Lino memejamkan matanya dengan memeluk guling. Ia mendapatkan mimpi yang cukup indah.
Byur!
"Shit! Siapa yang nyiram wajah gue?!" sergah Lino dengan mengelap wajahnya.
"Gue emangnya kenapa?!" sembur Mika dengan berkacak pinggang.
Lino bersin karena air masuk hidungnya. Ia menatap tajam dengan telinga yang agak berdengung.
Ia mulai menghentakan kepalanya di atas bantal. Ia melakukannya berkali-kali hingga cairan hangat keluar dari lubang kupingnya.
Ia menoleh wajahnya dengan tersenyum masam. "Dasar adek laknat lo! Kalau nyiram itu liat-liat, dong. Udah tau gue tidur miring masih aja di siram. Liat airnya masuk kuping gue!"
"Ish, iya maaf! Cepat mandi gue tunggu di bawah. Lo harus jadi supir karna gue males nyetir mobil atau gas motor," ucap Mika dengan meninggalkan kamar dengan wajah tanpa dosa.
Lino menatap Mika dengan tatapan tidak percaya. "Apaan ini? Gue jadi supir dia?"
Akhirnya dengan melakukan perdebatan batin. Kemudian ia memilih mandi dengan cepat tanpa banyak diam di kamar mandi.
Ia keluar hanya menggunakan handuk bawah sehingga bagian atas terbuka. Ia menatap cermin dengan melakukan berbagai gaya.
"Gue cakep banget," gumam Lino dengan mengelus dagunya.
Ia berjalan menuju lemari dengan cepat. Ia berpikiran sesuatu yang sangat menyenangkan untuk memberikan kejutan murid sekolahnya.
"Mari kita mulai," ucap Lino dengan tersenyum lebar.
***
"Aaaaah! Abang jangan kenceng bangsat!" teriak Mika dengan memeluk pinggang sang kakak.
"Eh, anjing! Rok gue udah mau terbang!"
Lino hanya tertawa kecil. Akhirnya ia memperlambat motornya dengan kecepatan sedang. Ia harus masih menjaga harga diri sang adik takutnya di jadikan bahan tidak senonoh oleh orang tidak bertanggung jawab.
Berapa menit kemudian mereka telah sampai di pekarangan sekolah. Ia menatap beberapa murid yang mulai hadir.
"Wah, pencapaian bagus gue nggak telat!" seru Lino dengan cengengesan.
Namun, beberapa murid cewek mulai memperhatikan mereka. Ia hanya tersenyum tipis jika dulu mungkin akan tebar pesona, tetapi dia sudah punya pasangan. Jadi lebih baik tebar pesona ke orang yang tepat.
"Siapa, tuh?"
"Murid baru kayaknya."
"Dari atas sampai bawah barang mahal semua, cuy!"
Lino hanya tertawa kecil. Sekarang ia memang sengaja berpakaian agak mewah dan bermerek.
Mereka berdua mulai melepaskan helm. Ia dapat melihat tatapan para murid yang agak tidak percaya.
Mungkin mereka terkejut karena melihat penampilan rapi dan dirinya masuk sebelum bel berbunyi. Namun, sebuah gosip dari beberapa orang membuatnya sedikit tidak yakin.
"Orang itu bukan yang nggak tau di untung?"
"Dia pacar gelap Bu ketos? Cih, ketos kita maunya aja sama berandal."
"Orang kayak Arsen aja di duain apalagi kayak kita."
Lino sedikit tercengang. Ia berjalan dengan langkah cepat lalu menarik tubuh sosok gadis yang menyebarkan rumor tidak jelas.
"Maksud lo apa nyebar rumor nggak jelas?" tekan Lino dengan mencengkeram erat tangan gadis itu.
"Gue nggak nyebar rumor! Itu emang fakta kali!"
Lino tertawa mengejek. "Fakta? Oke, jika bener itu fakta tapi apa pernah lo cari tau itu emang fakta atau fitnah?"
"Cih, coba lo liat ig lambe turah SMA Bintang. Itu akun selalu buat cerita hangat dan ada bukti nyata."
Mika membuka akun instagram yang di sebut oleh gadis itu. Ia menutup mulutnya menatap sang kakak dengan tatapan tidak percaya.
"Kak! Coba liat dulu!" seru Mika dengan menyodorkan ponselnya.
Lino mengerutkan keningnya. Lalu ia mulai memperhatikan foto dengan raut wajah biasa.
"Oh, ternyata foto ini gue kira apaan. Ini akun suka cari masalah nggak tau aja cerita sebenarnya," cibir Lino dengan memberikan ponsel kepada Mika.
