(NOT) BEST MISTAKE ✅ [SELESAI]

By MindriSugan

406K 19.5K 344

(END) ----- "Gara-gara pesta sialan itu, gue terpaksa nikah sama cewek yang engga gue kenal. Baru juga sehari... More

BLURB
Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28 (18+)
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60 (END)
Epilog
Extra Part
Extra Part 2

Part 49

4.6K 224 0
By MindriSugan

Beberapa orang yang masih mengenakan seragam sekolah berjalan di sepanjang lorong rumah sakit ini, mereka semu bermaksud untuk menjenguk teman mereka yang sedang terbaring sakit disini.

Gala dan yang lain datang ke rumah sakit setelah mendapat kabar kalau Ravin tengah terbaring disini, info tersebut mereka dapatkan dari Giska kakaknya Gala.

Gala, Damar, Juan dan Rendi beserta pacar mereka masing-masing datang untuk menjenguk, mereka berdelapan sudah dekat ke ruangan tempat dimana Ravin di rawat.

Namun di sepanjang jalan mereka mendapati sesuatu yang aneh, di sepanjang lorong terdapat banyak pria berjas hitam yang mereka jumpai, bahkan sejak dari parkiran pun mereka sempat menjumpai beberapa pria seperti mereka.

Semakin jauh mereka melangkah, pria berjas itu semakin banyak, mereka sedikit heran apa lagi ruangan yang mereka tuju ada di sebelah sana.

"Eh! Ini ada apa sih? Gue lihat dari tadi banyak pria yang make jas hitam!" heran Damar.

"Iya nih. Mereka seperti bodyguard aja," sambung Evelin.

"Mungkin ada anggota dewan kali yang di rawat disini," celetuk Rendi ngasal.

"Wih! Keren dong! Nanti gue minta foto dah kalau ketemu sama anggota dewan itu."

"Anggota dewan bapak kau, Ju! Mana mungkin anggota dewan di rawat di rumah sakit Indonesia! Minimal mereka di rawat di Singapore bukan disini, mereka kan kaum-kaum elit," balas Gala jengah dengan ucapan Juan.

"Lah! Terus mereka siapa coba kalau bukan lagi ngejaga anggota dewan?" tanya Juan sedikit ngegas.

"Mana gue tau. Gue bukan salah satu dari mereka," balas Gala enteng.

"Sialan."

"Sudah-sudah. Kalian ini ribut terus, malu atuh di lihatin orang banyak," sela Melita.

"Tau nih. Kayak anak kecil aja, kalau kita di usir gimana coba?" sambung Rindi.

"Salahin Juan sama Gala kalau kita beneran di usir dari sini," tunjuk Damar kepada mereka berdua.

"Lah! Napa gue?" tanya mereka berdua serempak.

"Lo berdua yang berisik dari tadi."

"Lo juga sama bege."

"Eh sudah-sudah. Kalian ini. Gal, buruan tunjukin arahnya kemana!" pungkas Evelin menyudahi perdebatan mereka semua.

Mereka kembali melanjutkan langkah kakinya, cukup lama mereka berjalan karna sedari tadi Gala selalu salah mengambil jalan, mereka semua kebingungan dengan ruangan yang Ravin tempati.

Beberapa kali mereka hanya berputar-putar di tempat yang sama, mereka nampak kelelahan.

"Ah elah! Yang bener dong lo ngasih tau jalannya," keluh Damar.

"Iya. Kita cape nih Gal," sambung para cewek yang juga mengeluh.

"Bentar-bentar. Gue juga bingung ini." balas Gala sambil melihat papan penunjuk. "Nah kesini nih."

"Lo yakin? Kalau salah gue jitak pala lo!" ancam Rendi, Juan dan Damar.

"Kali ini gue yakin."

"Ya udah yuk! Jangan kelamaan disini."

Mereka kembali melanjutkan langkah kakinya, kali ini mereka mengambil jalan yang benar, mereka akhirnya dapat menemukan ruangan tempat dimana Ravin di rawat.

Namun sayangnya langkah mereka terhenti saat beberapa orang yang memakai jas hitam menghadang mereka semua.

"Maaf! Adek-adek ini mau kemana?" tanya salah satu dari mereka.

"Kami mau menjenguk teman kami Ravin," jawab Gala.

"Maaf! Selain pihak keluarga, orang lain di larang menemui tuan muda."

"Loh! Kok gitu? Kami semua temannya Ravin. Kenapa juga kalian ngehalangin kami?"

"Ini perintah tuan besar. Kalau kalian memaksa, kami akan bertindak tegas kepada kalian semua."

