🅳🅴🅰🆃🅷 🅰🅻🅱🆄🅼 ( 🅾🅽...

By SriWahyuni369717

4.9K 1K 678

# 1 novelmisteri (08 Agusrus 2021) # 1 tarbiyah (08 Agustus 2021) # 1 hikma (08 Agustus 2... More

PART 1. KEMBANG KANTHIL
PART 2. KETUKAN MISTERIUS
PART 3. CILUK...BAA!!
PART 4. PERKAMPUNGAN JIN?
PART 5. DIRASUKI (1)
PART 6. DIRASUKI (2)
PART 7. DIRASUKI (3)
PART 8.TARIAN MISTERIUS
PART 9. RUDIRA, BONEKA ARWAH?
PART 10. DIARY BERTINTA MERAH
PART 11. KUBUR 1
PART 12. KUBUR 2
PART 13. KUBUR 3
PART 14. DIBURU DENDAM 1
PART 15. DIBURU DENDAM 2
PART 16. DIBURU DENDAM 3
PART 17. KALI ARUM DHALU 1
PART 18. KALI ARUM DHALU 2
PART 19. TIPU DAYA IBLIS
PART 20. ENIGMA SI KEMBAR
PART.21. RUMAH BATU DI HULU
PART 22. DI ATAS ALTAR BATU
PART 23. MENJELANG PURNAMA
PART 24. MENJELANG PURNAMA 2
PART. 25 HEXAGRAM
PART 26.HEXAGRAM 2
PART 27.HEXAGRAM 3
PART 28. HEXAGRAM 4
PART 29. TANPA BAYANGAN
PART 30. RUQYAH
PART 32. BISIKAN GAIB
PART 33. MANEKEN ( 1 )
PART 34. MANEKEN ( 2 )

PART 31. SEPASANG JENAZAH

134 29 37
By SriWahyuni369717

(A/n./1/. Mari berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing sebelum membaca. Meski cerita ini fiktif belaka tapi seluruh penampakan dan pengalaman horor real dari nara sumber yang mengalami.

Isi part ini tidak bermaksud menakuti, hanya untuk mensyukuri betapa amazing maha karya Alloh, sekalipun itu berupa makluk tak kasat mata.

/2/. Sebagian isi part ini kolaburasi dengan Vega Pratama. Mengandung unsur kengerian dengan proses visum jenazah. Bagi yang kurang tahan dengan adegan berbau mayat dan visum, silakan di skip bagian itu. 🙏)

🍁
🍁

Kamar Jenazah sebuah rumah sakit

🍁

Deg!
Jantung Sasmita seolah copot. Bagaimana mungkin tiba-tiba ia berada di sini? Depan kamar jenazah. Bukankah tadi ia berjalan di selasar? Menuju tempat parkir?

"Keriet! Keriet!"

Suara brankar mendekat. Decitannya terasa menyayat. Mungkin roda-roda yang berputar sudah terlalu lelah membawa entah berapa puluh jenazah. Bahkan mungkin ratusan.

Glek!

Sasmita menelan ludah, mengusap keringat dinginnya saat melihat dua brankar di dorong. Berarti ada dua jenazah. Bukankah itu hal yang biasa?Entah mengapa kali ini terasa berbeda.

Altar dingin yang Sasmita pijak, suasana temaram yang terasa begitu mencekam. Pohon-pohon yang bercuatan kaku, aroma anyir darah bercampur kembang khantil.

"Dokter Sasmita? Mengapa anda di sini?"

dr.Fahrudin, sp,F. Dokter specialis forensik itu memandangi Sasmita dengan keheranan. Karena aneh saja jika jam segini Sasmita ada di sini. Bukan ranahnya. Sasmita belum tahu harus menjawab apa,ia hanya mampu nyengir. Menatap dua orang polisi yang mengikuti sepasang jenazah yang ternyata adalah korban kecelakaan.

Sasmita mengangguk dengan senyum canggung saat dr.Fahrudin permisi pada Sasmita untuk menemui dua orang polisi.

"Nggeeeekk..!"

Deritan pintu kamar jenazah di buka, terasa begitu menyayat. Menguak image akan hal-hal berbau magis.

Deg!
Jantung Sasmita kembali seperti copot saat tiba-tiba sebuah tangan putih pucat tersembul dari penutup kain putih.