Namun, tidak tahu saja Lino mulai ketar-ketir takut foto itu sudah di ketahui Arsen. Padahal dirinya tidak melakukan kesalahan apapun.
Awalnya ia ingin memberi kejutan kepada para murid justru dirinya yang terkejut. Gosip yang seperti ini justru semakin cepat tersebar.
"Mika temenin kakak lo ini ke kelas Arsen," bisik Lino dengan menggenggam tangan Mika.
Mika mengangguk pelan. Ia menarik tangan sang kakak dengan penuh semangat. Ia tidak akan membiarkan pasangan nyata itu kandas karena gosip semata ataupun orang ke tiga.
Mereka berjalan di lorong kelas 12 dengan muka datar. Lino menoleh ke belakang, tetapi kepalanya di putar ke depan oleh sang adik.
"Jangan dengerin mereka," tekan Mika dengan merangkul pundak sang kakak.
Saat di depan kelas Mika memdobrak pintu dengan cara kasar. Lino hanya bisa meringis kecil melihat pintu yang sudah terkapar di bawah.
"Ganti rugi anjing!"
"Dasar anak setan! Pintu rusak nanti kami yang di salahin!"
Ke dua kakak dan adik itu terlihat cuek. Tatapan mata tertuju kepada calon kakak iparnya.
Mika merenggangkan ototnya saat melihat sosok gadis di samping Arsen. Ia mendorong tubuh Ray dengan mendorong tubuh Lino hingga tersungkur ke arah Arsen.
"Gue lakuin apa nih Bos?" tanya Mika dengan mencengkeram dagu Ray.
"Terserah hukum ala dengan cara cewek atau pakai gaya lo," ucap Lino yang tampak tidak peduli.
Mika mulai menarik tangan gadis itu keluar dari kelas. Kemudian menyisakan penghuni kelas yang menatap mereka dengan ragu. Namun, setidaknya mereka tidak biang gosip seperti murid lain.
"Arsen ... kamu udah liat ig lambe turah?" tanya Lino berjongkok dengan memegang tangan Arsen. Wajahnya terlihat cemberut dengan menatap mata Arsen.
Arsen menutup bukunya dengan menatap mata Lino. Ia mengangkat tubuh Lino agar duduk di kursinya.
"Aku nggak peduli sama begituan," ucap Arsen dengan membenarkan letak kaca mata.
"Sebenarnya aku waktu itu nggak sengaja nabrak Tia si ketos. Jadi aku tolong tapi lagi-lagi dia hampir jatuh. Aku yang liat langsung pegang tangan Tia tapi karna aku mikirin kamu nggak sengaja lepas pegangan. Lalu ... tubuh Tia jatuh," beber Lino dengan cengengesan. Jika begini dirinya menjadi lega karena bisa menceritakan hal sebenarnya sebelum tahu dari orang lain.
Lino kembali menyodorkan ponselnya yang berisi fotonya. Ia memperbesar ukuran foto dengan menatap wajah Arsen.
"Kelihatannya foto ini di ambil dari sudut dinding. Foto ini emang sengaja di buat seolah kalian lagi pelukan. Fotonya rada blur berarti di ambil dari jarak jauh," ucap Arsen dengan muka datar. Tangannya kembali memperbesar foto.
"Ada bayangan di lihat dari postur tubuh orang ini cowok," lanjut Arsen dengan mengerutkan keningnya.
"Wah, kang gosip itu cowok ternyata!" seru Vano dengan tertawa terbahak-bahak.
Lino tersenyum manis dengan menatap mata Arsen. "Emang ketua Dark King yang jenius bahkan sangat detail. Jika begitu banyak orang yang nggak bisa kita percaya di sekolah ini."
"Btw kamu makin ganteng pakai kacamata. Kok aku baru liat kamu pakai kacamata, ya?" ucap Lino dengan memeluk lengan Arsen. Tangannya memegang kacamata lelaki itu.
"Minus orang pintar itu jelas beda, No! Dia minus karna baca buku, orang kayak kita minus karna sering main hp," celetuk Vano dengan tertawa puas.
"Bener juga! Kalau gitu aku mau pergi ke kelas. Hmm ... sekalian cek keadaan Mika," ucap Lino dengan tidak yakin. Justru keadaan Ray yang akan mengkhawatirkan.
Cup!
Setelah mengecup pipi Arsen. Lino berlari keluar hingga menabrak seseorang.
"Hehe, maaf Pak. Sini Lino bantu!" ucap Lino dengan cengengesan.
"Kabur!" lanjut Lino setelah selesai membereskan masalah.
***
Jangan lupa vote dan komen :)
Kebiasaan deh netizen 😊
Lanjut!