Ardian S2 (END)

By peri_mimpi

2.3M 268K 23.2K

Farrelino Bramasta sosok lelaki gagah yang merupakan anak keluarga terkaya didaerahnya. Ia bisa berbuat seena... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
Extra Chapter 46
Extra chapter 47
🌌
🌌
Season 2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
Epilog

41

6K 723 160
By peri_mimpi

Saat malam mereka hanya diam. Pada akhirnya hanya ada keheningan malam.

Arsen menarik tubuh kekasihnya agar bisa tidur dengan berpelukan. Kemudian mereka hanya berdiam hingga masuk ke dalam alam mimpi.

Namun, hanya Arsen yang tertidur. Sebenarnya Lino masih belum tidur. Ia menyingkirkan tangan Arsen dengan perlahan.

Akhirnya ia melangkahkan kakinya ke arah balkon dengan tersenyum tipis. Ia menatap bintang yang bertabur di langit malam.

Sebuah tangan mulai melingkar pinggangnya. Ia terkejut lalu menatap ke samping dengan tersenyum manis.

"Kenapa nggak tidur, hmm?" tanya Arsen dengan tersenyum manis.

Lino hanya menggelengkan kepalanya dengan tersenyum manis. "Nggak bisa tidur."

Cup

Arsen mengecup leher Lino sekilas. Ia mulai mengelus rambut Lino dengan lembut.

"Kamu gugup? Jangan berpikiran negatif kamu itu pasti menang kayak dulu," ucap Arsen dengan tersenyum.

Darah Lino seketika mendesir. Arsen yang soft sangat tidak baik bagi kesehatan jantungnya.

Lino mulai menghadap ke arah Arsen. Jika di lihat dari kejauhan pose mereka tampak ambigu.

Lino yang bersandar di pembatas balkon. Kemudian tangan Arsen yang berada di pembatas balkon.

Ia mencoba sebisa mungkin mengontrol ekspresi wajahnya. Ia berdehem dengan menatap mata Arsen untuk membuat lelaki itu yakin dirinya dalam keadaan baik-baik saja.

"Darimana kamu tau aku dulu pernah menang. Ah, bukan menang tapi lebih tepatnya masuk 3 besar," ucap Lino dengan cengengesan.

"Bukannya juara 3 juga bagus?" tanya Arsen dengan mengerutkan keningnya.

"Iya, bagus. Tapi aku hanya ingin merasakan di atas juara 3," ucap Lino dengan cengengesan.

Arsen hanya mengangguk kepalanya. "Mami yang cerita tentang prestasi kamu dulu."

"Oh, pantas!" seru Lino dengan tertawa kecil.

Mereka kembali diam dengan menatap langit-langit malam. Arsen menatap ke arah Lino yang tampak mengelus lengannya.

"Kita masuk sekarang, ya. Aku nggak mau kamu sakit," ajak Arsen dengan menarik tangan Lino.

Lino mengangguk pelan. Lalu kembali ke atas kasur dengan mencoba memejamkan matanya. Ia juga memeluk tubuh Arsen dengan tersenyum tipis.

"Good night," bisik Arsen dengan mengecup kening Lino.

***

Lino membuka matanya dengan napas tersengal-sengal. Ia menatap ke samping yang menunjukkan pukul 7 pagi sedangkan pertandingan di lakukan pukul 9 pagi.

Ia menatap wajah damai Arsen yang masih tidur dengan nyenyak. Ia menyingkirkan tangan Arsen yang berada pada tubuhnya.

Ia menuliskan sesuatu di atas kertas dengan tersenyum lebar. Setelah itu ia tempel di jam.

Ia tanpa mengganti pakaian maupun mandi segera pergi dari kamar. Ia hanya membawa dompet dan ponsel dengan bersiul kecil.

Ia juga keluar dari bangunan lalu menuju tempat gym. Ia harus melakukan pemanasan sebelum melakukan pertandingan.

Ia menatap ke penjuru tempat gym dengan tersenyum lebar. Akhirnya ia bisa melakukan latihan pada ototnya.

"Kenapa banyak orang yang ngeliat gue?" batin Lino dengan mencoba biasa-biasa saja.

Namun, syukurnya mereka tidak melakukan apapun kepadanya. Mereka mungkin hanya heran melihat orang asing sepertinya.

Pertama kali ia melakukan jalan di tempat untuk melatih otot kakinya. Ia juga latihan angkat beban untuk melatih otot lengannya.

Ia melakukannya cukup lama hingga waktu terus berjalan. Kemudian hingga pada akhirnya waktu menunjukkan pukul 8 pagi.

Ia segera pergi dari tempat gym, tetapi menemukan sesuatu yang lucu. Ia melihat beberapa remaja yang memukul teman sebayanya.

"Woy, bajingan! Ngapain lo pada?!" teriak Lino dengan berkacak pinggang.

"Nggak perlu ikut campur, Om!"

"Heh, Om mata lo buta! Gue ini masih kelas 11 SMA! Udah bajingan buta pula!" cibir Lino dengan merenggangkan ototnya.

Namun, orang-orang itu seketika lari terbirit-birit. Hal itu membuat Lino menjadi bangga dengan apa yang di buatnya.

"Haha, gitu aja takut! Cemen lo pada!" teriak Lino dengan tertawa terbahak-bahak.

Saat berbalik ia menemukan Arsen dan teman-temannya. Ia membuka mulutnya lebar-lebar pantas saja para berandal itu lari terbirit-birit, padahal mereka waktu itu hanya berdua.

"Ngapain ke sini?" tanya Lino dengan cengengesan.

"Beli makan," jawab Arsen dengan muka datar.