Dan,
Sebuah jamahan tangan dingin memaksa Sasmita menoleh kaget. Napas Sasmita turun naik tidak teratur saat tidak mendapati siapa-siapa. Hanya ada lorong panjang yang senyap. Hanya ada hembusan angin yang menguar samar, menerbangkan debu dan daun-daun kering.

"Nggeeekk...!!"

Lagi,
Terdengar suara deritan pintu, terasa menyayat. Sarat akan sesuatu yang tak kasat .Di mata Sasmita beberapa KoAss masuk dengan gerakan seperti zombi. Pasti ini stase yang harus mereka lalui. Mereka masuk. Dengan wajah-wajah beku.

Sasmita mengatur napasnya baik-baik. Masih bingung bagaimana ia berada di depan kamar jenazah? Padahal semula ia berada di selasar dan akan menuju tempat parkir. Baru saja Sasmita akan melangkah meninggalkan area itu, tapi...

"Astaqfirlloh!"

Pekik Sasmita, kaget bukan kepalang karena tiba-tiba saja satu sosok di hadapannya.

"Zan? Kamu di sini?"

Cekat Sasmita, menyeret Madya jauh-jauh dari kamar jenazah. Ia tahu betapa sumringah wajah Madya.

"Heemm..aku suka aroma ini, Ta."

Desis madya dengan mata berkilat-kilat dan seringaian liar. Madya tahu itu mayat siapa.
Madya terkekeh lirih saat di seret Sasmita menjauh. Seiring dengan sepasang sejoli yang berlari-lari menyusuri koridor. Bian dan Innaya, yang baru mendapat kabar bahwa Mirna dan Suroso, sang suami tewas bersamaan dalam sebuah kecelakaan.

"Mereka akan mati satu persatu, Ta...m-a-t-iiii..!"

Desis Madya lirih. Namun sarat akan tekanan. Sasmita menepuk-nepuk pipi Madya.

"Sadar, Zan..kamu orang baik.Kamu gak boleh terus gini, Zan."

Bisik Sasmita saat melihat Napas Madya mulai terengah. Sasmita tak ingin Madya kembali pada tahap Necrophilia homicide, melakukan pembunuhan untuk mendapatkan akses mayat yang ingin di setubuhi.

Melihat 'gairah'di mata Madya saat menatap kamar jenazah Madya kembali pada tahap regular necrophilia, bukan cuma necrophilia fantasi.

"Hahahaha!"

Tawa Madya menguar garing, menatap Sasmita tajam. Menjamah bahu Sasmita, mendesisi lirih, amat dekat dengan leher Sasmita.

"Kenapa kamu tidak membiarkan Amiraku dalam tubuhmu, Taa..?! Mengapaa?Mengapaaa..?!"

Sekujur tubuh Sasmita merinding tidak karuan, hembusan napas Madya di sekitar lehernya seolah menjamahi sekujur tubuhnya, panas.

"Aku mencintaimu, Zan..."

Geletarnya dengan genangan air mata berkilauan, terasa panas.

"Hahaha!"

Madya terkekeh lirih. Sepasang matanya berkilat-kilat menjelajahi wajah Sasmita yang pias. Sosok lain di belakang Sasmita menyeringai, berusaha masuk tubuh Sasmita, tapi gelang gaharu di tangan Samita dan lantunan dzikir Sasmita menghalanginya.

"Istiqfar, Zan.."

Lagi,
Geletar Sasmita. Seiring dengan..tes!Setetes air matanya jatuh.

"Stt..stt...sttt..!"

Madya menghapus lelehan air mata Sasmita yang berloncatan di pipi halus mulusnya.

"Kamu mencintaiku kan, Ta?Biarkan Amiraku masuk."

Desis Madya dengan senyum manis dan tatap mata magis. Sasmita menggeleng-geleng tegas. Tak kan ia biarkan Madya terus tersesat. Tak kan ia biarkan tubuhnya di manfaatkan entah syetan anta beranta mana yang ingin menguasai tubuhnya, mengambil alih penuh kehidupannya, tak kan ia biarkan. Tak kan pernah!

Tapi tatkala wajah Madya makin mendekat dan bibir Madya berlabuh di bibirnya...

Plaass!

Sasmita seperti terseret, terhempas, amblas entah kemana. Madya tersenyum manis, menjamahi wajah Sasmita..dan..

"Lepaskan Sasmitaa..!!"

