(NOT) BEST MISTAKE ✅ [SELESAI]

Od MindriSugan

406K 19.5K 344

(END) ----- "Gara-gara pesta sialan itu, gue terpaksa nikah sama cewek yang engga gue kenal. Baru juga sehari... Více

BLURB
Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28 (18+)
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60 (END)
Epilog
Extra Part
Extra Part 2

Part 35

5.4K 259 4
Od MindriSugan

Giska menghempaskan tubuhnya sedikit kasar ke sandaran kursi yang ia duduki, pekerjaan nya hari ini cukup berat dan membuatnya harus sedikit mengeluarkan tenaga ektra, tubuh serta pikirannya di buat bekerja keras kali ini.

Beban di pikirannya cukup banyak, bukan hanya tentang pekerjaan, tapi ada hal lain lagi yang membebani pikirannya, hal lain yang ada kaitannya dengan kejadian di villa beberapa hari lalu.

Tiga hari berlalu tapi kejadian itu masih membekas di pikirannya, ia selalu merasa sedih kala di tuduh dan di pojokan seperti itu, ini kali pertama ia mendapat perlakuan seperti itu dari orang lain.

Selama hidupnya, kehidupan dirinya selalu biasa saja, adem ayem tanpa ada masalah seperti ini, kehidupan nya di Surabaya lebih indah di banding dengan di Jakarta, rindu rasanya kehidupan di Surabaya sana.

Namun dirinya tidak boleh egois sekarang, ia sudah menjadi seorang istri, kehidupannya sudah berbeda, ada tanggung jawab yang harus dia pikul, dan lagi ia tidak boleh mengeluh hanya karna satu masalah yang datang pada diri kita.

Selama ada Ravin di sisinya, ia akan selalu kuat dan tegar menghadapi segala cobaan yang datang, ia akan terus bersama dengan Ravin, suami nya itu tegas mengambil sikap, tidak terprovokasi oleh ucapan orang lain.

Ravin selalu percaya kepadanya, ia bersyukur karna Ravin menjadi suaminya, kisah cinta dan rumah tangga mereka baru di mulai, baru seumur jagung, mereka berdua masih belajar dalam membangun bahtra rumah tangga mereka.

"Hai, Gis!"

Lamunan Giska buyar saat suara Berta terdengar di telinganya, selain itu satu tepukan dari Berta sedikit membuat Giska terperanjat. Setelah itu Giska menoleh sambil sedikit merekahkan senyum di bibirnya.

"Ngelamun aja kamu ini! Sudah waktunya pulang," ucap Berta.

"Eh! S-sudah waktunya pulang mbak?" Giska justru bertanya.

Berta mengangguk. "Iya. Sampai segitunya kamu ngelamun. Mari pulang sama-sama!"

"Duluan aja mbak. Aku mau beresin ini dulu," balas Giska.

Berta mengangguk. "Kalau begitu saya duluan ya, Gis!"

"Iya mbak."

Setelah itu Berta pergi meninggalkan ruang kerja, setelah itu di susul oleh beberapa karyawan lain, semakin lama ruangan tersebut menjadi sepi dan menyisakan Giska sendirian yang masih berkutat membereskan meja tempatnya bekerja.

Namun beban di pikirannya kembali mengusik, lagi-lagi Giska melamun dan membuat aktivitasnya tertunda, Giska justru termenung sambil memikirkan kejadian beberapa hari yang lalu.

Waktu beranjak kembali, semakin lama Giska termenung semakin lama pula waktu yang tersita.

Giska kembali terperanjat oleh lamunan nya sendiri, saat terbayang sosok Ravin di benak nya lamunan itu langsung buyar, Giska yang awalnya termenung kembali tersenyum kala mengingat sosok sang suami yang sangat di cintainya.

Harusnya dia tidak memikirkan hal tidak berguna seperti itu, di sisinya ada orang-orang yang akan selalu menguatkan dirinya, tak peduli apa pun yang terjadi harusnya dia percaya dan yakin, kalau semua akan baik-baik saja.

Cobaan akan datang silih berganti ke bahtera rumah tangganya, namun sekuat apa pun cobaan yang datang, ia harus bisa menyikapinya dengan bijak, tidak boleh ada kesedihan yang akan menjadi bebean di pikirannya.

"Eheum!"

Sebuah deheman lagi-lagi membuat Giska terperanjat, untung barang-barang yang akan ia bereskan tidak terjatuh karna hal itu.

Giska kembali menoleh, disana sudah berdiri Fredy yang sedang memasang senyum di bibirnya. Giska menghela napas pelan saat melihat sosok bos nya itu, entah kenapa ia tidak suka dengan bos nya, apa lagi Berta sudah mewanti-wanti supaya tidak menarik perhatian sang bos.

Tapi, entah kenapa bos nya itu justru datang menemuinya, walau bukan hal yang asing kalau seorang bos menemui karyawannya, tapi kalau sedang sepi begini rasanya agak aneh juga, apa lagi bos nya itu terkenal genit di mata karyawannya.

Biasanya selalu ada Erina yang mengekori bos nya itu, tapi kali ini Fredy sendirian, situasi saat ini bisa jadi masalah kalau di lihat oleh orang lain, mereka bisa salah paham kepada Giska.

"Maaf-maaf! Saya mengagetkan kamu ya?" tanya Fredy dengan senyum genitnya.

"E-engga kok pak," jawab Giska gelagapan.

"Jangan panggil pak dong! Saya gak setua itu juga. Lagian ini sudah waktunya pulang kerja, panggil Fredy saja biar lebih akrab."

"I-iya."