"Gak bisa gitu dong!"

"Ini perintah tuan besar."

"Udah elah, jangan bikin keributan disini beib," tahan Sivi.

Damar yang emosian sedikit terpancing, untung nya ia di tahan oleh Sivi pacarnya sendiri, kalau tidak mungkin akan terjadi keributan lain disini, imbasnya bisa jadi mereka semua akan di usir dari rumah sakit.

"Sayang! Mending kamu telpon kak Giska biar dia jemput kita disini," ucap Melita memberi saran.

"Nah ide bagus tuh."

Gala pun langsung mengambil benda pipih di dalam sakunya, lekas ia menghubungi kakaknya, tidak lama telpon langsung tersambung.

Gala menjelaskan situasinya kepada sang kakak, ia meminta Giska untuk menjemput mereka di koridor yang menuju ke ruangan Ravin di rawat.
Sambungan telpon terputus setelah Giska merespon ucapannya Gala.

"Apa kata kakak lo, Gal?" tanya semua.

"Bentar lagi kakak gue jemput kita," balas Gala.

Tidak lama Giska datang, mereka semua langsung bernapas lega. Giksa datang dan langsung berbicara kepada para bodyguard yang tengah berjaga disana.

"Biarkan mereka lewat pak," kata Giska.

"Baik Nona muda." balas mereka segan.

Setelah itu mereka di beri jalan untuk lewat dan menjumpai Ravin, delapan orang itu langsung mengekor di belakang Giska, semuanya kembali antusias untuk menjumpai sang sahabat karib mereka.

"Gila! Nona muda cuy!" celetuk Rendi.

"Lo semua lihat gak sih! Mereka langsung nurut sama ucapan nya kak Giska," sambung Damar terkekeh.

"Mereka bodyguard nya Ravin ya kak?" tanya Melita kepada Giska.

Giska mengangguk pelan. "Iya, kemarin ada sedikit kekacauan disini, makanya Ravin di jaga seperti ini."

"Kekacauan apa kak?"

"Kurang tau juga, katanya sih ada orang mabuk yang tiba-tiba berbuat onar disini."

Semua langsung membulatkan mulut nya membentuk huruf 'O', walau pun mereka tidak terlalu paham tapi mereka lebih penasaran dengan hubungan Ravin dan Giska di banding dengan kekacauan yang terjadi disini.

"Kak! Sudah sejauh mana sih hubungan kak Giska sama Ravin? Bodyguard Ravin juga sudah manggil kakak 'Nona muda'! Kita penasaran loh!"

Giska langsung menghentikan langkag kakinya, ia berhenti bukan karna ucapan dari Evelin tadi, melainkan karna mereka sudah tiba di depan ruangan tempat dimana Ravin di rawat.

"Ayo masuk!" ajak Giska.

Mereka pun mengangguk lalu mulai melangkah masuk mengekori Giska, di dalam Ravin masih terbaring namun ia terjaga dan tidak tidur sama sekali, Ravin sedikit menoleh saat teman-temannya datang.

Tadi saat Gala menelpon, Ravin dan Giska tengah asik membicarakan nama prihal kandungan Giska, mereka juga mulai mengatur plening serta nama bayi untuk buah hati mereka, lebih tepatnya Ravin lah yang bawel untuk nama si buah hati.

Padahal kandungan Giska baru jalan dua bulan tapi Ravin sudah mencari nama dari saat ini, katanya sih biar gak perlu repot nantinya.

"Sakit lo?" Pertanyaan ambigu datang dari seorang Damar.

"Menurut lo?" balas Ravin ngegas.

Damar menyengir lebar. "Kirain lo cuma rebahan aja dimari."

"Gosah dengerin di kunyuk itu bro," sela Rendi menjitak kepala Damar. "Gimana kabar lo saat ini?"

"Lumayan," balas Ravin.

"Lo habis kecelakaan?"

Ravin langsung mengangguk pelan, ia tidak bisa menggerakan tubuh nya lebih banyak lagi, hanya gerakan pelan yang dapat ia lakukan saat ini.

"Kenapa lo bisa kecelakaan? Bukannya lo yang paling jago bawa motor!"

"Namanya juga lagi sial. Sejago-jago nya orang tetap akan ada sialnya juga." Ini yang balas Gala bukan Ravin.

"Dih! Kenapa lo yang jawab?" sinis Rendi.

"Gue ngewakilin. Kasihan dia kalau terus jawab ocehan-ocehan lo semua," balas Gala gak kalah ngegas.

"Widih... Adik ipar yang baik," kekeh Damar sedikit meledek.