Sebuah pekikan keras membuat Madya menoleh, Bian! Lelaki brengs*k yang meracuni pikiran Arry adiknya itu tiba-tiba muncul di hadapannya. Sosok Amira yang transparan mundur teratur dengan wajah merah padam. Aura Bian yang keungunan nyata berpendar dan membuatnya enggan mendekat.

"Bian?!"

Sasmita tiba-tiba seperti tersadar dari dimensi entah apa.Ia tadi seperti tenggelam dan sekarang muncul lagi ke permukaan.

Sh*t!!
Madya mengumpat keras. Menyeret Sasmita menjauh. Tak kan ia biarkan lelaki sok moralis itu 'mencuci otak'istrinya.

Bian ingin mengejar, tapi Innaya mengingatkan tujuan mereka di rumah sakit ini. Menunggu otopsi jenazah mbak Mirna dan Suroso sebelum di kebumikan.

Adzan magrib berkumandang,
bersahut-sahutan. Menggugah iman yang terlelap dalam kenisbian waktu. Lesap dalam lenguhan sang nafsu.

🍁
🍁

Dengan kameranya, Akshita Pradnya salah satu anak KoAss memotret jenazah. Dia, objek pemotretannya adalah sesosok jenazah yang terbujur bisu di atas bed besi. Seorang lelaki dengan jaket motor koyak moyak di sana-sini, penuh darah. Ada luka robek di bagian perutnya. Ususnya  ada yang terburai.

Sedang di bed besi yang lain, sosok jenazah perempuan yang merupakan istri dari sang lelaki.Sama, penuh darah. Dengan kondisi yang lebih mengerikan dari pada jasad sang suami. Otaknya terburai keluar, dengan sebagian kepala remuk. Wajahnya bersimbah darah, bola matanya hampir keluar. Terlihat sangat jelas untaian otak yang semburat di sekitar dahinya.Aroma darah menguar dengan aroma besi yang memualkan bagi yang tidak tahan.

Akshita Pradnya bersama timnya di bawah bimbingan dr.Fahrudin mulai mengukur luka, menyingkapkan mata dan otak yang terburai. Intinya semua luka di badan harus di catat dan di ukur tanpa terkecuali. Luka lebam,luka iris,luka robek, regio-merupakan bagian topografis tubuh. Seperti regio kepala.

"Kenapa dalam tanatalogi kita harus menutup mata mayat terlebih dahulu?"

dr.Fahrudin bertanya pada tim yang ia bimbing.

"Karena 2 jam setelah kita mati seluruh otot di badan akan kehilangan cadangan energi, perlahan mengeras dan kaku, dan kita sebut dengan Rigor mortis. Dan otot yang pertama kaku adalah kelopak mata."

"Betul. Itu teori secara ilmiah. Jika merujuk pada hadist riwayat Ahmad  dan Ibnu Majah.Kita harus menutup mata orang yang meninggal terlebih dahulu karena sesungguhnya mata itu mengikuti roh yang keluar. Jadi mari kita berdoa untuk kedua arwah."

Suasana hening sesaat. dr.Fahrudin,sp.F memang terkenal agamis dan selalu menghubungkan segalanya dengan religi.

Akshita Pradnya melihat dua arwah yang tampak kebingungan mendapati jasadnya yang di jadikan media belajar teman-temannya. Itulah sebabnya dr.Fahrudin selalu mengingatkan agar mereka memperlakukan mayat dengan hati-hati. Itu benar-benar arwah?Ataukah jin qorin yang menyesatkan?

"Apakah arwah mereka masih ada di sekitar sini, Dok?"

Tiba-tiba Akshita Pradnya bertanya serius. Membuat teman-temannya heboh dan tolah-toleh sekitar dengan ngeri.

"Apa'an sih, Nya'? Nakutin aja."

Omel Ava sambil memperbaiki kaca mata minusnya. Ada hembusan angin dingin yang seperti meniup tengkuknya. Arwah Mirna di sana, dengan sebagian wajah remuk dan belepotan darah. Sepasang matanya melotot nyaris keluar, dan otaknya yang terburai berlelehan di sekitar dahi.

"Iya nih, Nya'. Bikin merinding aja."

Omel Dhaniel sambil mengelus-elus bulu-bulu halus di tangannya yang berdiri semua.

"Dalam kitab Daqoiqul Akhbar, Imam Abdurrahim bin Ahmad Al-Qadhi menjelaskan tentang proses kematian, termasuk menjelaskan saat-saat roh menengok jasad."