"Dih, katanya mau latihan gym tapi kok adu jotos! Liat tuh laki lo marah gitu. Habis ini lubang lo kayaknya bakal hancur," ledek Adya dengan tertawa puas melihat penderitaan sahabatnya.

Lino hanya meringis kecil. Ia kembali menatap seorang pria yang terluka dengan mengerutkan keningnya.

"Vano kayaknya lo harus bawa dia ke rumah sakit, deh!" seru Lino dengan menunjuk keberadaan pria itu.

"Iya, Nyai!" sahut Vano dengan memutar matanya.

Akhirnya mereka segera pergi dengan diam. Pada akhirnya Arsen juga tetap memperhatikan lelaki itu.

"Makan," ucap Arsen dengan menyodorkan salad buah dan sandwich.

"Hehe, thanks! Aku tadi emang beneran ke tempat gym. Tapi di jalan aku liat orang di bully jadi nggak tega," ungkap Lino dengan menggoyangkan lengan Arsen.

"Hmm," sahut Arsen.

"Hayo, Arsen merajuk tuh!" ledek Adya dengan tertawa puas.

Plak!

Adya sekali lagi mendapatkan pukulan telak. Pada akhirnya hanya terjadi perdebatan dari mereka.

***

Lino menatap seragam taekwondo dengan tersenyum tipis. Ia segera berjalan beriringan dengan anggota yang bertahan dalam 12 besar.

Ia berjalan dengan langkah tenang. Ia menatap para teman-temannya juga tunangannya yang menatapnya dengan melambaikan tangan.

Akhirnya babak ke 3 segera di mulai. Pertandingan itu di lakukan cukup singkat karena berisi orang-orang yang sangat lihai.

Awalnya Lino juga sangat gugup melihat perbandingan lawannya. Namun, perasaan gugup itu seketika hilang saat dirinya berada di depan.

Apalagi saat mendengar suara dukungan dari para sahabatnya dan kekasihnya. Ia melakukan pertandingan dengan baik hingga masuk ke babak empat yang akan menentukan siapa juara 1 sampai 3.

"Wah, atlet kita memang membanggakan!" goda Vano dengan tertawa mengejek.

"Oh, lo di sini? Tuh orang udah lo urus?" tanya Lino dengan mengerutkan keningnya.

Vano hanya mengangguk pelan. "Iya, tuh orang emang korban bully. Dia emang sering di perlakuan seperti itu karna berasal dari keluarga kaya dan jenius tapi tubuhnya lemah."

Lino dalam mendengar sudah paham. Ia membaringkan tubuhnya di atas lantai untuk mengistirahatkan tubuhnya.

Mereka di beri waktu beberapa jam sebelum melakukan pertandingan. Kemudian hingga pada akhirnya tiba.

Lino maju ke depan dengan menatap sang lawan. Pertandingan di lakukan dengan sengit hingga pada akhirnya Lino masuk ke babak 2 besar.

Perasaan Lino semakin gelisah. Seketika ia merasakan demam panggung. Namun, suara orang yang di sayang menguatkan dirinya.

"Lino jangan nyerah!"

"Lino jangan peduliin yang lain!"

"Lino semoga bisa," gumam Arsen dengan tersenyum manis.

Akhirnya Lino kembali ke depan dengan raut wajah serius. Ia memasang kuda-kuda dengan menatap lawannya.

Sekarang ia melawan perwakilan negara Korea Selatan. Perwakilan dari pemilik rumah membuatnya gugup.

Mereka sama-sama melakukan pertahanan. Dari mereka tidak ada yang melakukan untuk menyerang.

"Kalau begini nggak akan berakhir," batin Lino.

Lino sedikit lengah hingga sebuah tendangan mengenai wajahnya. Ia terdorong dengan mengelap darah yang berada di ujung bibirnya.

Akhirnya ke duanya mulai melakukan penyerangan. Lino agak kewalahan karena gerakan sang lawan.

Namun, hingga pada akhirnya tenaga Lino sudah habis. Ia sudah kalah dan lagi-lagi tidak menjadi nomor satu.

Lino menghirup udara berkali-kali dengan mencoba bangkit. Ia memberikan tanda penghormatan kepada pemenang.

"Kamu lawan yang kuat."

"Iya, kamu juga. Selamat atas kemenangannya!" ucap Lino dengan tersenyum tipis.

Setelah itu mereka berdiri dengan di berikan perhargaan dan mendali. Ia mengangkat mendali miliknya dengan tersenyum setidaknya ada peningkatan.

"Jangan sedih kamu sudah melakukan yang terbaik!" seru Arsen dengan tersenyum lebar.

Lino hanya tertawa kecil dengan mengangguk. Perjuangan dirinya setidaknya mendapatkan hasil yang baik walaupun tidak menjadi nomor satu.

***

Jangan lupa vote dan komen :)
Wih, Lino di semangatin ayang 😆
Lanjut!

Continue Reading

You'll Also Like

2.5K 237 33
"ayah kalo emang muak sama kita, tinggalin lah kita biar hidup ayah ngga sengsara seperti sekarang, kita rela ayah pergi asal ayah bahagia" ucap Rakh...
199K 11.9K 48
Sebuah peristiwa besar yang mengubah kehidupan seorang Althan, entah kesalahan apa yang ia buat sehingga ia harus merasakan semua ini. Seseorang yang...
687K 49.2K 44
Apa yang akan terjadi jika kamu memiliki dua gender sekaligus? WARNING: -cerita gay -m-preg -brother complex -18+ -pure imajinasi author -ini hanya c...
103K 10.9K 28
Seorang pemuda bernama Hinata Shouyo nekat pergi ke hutan terlarang karena rasa penasarannya. Menurut cerita dari kakek yang ada didesanya, di hutan...