Ha-Ha The Alternate Universe...

By NengUtie

52.7K 9.9K 1.6K

this is a story about Hans and Hana in another universe. More

Opening
The heart was made to be broken
Just play, have fun, enjoy the game
The Death Note
Kiss by kiss
Haruskah ku mati
Dilemma
Try me!
Say you love me
Vote!! Vote!! Vote!!!
To the moon and back
Object of my desire
How much of me belongs to you
It's okay, I'd be jealous too
More than a lover
Be a better man
My life without you
Yang terindah
Growing up with you
The one
Live forever in me
A reason to hold on
Husband and wife
All I ask of you
Skip the fight
In a snap
No one can replace you
Babies
Gossip girl
That's what friends are for
Good day with friends
I must have done something good
Extra One
Extra two
Happy anniversary
First Date
Welcome home, Hana
Would you be my girl?
First Anniversary
Wedding Invitation
Crazy ex-girlfriend
Friend Zone
Iceland
The End

It's a boy!

1.2K 245 47
By NengUtie

Hans memarkirkan mobilnya di depan rumah Hana, keluar membawakan bingkisan kado untuk bayi yang dia beli dengan bantuan adiknya dalam memilih kado untuk anak pertama Mitha yang baru dilahirkan dua minggu lalu dan Adelani tidak menyia-nyiakan hobi belanjanya dengan membelikan baju bayi berbagai usia yang lucu-lucu namun tidak ramah di kantong Abangnya.

Baru Hans hendak mengetuk pintu setelah seenaknya membuka pagar depan, Hana yang rambutnya dikuncir asal saja dengan bayi merah mungil di tangannya sudah membuka pintu, berbisik pelan saat Hans baru mau mengucap salam.

"Pssssttt... Dedeknya baru bobo. Jangan berisik ya... Mitha sama mamah lagi tepar di kamar. Dedeknya semaleman gak bisa tidur. Ini baru banget tidur..." jelas Hana dengan suara berbisik.

Hans menunjukkan kado di tangannya dan Hana langsung memberi isyarat untuk meletakkan kado tersebut di meja tamu.

Setelah mencuci tangan, Hans kembali menghampiri Hana yang masih sibuk menimang-nimang bayi. "Tante capek banget kayaknya," goda Hans.

Hana memejamkan mata, menyenderkan kepala di dada Hans. "Lebih capek Mitha kayaknya. Aku, sih, sempet tidur semalem walau gak bisa nyenyak. Tapi, Mitha beneran baru bisa tidur tadi. Cuma tanganku kebas banget sekarang, astaga... Aku gak tau cara gendong pake kain jarik. Mau minta dipasangin mamah, mamah juga udah terkapar."

Tersenyum sedikit, Hans mengacak-acak rambut Hana. "Gantian sini!" tawar Hans langsung.

Hana melongo saat menatapnya. "Bisa memangnya?" tanyanya sangsi.

"Sepupuku yang kecil ada banyak. Udah terlatih, kok. Lupa ya kalau umi itu dsa? Udah pernah diajarin teknik gendong bayi juga. Sini...." jawab Hans penuh percaya diri.

Hana bergegas menyerahkan bayi mungil itu ke tangan Hans. Kemudian dia memijat-mijat sendiri lengannya yang pegal sambil sesekali melakukan perenggangan. "Kebasssss...." keluh Hana walau dengan suara berbisik. Dia beranjak ke dapur lalu kembali dengan secangkir teh hangat untuk Hans yang dia lihat sedang menyusun bantal sofa untuk menyenderkan tangannya agar tidak terlalu pegal.

Tersenyum sambil meletakkan cangkir teh ke meja, Hana berkomentar. "Aku gak tau kalau kamu suka sama anak-anak."

"Aku suka bayi... Pengin punya banyak, deh, one day," aku Hans.

Tertawa kecil, Hana kembali meledeknya. "Seberapa banyak, Hans? Selusin cukup?"

Hans mencubit ujung Hidung Hana dengan tangannya yang bebas. "Gak selusin juga, Na! Kasian istriku nanti! Berat, kan, hamil sama melahirkan, tuh."

"Oh, kirain... Jadi mau berapa banyak?" Hana tetap bertanya.

Tersenyum jahil sambil menatap Hana, Hans menjawab. "Tergantung kamu. Kamu maunya berapa banyak?"

