Ha-Ha The Alternate Universe...

By NengUtie

51.8K 9.8K 1.6K

this is a story about Hans and Hana in another universe. More

Opening
The heart was made to be broken
Just play, have fun, enjoy the game
The Death Note
Kiss by kiss
Haruskah ku mati
Dilemma
Try me!
Say you love me
Vote!! Vote!! Vote!!!
To the moon and back
Object of my desire
How much of me belongs to you
It's okay, I'd be jealous too
More than a lover
Be a better man
My life without you
Yang terindah
The one
Live forever in me
A reason to hold on
Husband and wife
All I ask of you
Skip the fight
In a snap
No one can replace you
Babies
Gossip girl
That's what friends are for
Good day with friends
I must have done something good
It's a boy!
Extra One
Extra two
Happy anniversary
First Date
Welcome home, Hana
Would you be my girl?
First Anniversary
Wedding Invitation
Crazy ex-girlfriend
Friend Zone
Iceland
The End

Growing up with you

1K 242 28
By NengUtie

Hans terbangun karena Cireng menyundul-nyundul tangannya, mengeong tak henti-henti minta dibukakan pintu. Mengerang sambil menggeliat lalu mengusap-usap rambutnya hingga makin mencuat ke segala arah, Hans terpaksa bangkit, membuka pintu dan berjalan menuju tempat makan Cireng.

Dia mengisi ulang tempat makannya yang nyaris kosong, menambahkan air, namun Cireng hanya diam saja memerhatikan dia dengan mata bulatnya yang lucu dan sedikit mengingatkannya dengan Hana.

"Kok gak makan?" tegur Hans sambil mengusap-usap kepala Cireng dan Cireng hanya menjawab dengan mengeong, menyundul-nyundul tangan Hans lagi.

"Kangen sama Mama ya?" tanya Hans lagi yang sekarang menggendong Cireng di pelukannya.

Cireng mengeong pelan.

Hans menarik napas dalam, mengusap kepala kucingnya. "Sama, Reng... I miss her too...."

Setelah peristiwa di malam itu, mereka memang putus komunikasi. Hana tidak pernah menghubunginya dan Hans sendiri juga tidak mau menurunkan ego untuk memulai pembicaraan walau rindu terasa sangat menyiksa.

Hans melirik jam ternyata sudah hampir siang. Pantas saja dia lapar. Akhirnya dia ke dapur, mengeluarkan dua potong ayam ungkep yang Hana buat untuk stok makanannya di rumah dan menggoreng ayam tersebut untuk lauk makan siang. Saat dia menghabiskan suapan terakhirnya, dia merasa sedih menyadari kalau tadi dia baru menghabiskan stok ayamnya dan sekarang dia tidak bisa meminta tolong Hana untuk memasakkannya lagi.

Selesai mencuci piring, teleponnya berdering nyaring. Ternyata panggilan dari Bayu.

"Setan! Loe di rumah, kan? Lagi pacaran gak?" ucap suara di seberang sana.

"Rumah... Hana gak dateng," jawab Hans lesu.

"Lah, tumben... Gue ke sono, yak! Gabut, nih, ditinggal Ratna reunian."

Hans mengiyakan permintaan Bayu dan setengah jam kemudian pria itu sudah nongol dengan motor butut kesayangannya Entah kenapa Bayu lebih suka memakai motor lamanya padahal sudah ada motor baru yang bertengger di garasi rumahnya.

Seperti biasa, Bayu akan bersikap selayaknya berada di rumah sendiri dengan menyeduh kopi tanpa ditawari dan menghabiskan stok camilan Hans.

"Kok, tumben si Oneng gak nongol di sini? Biasanya weekend begini pacaran mulu loe!" tanya Bayu saat kopinya sudah nyaris tandas dan biskuit Hans hanya tinggal setengah kaleng saja.

"Hana lagi pacaran sama Tristan," jawab Hans dengan nada datar, berusaha semaksimal mungkin terlihat tidak peduli sementara Bayu melongo.