"Haruslah. Kalau iparan harus solid," balas Gala.

"Eh sudah-sudah. Berisik mulu lo pada."

"Tau nih. Nanti kita di usir lagi kalau terus berisik."

Akhirnya mereka diam. Bukan, bukan mereka tidak mengobrol tapi lebih ke memelankan volume suara mereka, gak lucu kalau nanti mereka sampai di usir akibat terlalu berisik.

Mereka banyak menanyakan penyebab Ravin kecelakaan, mereka juga mendoakan sahabatnya itu supaya cepat sembuh dan lekas kembali beraktivitas seperti biasa.

"Lo semua kesini gak bawa buah tangan apa buat gue?" tanya Ravin saat melihat mereka tidak membawa apa-apa.

Semua langsung menyengir lebar, mereka lupa tidak membawa apa-apa untuk sahabatnya itu, biasanya orang lain akan membawa buah tangan semisal buah-buahan untuk orang yang mereka jenguk.

"Bro! Lo itu lebih kaya dari kita-kita, mikir dikit napa! Masa iya lo minta di bawain buah tangan segala," ucap Damar mencari alibi.

"Buah tangan itu bukan soal kaya atau miskin Damar," semprot Evelin.

"Lah! Terus buat apa?"

"Buat tanda mata aja biar lebih formal gitu."

"Ravin gak butuh tanda mata, dia udah sultan dari lahir, dia tunjuk apa pun juga langsung di laksanain tuh."

"Damar!" Suara Evelin meninggi karna di buat kesal olah Damar.
"Sivi! Pacar lo tuh!"

"Biarin aja, nanti juga dieum sendiri kalau udah cape," balas Sivi acuh.

"Ugh, kalian berdua sama aja."

"Sudah-sudah. Kalian ini, astaga!" Melita dan Rindi geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya itu.

"By the way! Soal buat tangan, kita semua minta maaf deh! Kita semua lupa, hehe." Ucapan Juan mewakili yang lainnya.

"Tidak apa. Dengan kalian datang menjenguk pun itu sudah cukup, yang penting kalian selalu doain yang terbaik buat kesembuhan Ravin."

"Amin."

Perkataan sekaligus doa dari Giska langsung di amini oleh semuanya, secara serempak mereka mengucap amin bahkan Damar sedikit berteriak agar suaranya yang lebih dulu di ijabah oleh yang maha kuasa, itu kata orangnya sendiri.

Cukup lama mereka ada di dalam ruangan Ravin, canda tawa bahagia terlukis saat mereka semua berkumpul, walau pun Ravin tidak tertawa tapi setidaknya mereka bisa sedikit menghibur sahabatnya itu.

Sikap Ravi masih seperti biasa, dingin dan kalem terhadap orang lain, mereka pikir sikap Ravin akan sedikit berubah setelah kecelakaan, seperti nya kepala Ravin tidak terbentur hebat makanya sikap nya masih sama seperti biasa.

Tak terasa waktu kembali beranjak dengan cepat, siang sudah berganti menjadi sore hari dan mereka semua berniat untuk pulang.

"Bro! Kita semua balik dulu! Udah sore juga," ucap Damar.

"Lo cepet sembuh. Kalau ada waktu nanti kita kesini lagi," sambung Juan.

"Kita pulang dulu ya! Semoga cepat sembuh!" timpal para cewek semua.

Setelah itu mereka semua langsung keluar dari dalam ruangan di antar oleh Giska sampai ke pintu, semuanya  langsung beranjak dan melewati para bodyguard yang tadi, setelah itu mereka semua menghilang di ujung lorong.

* * *

...TO BE CONTINUE...

Continue Reading

You'll Also Like

186K 10.3K 40
[Follow sebelum baca sabi kali, bestie] Cerita ini bisa dibaca saat gabut atau kamu lagi berpikir pengen nikah muda, xixixi. Gak percaya? Coba aja! [...
182K 4.9K 83
Dijodohin dengan aktor? keberuntungan atau kesialan? Arshcarra Arkennia Elgibran diharuskan menikah dengan seorang aktor papan atas, Leo Gualtiëro...
1.1M 83.9K 40
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
11.6K 379 46
ᴛᴏɢᴇᴛʜᴇʀ ᴛɪʟʟ ᴛʜᴇ ᴇɴᴅ ✎ʙᴀᴅ ᴡᴏʀᴅ ɪɴᴄʟᴜᴅᴇ sᴛᴀʀᴛ: 22 ɴᴏᴠ ᴇɴᴅ:13 ᴊᴀɴ