Jelas dr.Fahrudin, sekedar untuk pengetahuan saja, tidak ia jelaskan secara rinci karena bukan ranahnya. Meski kitab ini masih menjadi kontroversi di kalangan ulama.

"Jadi beneran mereka ada di sini?"

Ava tolah toleh dengan ngeri. Aroma darah yang menguar serasa semakin mengakar.

"Udah...udah..kita lanjut!"

Cowok ganteng dengan namtag Baskara mengingatkan, serius membahas lebam mayat. Bahwa untuk mayat di sebut lebam. Dan untuk yang masih hidup di sebut memar.  Mengapa bisa terjadi lebam mayat?

"Karena adanya perubahan warna akibat hemolisis sel darah. Kita sebut dengan livor mortis.

Eritrosit akan menempati tempat terbawah akibat gravitasi , mengisi vena. Membentuk bercak merah ungu pada bagian terbawah tubuh."

Baskara mewakili menjelaskan saat di tanya dr.Fahrudin.

"Dan mulai terjadi ketika kita benar-benar di nyatakan mati terjadi setelah 20-30 menit, dan bertahan 8-12 jam sebelum menghilang.

Jadi dari sini kita bisa perkirakan jam kematian seseorang."

Mereka terus melakukan identifikasi visum et repertum di bawah bimbingan dr.Fahrudin,sp.F.

"Hem!"

Akhshita Pradnya berdehem. Berusaha menulikan telinga pada bisikan arwah Mirna.

"Tolong saya,ingatkan pasangan sejoli di luar sana agar tidak lagi ikut campur urudan bu Shindu.

Bila tidak, mereka akan mati satu persatu-satu."

Jelas jin qorin. Yang sengaja 'mengaburkan'kebenaran penyebab kematian mereka seolah tidak wajar. Entah siapa bu Shindu itu.

"Sudah ku bilang jangan ganggu aku!"

Sungut Akshita Pradnya keras, di tengah seriusnya mereka.Ava dan Dhaniel saling lirik ketakutan. Apa'an sih, Nya' bikin nyali ciut aja.

"Ada apa, Pradnya?"

dr.Fahrudin bertanya, Pradnya menggeleng-geleng dengan raut kisruh. Berusaha tak mau tahu walau Mirna terus membisikkan hal-hal aneh yang tak ia pahami.

🍁
🍁

Akshita pradnya menatap Bian dan Innaya yang mondar-mandir mengikuti prosedur pemulangan jenazah Mirna dan Suroso. Bagaimana ini? Haruskah ia mengatakan apa yang di katakan Mirna? Sekedar kebetulankah bila benar? Ataukah jin yang menyesatkan?

Sementara Bian sama sekali tidak merasa jika di perhatikan Akshita Pradnya. Ia tadi sudah tanda tangan sebagai pengantar/penanggungjawab untuk surat penitipan keperluan visum.

"Ini,Mas SKK(surat keterangan kematian)nya."

Seorang petugas menyerahkan SKK rangkap 2, satu asli dan satu duplikat.

Petugas kamar jenazah masih membuat berita acara pengambilan jenazah. Dan Bian yang mewakili tanda tangan. Karena ia yang di hubungi polisi pertama saat mereka kecelakaan. Dari hand phone yang di temukan di tubuh Mirna dan nomor kontak yang terakhir di hubungi.

"Semua surat yang asli sudah saya serahkan ya, Mas."

Ucap petugas saat Bian bersiap membayar biaya adminitrasi. Masih menunggu ambulance. Bian mengiyakan sambil menerima surat berita acara pengambilan jenazah.

Akshita ingin mendekati Bian tak jadi, saat dari koridor berlarian keluarga Mirna muncul dengan jerit tangis. Innaya yang menyambut mereka, berusaha menenangkan.

Akshita menoleh ke arah Mirna. Deg! Jantungnya seolah berhenti berdenyut. Mirna tidak ada, lesap, lenyap. Syukurlah jika sudah tak mengusiknya. Tapi...

Saat ia berbalik ingin kembali pada teman-temannya, sesosok tubuh dengan sebagian wajah hancur, sepasang mata melotot nyaris keluar,darah yang belepotan di wajah, dengan mulut terbuka lebar seolah ingin mencaploknya.Anya'menjerit histeris.

"Aaaaaahh!!"

🍁
🍁

"Sreek! Sreeek!"