"Tristan?? Tristan Ardhani??? Tristan mantannya Hana???" serunya meyakinkan diri kalau pendengarannya tidak sedang rusak.

Hans mengangkat bahu. "Ya emang Tristan yang mana lagi?" Dia sudah menduga hari ini Hana akan bertemu dengan Tristan sesuai dengan ucapan Tristan kemarin saat mereka bertemu.

"Dia beneran balik?" tanya Bayu dengan nada tak percaya.

Lagi-lagi Hans mengangkat bahu. "Kayaknya...."

"Trus sekarang Hana ketemu dia?" cecar Bayu lagi.

"Kayaknya, sih, iya... Hana yang minta ketemu," jawab Hans lesu.

"Bentar... Bentar... Gue rada lost di sini. Jadi, Tristan balik, trus Hana minta ketemu sama dia sekarang, trus loe ngizinin sambil bengong di sini?"

Hans tertawa kecil, wajahnya terlihat sinis. "Hana gak butuh izin gue buat ketemu Tristan. Gue bukan suaminya...."

Terdiam sejenak, Bayu berkata. "Loe berantem ya sama si Oneng?"

"Menurut loe aja lah, Bay! Gue jemput Hana ke mall pulang kantor karena dia bilang dia mau ke toko buku dulu. Pas gue nyampe sana, dia lagi ngobrol sama Tristan. Gue pikir pas kita balik, udah selesai ya acara sapa-menyapanya. Eh, tau-tau Hana malah minta nomor dia dan ngajak ketemuan lagi di depan muka gue! Persis depan muka!!" seru Hans berapi-api sambil menunjuk wajahnya sendiri.

"Ya emang loe maunya dia janjian diem-diem?" tanya Bayu yang malah membuat Hans makin emosi.

"Ya kaga, lah!! Agghhh... Tauk, ah!" serunya frustrasi.

Tertawa kecil, Bayu bertanya lagi. "Loe udah nanya kenapa Hana minta ketemu Tristan lagi?"

"Gak! Gak nanya! Gue udah keburu kesel. Sekarang udah dua hari gue gak ngomong sama dia!" seru Hans sewot.

"Ambekan...." gumam Bayu membuat Hans kembali ke mode tegangan tinggi.

"Ini Tristan, Bay! Orang yang pernah ditungguin Hana bertahun-tahun dan pas sekalinya dia dateng, Hana langsung lompat ke bandara Narita buat nemuin dia lagi! Harapan apa yang gue punya kalau sekarang tau-tau dia nongol lagi di sini?"

"Hana mutusin Tristan, Hans...." ucap Bayu pelan mencoba menenangkan sahabatnya yang terlihat kalap.

"Ya! Karena jarak! Karena dia gak sanggup buat LDR lagi... Sekarang Tristan pulang, gak ada halangan apa-apa lagi, kan, buat mereka?"

Bayu mengangkat bahu. "Kalau soal halangan atau enggak ya gue gak tau... tapi, emang menurut loe hubungan loe sama dia saat ini gak ada artinya sama sekali buat Hana?"

Tersenyum sedih, Hans menggeleng. "Gak tau, Bay... Gue beneran gak tau...."

-----------------

Bayuuuuuu
Na, gue otw ke rumah loe.

Pesan singkat dari Bayu membuat Hana lari ke kamar mandi dan mencuci wajahnya sampai bersih dari masker bangkoang yang tadi dia kenakan.

Baru saja dia mengeringkan wajah dengan handuk kecil, pintu gerbangnya terbuka dan Bayu dengan santainya sudah memarkirkan motor di halaman rumahnya.

"Oneng!! Buka pintuuu!! Buka pintuuuu!!!" seru Bayu dari balik pintu membuat Hana sampai harus berlari kecil untuk cepat membuka pintu.

"Loe kalau kaga pake berisik tiap dateng, bakal bisulan seluruh badan ya, Bay?" gerutu Hana saat melihat Bayu cengar-cengir di hadapannya.

Bayu merentangkan tangan memeluk Hana. "Si Oneng.... Bisa kangen juga ternyata gue! Mamah mana?"