Pipi Hana agak memerah saat dia mencubit pinggang Hans. "Apa, sih? Ngeselin!"

Hans tertawa kecil. "Ditanya baik-baik malah bilang aku ngeselin," godanya.

Cemberut, kali ini lengan Hans yang jadi sasaran cubitan Hana. "Tanya ke pacar kamu sana! Jangan tanya ke aku."

"Kalau sekarang kamu mau jadi pacar aku, langsung jawab ya... Kamu mau berapa anak?"

Mata Hana menyipit tajam. "Nembak?"

Hans langsung mengangguk walau lagi-lagi pinggangnya jadi sasaran cubitan Hana.

"Perasaan baru tiga bulan kamu pamer pacar baru, kenapa putus lagi, sih?" omel Hana.

"Mau jawaban jujur atau mau jawaban basa-basi?" balas Hans.

"Dua-duanya."

Hans menarik napas dalam sebelum menjawab. "Basa-basinya, aku ngerasa gak cocok setelah masuk bulan ke-dua."

"Jujurnya?" cecar Hana.

Tersenyum sambil memberi tatapan menggoda, Hans meledek Hana. "Yakin mau tau jawabannya?"

Hana segera meninju lengan Hans. "Gak usah sok bikin penasaran! Jawab aja!" bentaknya.

"Tiap sama dia, aku malah inget kamu terus."

Mata Hana menyipit kesal. "Mulai, deh... Ruin our friendship."

"Gak juga... Kamu yang mulai... Padahal kamu tau jawabanku akan seperti itu. Kamu cuma mau denger langsung dari mulutku aja, kan?" seru Hans tak mau kalah.

Hana terdiam. Tangannya secara otomatis menyentuh gelang pemberian Tristan yang masih setia dipakainya yang tentu saja tak luput dari perhatian Hans.

Tangan Hans mengusap lembut kepala Hana. "Selesaikan aja dulu apa yang kamu harapkan dari you know who. Aku masih bersedia nunggu, Na."

Masih terdiam Hana menunduk memandangi kakinya sampai akhirnya dia berbisik lirih. "Dua...."

"Hah?" tanya Hans.

"Aku mau dua anak aja," jawab Hana lagi masih dengan suara berbisik.

Tersenyum geli, Hans tak tahan untuk tidak mengecup pipi Hana yang tumben tidak mengomel saat dia cium. "Tambah satu lagi, boleh?" bisik Hans di telinga Hana.

Mendelik, Hana mencubit lengan Hans lagi. "Tadi katanya terserah aku! Gimana, sih? Gak konsisten!" gerutunya.

Tangan Hans membelai pipi Hana lembut. "Kalau ibunya secantik kamu, sayang kalau anaknya cuma dua. Tambah satu lagi ya, Na...."

----------------

"Hai, Cinta...." sapa Hans yang wajahnya lelah saat membuka pintu dan mendapati Hana sedang duduk menonton TV sambil menunggu kedatangannya.

Hana mengernyit kesakitan saat dia bangun hendak menyapa suaminya yang baru pulang jam 10 malam. Perutnya dari pagi sudah berkontraksi ringan, namun tidak beraturan. Kadang lama, kadang sebentar, tapi tidak terus-terusan.

Khawatir melihat ekspresi kesakitan Hana, Hans bergegas menghampiri. "Kontraksi?"

Hana mengangguk sambil menggigit bibir menahan sakit. Berpegangan kencang ke lengan Hans. Berapa detik berlalu, dia menghembuskan napas lega saat kontraksinya mereda. "Fiuhhhh...." ucapnya lega.

"Sakit banget? Udah sering belum?" tanya Hans.

Hana menggeleng. "Gapapa, kok.... Kusiapin minum ya... Kamu mau apa?"

"Gak usah repot-repot, Cinta...." tolak Hans, namun Hana tidak mengindahkan. Dia beranjak ke dapur mengambilkan Hans segelas air hangat sementara Hans yang sudah hapal dengan keras kepalanya Hana memilih beranjak ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi.

Saat Hans hendak mengganti kemejanya, tiba-tiba didengarnya Hana memanggil-manggil namanya. "Hans!! Suami!!!"

Panik, Hans bergegas menghampiri Hana yang dia dapati sedang mencengkram erat kitchen table sampai buku jarinya memutih. "Na...." seru Hans panik.

