Ardian S2 (END)

By peri_mimpi

2.3M 269K 23.2K

Farrelino Bramasta sosok lelaki gagah yang merupakan anak keluarga terkaya didaerahnya. Ia bisa berbuat seena... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
Extra Chapter 46
Extra chapter 47
🌌
🌌
Season 2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
47
48
49
50
51
Epilog

46

6.2K 686 159
By peri_mimpi

Setelah kejadian itu Lino dan Stela berteman biasa. Arsen juga dekat dengan gadis itu. Mereka menganggap Stela sebagai Mita versi real.

"Kak! Jangan lemes napa! Udah di liat ayang juga!" ledek Mika dengan tertawa mengejek.

Lino hanya diam tapi tangannya mulai memberikan jari tengah. Lelaki itu tidak lama mulai melepas seragam dan menyisakan kaos.

"Pamer mulu! Aurora lo keliatan, woy!" teriak Vano dengan tertawa mengejek.

Lino tidak menjawab melainkan melempar seragamnya ke wajah lelaki itu. Lelaki itu hanya fokus main basket.

Tiba-tiba sebuah pisau melayang ke arahnya. Lino sontak berlindung di balik bola.

Semua murid mulai memekik karena hal itu. Lino hanya tertawa dengan berjalan menuju beberapa orang itu.

"Datang darimana orang itu."

"Sepertinya geng dari Lino. Gue denger tuh cowok ketua geng sama kayak Arsen."

"Tuan muda maaf menggangu waktu anda."

"Hoi, para bodyguard gue! Kalau lempar pisau itu hati-hati jangan bikin gue kaget bisa?" ucap Lino dengan tertawa terbahak-bahak.

"Maaf Tuan muda kami di minta menjaga kalian. Orang tua anda sedang dalam perjalanan bisnis."

Lino hanya mengangkat tangannya. Kemudian pertandingan terus berlanjut.

"No tebak apa penyebab perang dunia ke 2?" tanya Nicho tiba-tiba dengan cengengesan.

"Lo mau nipu gue dengan cara gitu? Nggak bisa, say!" ledek Lino dengan tertawa mengejek.

Nicho justru tertawa dengan menahan pergerakan Lino. Kemudian lelaki itu merebut bola dari Lino.

"Jawab aja dulu tapi ... cara itu ampuh bukan?" cibir Nicho dengan tertawa puas.

"Perjanjian Versailles dan itu ngebuat Jerman rugi. Ini mah kecil kayak lubang hidung lo," jawab Lino dengan tertawa kecil.

Lino kembali merebut bola. Kemudian ia berputar sehingga Nicho menjadi lengah.

Lelaki itu tidak menggiring bola melainkan melempar dari jarak jauh. Anggota Lino sontak berteriak heboh dengan membuka baju mereka.

"Heh, jangan buka baju sembarangan! Nanti mata Aa Arsen ternodai," ucap Lino dengan mengedipkan matanya.

Arsen hanya tersenyum tipis. Mereka memang mendapatkan surat izin untuk tidak mengikuti pembelajaran.

"Sekarang giliran Eneng cantik yang mau maju," ucap Mika dengan memantulkan basket.

Namun, naas bola itu justru mengenai wajah Mika. Lino seketika tertawa terbahak-bahak melihat tingkah sang adik. Memang seorang kakak yang sangat baik.

"Mik, lo baik?" tanya Lino dengan cengengesan.

Mika tidak menjawab melainkan menarik tangan sang kakak agar berjongkok. Kemudian gadis itu menyundul kepala Lino dengan menatap tajam.

"Argh! Adek sialan lo!" umpat Lino dengan mengelus keningnya.

Namun, tidak hanya sampai di sana. Mereka mulai saling adu bacot juga menjambak rambut satu sama lain.

"Lo adiknya jatuh malah di ketawa!" geram Mika dengan menarik rambut sang kakak.

"Heh, lalu gue kudu apa?! Jungkir balik gitu liat lo jatuh? Ogah banget!" pekik Lino hanya menarik rambut gadis itu.

"Ya, bantuin ogeb!" sembur Mika dengan menendang senjata sang kakak.

Lino seketika berhenti dengan melepaskan jambakan. Lelaki itu mulai berguling di lantai dengan menggerutu.

"Aduh, sakit ogeb! Masa depan gue!" teriak Lino dengan memegang senjatanya. "Tapi bohong! Wlek, nggak kena!"

Lino tertawa terbahak-bahak dengan menjauh dari sang adik. Mika yang melihat seketika menjadi kesal.

"Gue aduin ke bonyok lo!" teriak Mika dengan mengejar Lino.

Lino sontak berlari hingga tanpa sengaja menabrak seseorang. Ia segera berlindung di balik tubuh lelaki itu.

"Ngapain udah kayak bocah?" tanya Arsen dengan menggelengkan kepalanya.