Glek!
Amira menelan ludah dengan susah payah. Ada suara orang menyapu halaman belakang. Sejak mbak Mirna meninggal rumah ini menjadi lebih seram. Terlebih sejak mama kembali setelah 'insiden ruqyah'.

"Thag! Thag! Thag!"

Suara tongkat mendekat. Di ketuk-ketukkan di lantai. Siapa?Kak Jenny? Atau papa yang kini mulai belajar berjalan dengan tongkat?

"Paaa..?"

Amira bersuara dengan tegang. Terlebih dari balik gorden dapur yang bergoyang di sapu angin, tampak jelas sosok mirip mbak Mirna, sedang menyapu halaman belakang. Rambutnya tergerai sebagian menutup wajah, ada aroma anyir darah,menyeruak hidung Amira.

"Papaa...!"

Amira meninggalkan dapur,ia tadi ingin menghangatkan chiken mushroom dari tante Adela. Sejak mbak Mirna meninggal tidak ada yang mau bekerja di keluarga mereka. Mungkin ketakutan dengan gozip yang simpang siur tentang kematian Mirna.

Amira kembali menoleh saat terdengar suara kran air westafel dapur terbuka. Amira ternganga? Bisakah? Ataukah karena krannya rusak?

Perlahan,
Amira berjalan ke arahnya. Ia harus mematikan krannya.Suara orang menyapu dengan sapu lidi di halaman belakang masih nyata terdengar, bahkan semakin jelas. Tangan mungil Amira terulur untuk mematikan kran. Tapi...

Sebuah jamahan tangan dingin ikut menyatukan tangannya dengan tangan Amira. Amira terkesiap, membanting tangannya dengan kaget. Menatap kiri kanannya dengan nanar.

Deg!Deg!Deg!

Jantung Amira berdetak kencang, tidak ada apa-apa,semua akan baik-baik saja, Amira hanya terbawa suasana. Amira berbalik, ingin kembali saja ke kamarnya. Apakah akan ada teror lagi yang menantinya?

Bismillah,
Amira menoleh kiri kanan, depan belakang, aman! Dengan cepat Amira bergegas ke kamar.Tapi..

Amiraaa..

Su..suara mbak Mirna?
Bagaimana ini? Apakah ia salah dengar? Amira adalah makluk paling mulia, ia tidak boleh kalah. Amira mengabaikannya. Bergegas berlari ke kamarnya.

Tapi,
Tiba-tiba kakinya tersandung sesuatu, membuatnya jatuh terjerembab.Amira menyandung apa?

Plaass!
Jantung Amira seperti amblas saat ia menyadari tersandung apa. Sosok tubuh terbujur kaku. Dengan sebagian wajah penuh luka, berdarah-darah, melotot ke arahnya. Mbak Mirna.Amira berteriak sekencang-kencangnya.

"Aaaahhh...!"

🍁
🍁

(Terimakasih yang masih setia membaca, memberi vote dan komen🙏)

Note :

Tanatologi : Ilmu yang mempelajari perubahan yang terjadi setelah kematian.

Jin qorin : Jin yang menyerupai manusia,mendampingi manusia sejak lahir hingga wafat.Bertugas menyesatkan manusia.

Hemolisis : pecahnya sel darah merah yang membuat hemoglobin keluar dari plasma.

Eritrosit : kepingan darah yang berbentuk bulat dengan sedikit ceruk di tengahnya.Berfungsi mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh.

Kitab Daqoiqul akhbar : kitab yang berisi keadaan sebelum dan sesudah kematian.

🍁
🍁

(Sabtu,11 Juni 2022)

Continue Reading

You'll Also Like

706K 46.3K 17
Nakal tapi manja? Siapa lagi kalau bukan Reydar Galaxy Éros. "ish, aku mau pelukkk Liaa" ⚠️BAPER AREA⚠️
144K 8.2K 35
Reina Amora, gadis berparas ayu khas pribumi, salah satu yang beruntung diterima di Black Campus melalui jalur beasiswa, kehidupan damai berubah begi...
357K 19.6K 30
Juwita Liliana, gadis berparas cantik, cerdas, kemampuan aneh yang dia miliki mengharuskan dia homeschooling, namun setelah satu tahun terakhir akhir...
1M 74.2K 31
Setelah tujuh hari kematian ibu, suasana rumah berubah mencekam. Suara rintihan kerap kali terdengar dari kamarnya. Aku pun melihat, ibu sedang membe...