"Sakit banget!!" keluh Hana dengan wajah memucat.

"Ke RS sekarang ya... Aku telpon umi, deh," putus Hans segera.

Dia memapah Hana untuk duduk, sebelum menelepon umi dengan mengatakan sepertinya Hana sebentar lagi akan melahirkan. Lagipula hari ini memang sudah mendekati due date-nya yang tinggal dua hari lagi.

Hans bergegas mengambil koper yang sudah dia siapkan sebelumnya agar mereka siap pergi kapan saja, mengambil ransel kerjanya, lalu langsung memasukkan barang-barang mereka ke bagasi mobil.

Kontraksi kembali menyerang Hana saat dia mau melangkah melewati ambang pintu. Hana meringis, berpegangan ke daun pintu menunggu kontraksinya mereda. "Telpon mamah, Hans...." pintanya di antara rasa sakit yang menyerangnya.

Hans bergegas menuruti. Sambil membantu Hana duduk nyaman di dalam mobil, Hans menelepon mertuanya, meminta mereka datang ke rumah sakit.

Untung saja jalanan agak lancar karena sudah hampir jam 11 malam. Hana tiba di rumah sakit, disambut langsung oleh umi yang cepat datang kembali ke RS.

"Umi aja yang urus administrasinya. Kamu temenin Hana aja!" perintah Umi saat mereka baru tiba. Hans bergegas menyerahkan kartu asuransi dan buku kesehatan Hana sementara Hana dibawa ke ruang bersalin.

Tak berapa lama, ada yang mengecek pembukaan Hana dan ternyata dia sudah masuk pembukaan empat yang membuat Hans menjadi kesal. "Kamu udah kesakitan selama itu malah nahan sendirian aja! Kenapa gak langsung telpon aku, sih, Na!"

"Udah, sih... Yang penting, kan, sekarang kita udah di RS." Hana membela diri dan kemudian meringis lagi, mencengkram lengan Hans kuat-kuat saat kontraksinya melanda.

Mama dan papa Hana datang, disusul dengan Mitha dan juga Adelani yang datang bersama abi-nya, bergantian menengok Hana sekaligus menyemangati.

Hana mengulurkan tangan ke arah mamanya sambil menangis. "Sakit banget, Mah... Aku minta maaf ya, Mah... Langsung berasa banyak dosa ke Mamah sekarang," isaknya.

"Sabar ya, Sayang... Sakit memang, tapi kamu kuat, kok.... Mamah tunggu di luar ya. Gak tega lihat kamu kesakitan gini," ucap mamahnya Hana sambil ikut menyeka air matanya. "Titip Hana ya, Hans...." ucapnya sebelum pergi keluar dari ruang bersalin.

Hans kembali mengambil posisi di sebelah Hana, menguatkannya sambil sesekali menyeka keringat di dahi istrinya walau ruangan sudah sangat dingin. Mencoba bersabar saat Hana mulai mengomel tanpa arah sambil mencengkram kemeja yang dia kenakan sampai kancing kemejanya lepas satu.

"Semua ini salah kamu, Hans!!! Ini sakit banget!! Kamu tega sama aku!! Jahat banget kamu!!!" omel Hana seakan memiliki anak adalah keputusan sepihak dari Hans dan Hans hanya bisa menanggapi dengan membiarkan tubuhnya menjadi samsak tinju sambil sesekali meminta maaf. "Iya, maaf... Salah aku memang. Maaf ya, Cinta...."

Saat sakitnya sudah tidak tertahankan lagi, Hana hanya bisa menahan sakit dengan menggigit handuk kecil sambil mencengkram erat tangan Hans, mencoba mengingat-ingat teknik pernapasan yang tadi dia lupa sama sekali.

"Pembukaan lengkap ya.... Yuk, kontraksi berikutnya dorong ya...." ucap dokternya.

Saat serangan kontraksi makin menggila, Hana mendorong sekuat tenaga dengan disemangati oleh Hans yang terus menggenggam tangannya, menguatkan.

Hana menarik napas pendek-pendek, mengumpulkan tenaga sekali lagi untuk mendorong.

"Sekali lagi ya... Dorong!!!"

Mengikuti instruksi, Hana mengejan sekali lagi walau rasa sakitnya sungguh tidak tertahankan, namun semua rasa sakitnya terbayar tuntas saat dia mendengar tangisan bayinya.