"Biasa... Kabur ke rumah Mitha. Sedih gue ditinggalin mulu. Siapa bilang anak bungsu dimanja? Gue malah dicuekin begini... Pait bener...." gerutu Hana.

"Suami Mitha kan kerja di site, balik sebulan sekali, kan? Emak-Bapak loe kaga tega kali ninggalin Mitha sendirian sama dua anaknya di rumah."

"Lah, terus gue kaga sendirian juga emangnya???" omel Hana.

"Ya kaga, lah, kan banyak demit di sini," ucap Bayu sambil merentangkan tangan menunjuk ke sekeliling rumah.

"Emang bajingan loe ya, Bay! Biarin ntar gue ngungsi ke rumah emak loe aja! Nempatin kamar loe, trus gue cat jadi warna pink gonjreng!" sembur Hana penuh emosi.

"Cat warna merah fanta, Na biar sekalian gonjrengnya," celetuk Bayu yang sekarang sudah duduk di sofa depan televisi.

"Tumben loe kemari...." ucap Hana yang sekarang duduk di sebelah Bayu sambil mengangkat sebelah kakinya.

"Abis dari tempat Hans," jawab Bayu jujur.

"Ngadu apa dia?" selidik Hana yang matanya mendadak menyipit menatap tajam Bayu.

Tertawa, Bayu mengacak rambut Hana gemas. "Emosi banget, sih, loe berdua?"

"Ya lagi dia sampe ngirimin BFF-nya buat ngecek gue doang. Kenapa gak dia aja yang dateng ke sini trus minta maaf ke gue langsung?"

Ditoyornya kepala Hana. "Pede amat loe! Kaga... Hans gak minta gue dateng, kok. Gue aja yang mau ke sini. Gimana Tristan? Loe jadi ketemu dia?"

"Tristan baik-baik aja. Gue harap dia baik-baik aja setelah gue balikin kalung mendiang ibunya. Loe tau kalung itu, kan, Bay? Yang Tristan kasih ke gue sebelum dia berangkat ke Jepang dan minta gue buat simpan. Because one day, dia akan datang dan ngasih cincin mamanya juga ke gue...." ucap Hana dengan nada sedih.

Bayu menepuk-nepuk pundak Hana, ikut merasa prihatin. "Loe gak bilang ke Hans kalau loe ketemu Tristan cuma buat balikin kalung itu?"

Menggeleng, Hana menjawab. "Gak sempet. Dia udah keburu marah dan malah nuduh gue macem-macem. Jadi gue males jelasinnya, biarin aja dia berasumsi begitu. Toh, artinya selama ini dia gak percaya sama gue."

"Na... Dia cuma insecure...."

Hana menatap Bayu. "Loe minta gue buat maklumin semua tudingan dia ke gue? Dia cerita gak, dia nuduh gue apa?"

"Cerita...." jawab Bayu langsung.

Hana mendengkus kesal. "Tiga tahun dan dia bersikap kayak dia gak kenal gue sama sekali. Dia pikir bisa semudah itu gue berpaling dari dia?"

"Loe nunggu Tristan lebih dari lima tahun, Na...." ucap Bayu pelan, mengingatkan.

"Ya memangnya waktu itu pilihan apa yang gue punya? Walaupun gue sama Tristan putus sebelum dia berangkat. Tapi, dia... I don't know... Egois gue rasa dengan ninggalin peninggalan mamanya yang paling berharga, ngasih gue reminder tiap tahun kalau dia masih inget gue dan kayak ngingetin kalau dia pasti kembali. Komunikasi gue dulu sama Tristan cuma satu arah, Bay. Dia memaksa gue untuk tetap nunggu dia dan saat itu gue rela-rela aja karena gue memang cinta sama dia."

"Saat itu?" tegas Bayu setelah mendengar penjelasan Hana.

Tersenyum sedih, Hana menjawab. "Loe mau tau alasan sebenarnya kenapa gue nolak lamaran Tristan dulu padahal gue masih cinta dia?"

Bayu tak menjawab dan hanya menatap Hana menunggu dia untuk melanjutkan.

