggunakan alat untuk membuat kulitnya memerah.
"Ada apa denganku, kenapa aku berubah menjadi seperti ini?" gumam Zhan malu-malu. Ia merasa seperti bukan dirinya. Zhan yang dulu suka kelembutan sekarang menyukai kekasaran dalam bercinta. Dan parahnya ia malah seperti kecanduan.
Tubuhnya selalu menggelenyar saat mengingat adegan panas dan brutal yang Yibo lakukan padanya. Seperti saat ini, tubuhnya kembali terangsang. Dan akhirnya ia melakukan onani.
"Mmnhh ... ouuhh ... mnhh .... " Tanganya bergerak intens saat mengocok penisnya. Dan tangan satunya merambat turun ke lubang analnya. Dua jari ia masukan ke dalam, lalu mulai menggerakkannya keluar masuk. Suara erangan nikmat pun berkumandang di dalam kamar. Katanya terpejam, membayangkan kalau saat ini Yibo menyodok lubangnya dengan brutal.
"Aahh ... ahhh .... " Dan bayangan saat Yibo menghujamnya kasar berhasil mengantarnya ke titik klimaks. Cairan hangat pun muncrat keluar dan mendarat di perut datarnya.
Tangan Zhan terkulai lemas di sisi tubuhnya. Mengatur napas yang terdengar tersengal-sengal. Perlahan matanya kembali terbuka, menatap langit-langit kamar. "Hh ... hhh ... aku sudah gila," bisik Zhan. Beberapa menit kemudian, ia berguling, hendak turun dari ranjang, tapi gerakannya terhenti saat mendapati seseorang yang berdiri bersandar di dinding kamar di dekat pintu.
Suara terkesiap meluncur keluar dari mulut Zhan. Ia tekejut saat mendapati Yibo tengah menatapnya dengan tatapan lapar.
"Yi-Yi-Yibo .... "
Pria itu menegakkan tubuh, lalu berjalan ke arahnya. Tatapan matanya bak harimau kelaparan membuat Zhan merinding. Spontan lubang analnya kembali berkedut, dan tubuhnya kembali menggelenyar. "Yibo."
"Kau curang, sayang. Kau berpesta sendiri tanpa mengajakku," desis pria itu.
Bukanya ketakutan, Zhan malah dengan sengaja menggoda pria tampan itu. "Mmm, jadi kau ingin berpesta denganku, Daddy? Come, come to me, Yibo, fuck me," desah Zhan sembari membaringkan tubuh dan merentangkan kedua kakinya. Memperlihatkan lubang analnya yang berwarna merah karena perbuatannya kemarin malam.
Melihat pemandangan yang menggoda di depan matanya, dengan gesit Yibo melepaskan celananya lalu melompat ke ranjang. Menerkam mangsanya dengan brutal. Mereka berdua kembali bercinta sampai tiga ronde, karena Xianxian datang kembali untuk mengganggu. Niat kepergian Yibo yang tadinya hanya untuk membangunkan Zhan malah berubah menjadi permainan seks lagi. Sedangkan Xianxian yang lama menunggu akhirnya tak sabar dan akhirnya mendatangi kamar mereka.
"Shit, aku lupa dengan Xianxian," gumam Yibo di leher Zhan.
.
.
Malam harinya, pukul 19.30, sebuah mobil melaju di jalanan dengan kecepatan sedang. Di dalamnya ada pria dengan pakaian serba hitam dan memakai topi bewarna senada, sedang menyanyikan sebuah lagu yang ia dengar dari radio tape yang ia nyalakan.
If you smile through your fear and sorrow
Smile and maybe tomorrow
You’ll see the sun come shining through for you
"Hihihi, brother, tak kusangka kau akan menjadi targetku."
---- To be continued ----
***