"Itu Kak Lino ngeselin!" gerutu Mika dengan menatap tajam.

"Hehe, bercanda gue tuh! Nggak bisa di ajak bercanda," ucap Lino dengan cengengesan.

Namun, matanya menatap sesuatu yang ganjil. Ia berjalan menuju kursi penonton dengan mengambil almamater miliknya.

Ia berjalan menuju sang adik. Kemudian melingkarkan almamater miliknya ke pinggang sang adik.

"Kamu nembus lagi," bisik Lino dengan muka datar.

Mika seketika menjadi panik. Lino hanya tertawa kecil dengan mengacak rambut adiknya.

Ia mulai menggendong tubuh sang adik. Ia menatap ke arah kekasihnya dengan tersenyum manis.

"Gue nganter Mika dulu," pamit Lino dengan tersenyum tipis.

***

Setelah mengantar sang adik. Ia segera pergi ke kantin untuk membeli pembalut.

"Iya, nggak sih yang ini?" gumam Lino dengan menatap pembalut yang baru saja di beli olehnya.

Lino mengangkat bahunya. Ia hanya tahu sang adik penyuka pembalut yang ada sayapnya. Padahal pembalut itu tidak bisa membuat melayang, kenapa di bilang ada sayapnya?

Tok! Tok!

"Mika ini cepat ambil. Gue mau keluar," ucap Lino dengan memberikan pembalut itu jalur atas.

Lino segera keluar dengan menunggu di depan. Ia hanya mengantisipasi agar orang tidak menduga dirinya penjahat kelamin.

Ia hanya menunggu dengan bersandar di dinding. Ia hanya memainkan ponselnya saat di landa bosan.

"Kak ..."

"Oh, udah selesai? Yuk, balik kelas. Perut lo nggak sakit bukan?" tanya Lino dengan mengangkat alisnya.

Mika hanya menggelengkan kepalanya dengan mengembalikan almamater milik sang kakak. Ia hanya diam saat sang kakak mengantar dirinya ke kelas.

Setelah itu Lino kembali ke dalam kelas dengan biasa. Ia hanya menahan tawa saat Adya yang tampak tersiksa dengan pembelajaran matematika.

Lalu ia tampak menyesal kenapa masuk di mata pelajaran matematika. Ia duduk saat di silahkan oleh sang guru.

"Anjir nyesel gue, cuk!" bisik Lino dengan raut wajah memelas.

"Lo mending nggak ikut pelajaran 2 jam. Gue udah berkarat denger penjelasan tuh guru," bisik Adya dengan meringis kecil.

Akhirnya dengan kekuatan hulk Lino harus memahami pelajaran. Ia melakukan demi masa depannya sendiri.

Arsen saja menjadi orang yang berpengaruh di sekolah. Kemudian lantas mengapa dirinya harus menyerah dan semakin di remehkan orang lain.

"Limit adalah nilai yang didekati fungsi saat suatu titik mendekati nilai tertentu."

"Aaaaah!"

Namun, suara keributan membuat para murid keluar. Lino juga segera keluar dengan tertegun.

Ia melihat kekacauan yang terjadi di lingkungan sekolahnya. Ia menatap seorang siswa yang sudah terduduk di lantai dengan tatapan kosong.

Sekolahnya mendapat teror yaitu lantai yang di penuhi darah. Ia berjalan dengan berjongkok. Ia juga mencolek cairan berwarna merah itu dengan serius.

"Lino jangan hancurkan bukti!"

Lino bangkit dengan mengangkat jarinya. "Bukan darah ini, Bu. Lino cukup kenal darah asli karna udah sering liat darah, hehe."

"Bangga sekali kamu! Cepat kumpulkan semua murid di lapangan utama! Jangan sampai ada yang tersisa!"

"Tunggu, Pak. Ada yang harus Lino cek," ucap Lino dengan berjalan menuju siswa itu.

Ia juga meminta Adya untuk membantunya. Sebelum itu ia meminta untuk menghubungi Arsen dan yang lain.

"Lo tau siapa yang lempar cairan itu?" tanya Lino dengan nada tenang.

"Nggak tau ... gue nggak tau! Tadi udah ada di sana!"

"Oke, kayaknya emang ada yang sengaja bikin masalah," batin Lino dengan muka datar.

***

Jangan lupa vote dan komen :)
Lino mending jadi kakak aku aja😂
Lanjut!

Continue Reading

You'll Also Like

3.1M 31.5K 29
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
50K 5K 40
Genre (s) : ABO, Drama, Romance, School, Yaoi, Mature, Adult. Terlahir menjadi seorang omega adalah kesialan hidup bagi semua makhluk. Bagimana tidak...
3.3M 25.9K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
2.5K 240 33
"ayah kalo emang muak sama kita, tinggalin lah kita biar hidup ayah ngga sengsara seperti sekarang, kita rela ayah pergi asal ayah bahagia" ucap Rakh...