"Karena saat gue di tempatnya dia, gue liat Hans di mana-mana, Bay...." ucap Hana lirih.

"Saat gue makan, gue malah mikir, Ih, Hans pasti suka ini, deh... Atau kayaknya dia gak akan minat coba minuman rasa aneh-aneh kayak gitu. Setiap ke tempat baru, gue lihat ke sekeliling nyariin dia. Kayak mau nyolek-nyolek bahunya untuk bilang, ihhh, bagus banget, Hans! Dan pas gue sadar kalau oh, yang ada di sebelah gue Tristan, ya gue langsung diem. Gak bisa bersikap se-excited kayak saat gue pergi sama Hans. That moment... Gue sadar, perasaan gue mungkin memang udah berubah. Gue akui gue masih cinta sama Tristan tapi, gue tau gue juga jatuh hati sama Hans. Egois, right?

Ya makanya pas Tristan ngelamar gue di sana, gue bisa nolak walau pun rasanya sakit banget buat pergi dari dia. Saat itu gue juga gak tau kok, Bay, apa Hans bakal nerima gue karena gue juga sadar kalau selama ini gue udah nyakitin dia."

"Loe ngegantung dia bertahun-tahun, Na... Loe clingy ke dia tapi loe gak mau ngasih kepastian sebetulnya posisi dia itu sebagai apa di hidup loe. Sahabatan itu harusnya kayak gue sama loe. Gak kayak loe sama Hans yang sering ngelibatin physical touch!" tegur Bayu.

Mata Hana berkaca-kaca. "Gue seburuk itu, kan, Bay?" gumamnya sedih.

"Dulu iya... Seenggaknya sekarang dia beneran pacar loe, kan," tambah Bayu sambil menepuk-nepuk bahu Hana lagi.

"Pas gue pergi ke Iceland berdua, gue mulai ngerasa kayaknya gue beneran fallin for him. Cuma gue takut... Mikir lama, apa dia juga ngerasain hal yang sama kayak yang gue rasain sekarang atau ya sebetulnya perasaan dia ke gue cuma sekadar obsesi aja...."

Bayu otomatis tertawa. "Loe nganggep diri loe cuma obsesi goblognya Hans doang?? Serius, Na, loe mikir begitu??" tudingnya sambil tertawa tak berhenti.

Mau tak mau Hana ikutan tertawa juga. "Seriussss!!! Ya loe tau mantan-mantannya, kan, Bay. Dia kan selalu ngenalin mantannya ke kita. Ya kalo dibandingin sama gue.... Ya sama cakepnya, sih...."

"Huekkkkkkkk....." Bayu langsung berlagak muntah. "Jauhhhhhhhh!!!!" ledeknya.

Hana meninju Bahu Bayu kencang. "Bangsat!!" makinya.

"Ya intinya Hans bisa dapet cewek yang lebih segala-galanya dari gue, deh. Lebih cakep, lebih pinter, lebih kaya... Dia kan kualitas unggul macem barang di outlet Grand Indonesia. Gak kayak loe yang obralan barang KW 3 di Mangga Dua!" Hana balas meledek yang menyebabkan keningnya ditoyor kencang.

"Dan loe syok sendiri pas dia masih aja ngotot buat bareng sama loe?" tanya Bayu setelah selesai pukul-pukulan dengan Hana.

Hana mengangkat bahu, tersenyum malu-malu. "Ya begitu, lah... Gue sempet mikir, tiga bulan jalan, dia bakal bosen kayak yang udah-udah. Ternyata kita malah udah tiga tahun begini...."

Bayu menggeleng-gelengkan kepala. "Loe berdua, tuh, ya... Sama-sama cinta mati, tapi kegedean gengsi! Bikin ribet aja!"

Hana cemberut. "Gue marah pokoknya. Secara gak langsung dia pikir gue gak bakal setia sama dia."

"Ya loe jelasin, lah, kalau loe gak akan kemana-mana. Kalau gak dikasih tau, ya dia mana paham."

"Ntar aja tiga hari lagi. Biarin aja dia bete sendiri. Lagian jadi pacar, kok, hobinya nuduh sembarangan!" gerutu Hana.