Hana menghembuskan napas lega, memandang ke arah Hans yang terlihat menitikkan air mata haru.

Saat bayinya diserahkan ke pelukannya, Hana tak kuasa menahan tangis. "Our son...." bisiknya ke Hans.

"He's perfect..." ucap Hans dengan nada tercekat. "Thank you, Cinta... Love you so much!"

-----------

"Udah sehat?" tegur Bayu yang menghubungi mereka via video call.

"Udah...."

"ASI lancar, Na?" Kali ini Ratna yang bertanya.

"Lancar... Malah bengkak kaya batu pas hari ke-dua. Dipijet sama susternya sampe nangis-nangis. Lebih nyeri ketimbang pas lahiran, ih!" seru Hana sambil meringis mengingat kejadian dua hari lalu.

"Kapan kalian pulang ke rumah?" tanya Ratna lagi.

"Besok aja, tunggu Hana bener-bener fit. Lagipula kita pulangnya ke rumah mamah dulu. Mamah mau ngasih penataran ke babysitter katanya."

"Gimana Hana pas lahiran, Hans? Oneng seperti biasa?" tanya Bayu.

Hans tertawa. "Gak, Hana hebat banget. Gue juga dikasih tanda perang sama dia." Hans memamerkan bekas cengkraman yang meninggalkan lebam biru di tangannya dan juga bekas cakaran memanjang dari Hana. "Mana gue dimaki-maki juga... Disalahin karena bikin dia hamil," jawab Hans pasrah.

"Hei! Yang aku lahirin itu 3.7 kg panjang 50 cm ya, Hans! Bayangin!! Badan sekecil aku ngelahirin buldozer segede begitu! Tentu aja itu salah kamu jadinya!" sahut Hana berapi-api sementara yang tertawa geli.

"Where's the handsome boy?" tanya Tristan yang sengaja datang hanya untuk ber-video call bersama-sama.

Hans turun dari ranjang, kemudian mengambil bayinya, memamerkannya dengan penuh kebanggaan.

"Astaga ganteng banget!! So cute!! Mancung banget kayak kamu ya, Hans!" seru Ratna antusias.

"Ya... ya... Semua yang udah jenguk bilang kalau mirip bapaknya buanget! Aku cuma numpang ngelahirin doang!" gerutu Hana.

Bayi mungilnya tersenyum dalam tidur membuat Bayu memekik. "Ada lesung pipinya! Yahhh, ada lah bagian loe sedikit, Na! Untung cuma lesung pipi aja ya...." Membuat Hana memaki tanpa suara. "Bangsat!"

"Nama lengkapnya siapa, Hans?" tanya Tristan.

Tersenyum bangga, Hans mencium pipi anaknya lalu menjawab. " Namanya Ken...

Ken Orlando Hamizan."

------------

Tamat!!!

Gimana? Suka sama universe ini?

Who wants the extra part???

Luv,
NengUtie

























Continue Reading

You'll Also Like

4.1M 124K 87
WARNING ⚠ (21+) πŸ”ž π‘©π’†π’“π’„π’†π’“π’Šπ’•π’‚ π’•π’†π’π’•π’‚π’π’ˆ π’”π’†π’π’“π’‚π’π’ˆ π’˜π’‚π’π’Šπ’•π’‚ π’šπ’ˆ π’ƒπ’†π’“π’‘π’Šπ’π’…π’‚π’‰ π’Œπ’† 𝒕𝒖𝒃𝒖𝒉 π’π’“π’‚π’π’ˆ π’π’‚π’Šπ’ 𝒅𝒂𝒏 οΏ½...
885K 121K 47
Shane berpikir jatuh cinta hanya akan terjadi satu kali, menikah hanya satu kali. Namun, saat dia memutuskan untuk menikah dengan sahabat baiknya, ta...
710K 3.1K 12
Hts dengan om-om? bukan hanya sekedar chatan pada malam hari, namun mereka sampai tinggal bersama tanpa ada hubungan yang jelas. πŸ”›πŸ” my storys by m...
40.8K 5.1K 21
[COMPLETED] "Dan mereka pun hidup bahagia selamanya." β€’bxb (salpak ku slebew kau!) β€’Sungsun area! (Sunghoon Sunoo) β€’Plagiarisme dilarang keras! β€’K...