"Si Goblog dasarrrr!!!" omel Bayu sambil menjitak kepala Hana.

----------

Siang hari, tiba-tiba saja Hans menerima email dari Hana dengan judul; Pemberitahuan!

Penasaran, dia langsung membuka emailnya.

Dear Hans,

Its been a while dan akhirnya aku bersedia menurunkan gengsi dengan bilang kalau aku kangen sama kamu.

Kangen pake buanget!!

Aku tau kamu juga ngerasain hal yang sama dan sekarang kamu lagi membatin, 'sama... Aku juga, Hanaku yang cantik, manis, imut, lucu. (maap, gak tahan buat gak muji diri sendiri berhubung udah empat hari ini gak ada yang muji)

Membaca paragraf itu, Hans tak kuasa menahan tawa. Dia lanjutkan membaca email yang otomatis menghangatkan hatinya dari saat dia membaca nama pengirimnya.

Aku marah, Hans. Karena bisa-bisanya kamu mikir kalau aku akan langsung berpaling ke Tristan saat dia datang.

Oh, aku akui kalau hubungan aku dan dia gak akan pernah normal layaknya hubunganku sama Bayu misalnya. Dia akan selalu jadi bagian dari hidupku yang gak akan pernah aku sesali. He's the one who teaches me how to love dan bagaimana seharusnya aku bersikap ke pasanganku nanti.

Tolong itu di bold sama digaris bawahi kalimat terakhirku ya, Hans.

Bagaimana seharusnya aku bersikap ke pasanganku nanti. 

Aku aja deh yang bold, takutnya kamu males ngerjainnya.

Belajar dari pengalamanku dan dia, hasilnya adalah hubungan kita saat ini.

Aku belajar untuk bisa berkomunikasi dengan baik ke kamu, untuk bisa ada buat kamu, untuk bersedia mendengar semua keluhan kamu, berbagi beban dan berjuang menyelesaikan masalah bersama-sama dan yang terutama... Untuk bertumbuh bersama.

Bersama kamu, Hans.... Kayak jargon iklan TV kabel. Bukan yang lain!

Tiga tahun bukan waktu yang singkat buat aku, buat kita. Dan perasaan aku ke kamu gak akan goyah semudah yang kamu pikir sekarang.

Bisa-bisanya kamu mikir begitu. Ihhh... Nulis ini lagi, tadinya aku udah adem jadi malah otomatis emosi lagi.

Ngeselin kamu!

Tapi aku cinta...

Tuh, kan jadinya galau... Kesel!!!

Dah, ah... Kerjaan aku lagi numpuk dan kayaknya kita memang gak bisa ketemu dulu sampai weekend nanti. Kamu juga gak usah bales email ini atau menghubungi aku dulu.

Selain aku beneran sebel, asli aku butuh konsentrasi sama kerjaanku. (Alamat lembur sampe tengah malem tiap hari)

Tapi, aku baik-baik aja, kok. No worries ya....

Sincerely yours,

Raihana Aluka.
Pacarnya Hans

Ps: Salam cium (beneran cium sampe bau ikannya kerasa di hidung kamu ya!) buat Cireng. Bilang ke dia, weekend nanti Mama jemput.

---------------

Hans membaca ulang email Hana berkali-kali, tersenyum-senyum sendiri sampai akhirnya dia mengangkat teleponnya, mencari-cari satu nama dan mulai menghubunginya.

"Do, sibuk gak?" tanya Hans.

"Gak, lagi break bentar. Kenapa, Hans?" jawab Aldo.

Tersenyum senang, Hans kembali bertanya. "Boleh minta tolong...?"

---------

Bentar lagi tamat.... (Lalu neng disorakin, bhuuuuuuuu.... 👎👎👎👎👎)

Luv,
NengUtie





























Continue Reading

You'll Also Like

17M 752K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
4.1K 893 26
Janjimu tentang cinta kita yang abadi itu berlalu seperti angin yang lewat
1.8M 8K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
793K 76.7K 51
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...