"Kamu belum pulang?"

"Be-belum."

"Kalau begitu biar saya antar kamu pulang. Kebetulan kita searah."

"Eh! G-gak usah pak. S-saya pulang naik angkutan saja."

"Loh! Sudah saya bilang jangan panggil pak."

"M-maaf! S-saya tidak terbiasa."

Suasana canggung Giska rasakan saat ini, apa lagi berduaan di ruangan ini membuatnya sedikit ketakutan, apa lagi melihat perangai sang bos yang selalu menatapnya lekat membuat Giska ketakutan setengah mati.

Bisa saja Fredy akan berbuat hal yang tidak di inginkan, apa lagi suasana sangat mendukung seperti ini, yang ada Giska habis di terkam oleh bos nya yang genit itu.

"Pulang bareng saya," ucap Fredy yang lebih ke pemaksaan itu.

"S-saya pulang naik angkutan saja. M-maaf!"

"Saya tidak menerima penolakan. Kamu harus pulang bareng sa---"

"Sayang!" Suara Ravin memotong perkataan Fredy.

Giska langsung menghela napas lega saat Ravin terlihat disana, akhirnya dirinya bisa lepas dari bos nya itu, ia bersyukur karna Ravin datang tepat waktu di saat suasana mulai tidak mengenakan.

Ravin perlahan berjalan mendekat ke arah Giska yang masih membereskan meja tempatnya bekerja, tatapan nyalang Ravin tunjukan ke arah Fredy saat sosok itu ada di dekat Giska.

"Ayo pulang!" ajak Ravin tanpa menghiraukan Fredy.

"Sebentar. Aku beresin barang-barang dulu," balas Giska lembut.

"Siapa kamu? Kenapa kamu bisa masuk ke kantor saya?" tanya Fredy dengan nada tinggi.

Fredy terkejut, ada sosok asing yang bisa masuk ke kantornya seperti ini, padahal ada beberapa satpam di pintu depan, harusnya satpam menghentikan Ravin disana.

Dan lagi, Fredy merasa heran, kenapa bisa Giska tidak berantem dengan Ravin, harusnya kejadian waktu itu saat Erina memeluk Ravin membuat hubungan mereka retak, Erina bilang kalau tugasnya sudah selesai dan berhasil.

Fredy mengeraskan rahang nya kuat-kuat karna emosi. "Jawab pertanyaan saya!"

Ravin hanya membalas dengan sunggingan sinis di sudut bibirnya, dirinya tidak perlu menjawab pertanyaan konyol seperti itu, apa lagi pertanyaan itu datang dari orang seperti Fredy.

"Sudah. Ayo kita pulang sayang!" Giska langsung merangkul sebelah tangan Ravin mesra dan segera membawanya pergi dari sini.

Melihat itu Fredy langsung berdecak kesal, ini kali pertama dirinya di tolak seperti ini, biasanya dirinya selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, ia bisa melakukan apa pun sesukanya tanpa terkecuali.

Namun kali ini situasi berbeda Fredy rasakan, dirinya merasa terhina akibat penolakan itu, apa lagi yang menolak adalah perempuan yang berstatus karyawan baru di kantornya.

Fredy lalu mengambil handphone di sakunya, setelah itu menghubungi seseorang untuk meminta bantuan.

"Hallo! Saya perlu bantuan kamu lagi."

-----

Ravin dan Giska berjalan keluar dari dalam lift, Giska masih merangkul sebelah tangan Ravin dan menunjukan kepada bos nya itu kalau dirinya sudah ada yang punya. Ia ingin kalau bos nya itu sadar dan menjauhinya, ia tidak ingin bermasalah dengan bos nya itu.

Keduanya segera keluar dari dalam kantor dan segera menjauh, mereka pergi ke parkiran untuk mengambil motor Ravin yang tersimpan disana.

"Kamu kok bisa masuk sih?" tanya Giska heran.

Pasalnya tidak ada yang boleh ada yang masuj ke dalam kantor selain karyawan, orang luar bisa masuk kecuali kalau sudah buat janji dengan orang dalam atau bahkan rekan bisnis dari bos perusahaan.

Ravin menoleh lalu tersenyum tipis. "Apa pun bisa aku lakukan kalau menyangkut kamu."

"Dih... Gombal. Aku serius loh! Padahal orang luar di larang masuk."

"Itu rahasia. Lagian kamu lama banget sih! Aku 'kan jadi hawatir makanya aku masuk ke dalam."

"Hi, maaf! Gara-gara bos aku itu tuh aku sedikit ketahan di dalam, untung kamu datang di saat yang tepat."

"Tuh orang ngincer kamu ya!"

"Eh! Ng-ngincer aku? Maksudnya?"

"Dari gelagatnya bos kamu itu suka sama kamu. Harusnya kamu juga sadar akan hal itu!"

"Iya. Aku juga sadar kok. Padahal aku udah berusaha gak menarik perhatian orang lain kok."

"Kamu itu terlalu cantik dan berkarisma, apa lagi setelah menikah, pesona kamu semakin terpancar."

"Hihi, kamu ada-ada saja. Berarti pesona kamu juga semakin terpancar, sampai membuat Clara klepek-klepek."

"Ck, gosah nyebut nama itu. Aku kesel jadinya."

"M-maaf!"

"Sudah jangan di pikirkan."

Setelah itu keduanya diam, sampai tiba di parkiran pun Ravin tidak bicara lagi, Ravin sedikit kesal setelah mendengar nama Clara, nama itu seakan haram di sebut di depan Ravin.

Giska yang sadar sudah keceplosan merasa tidak enak hati, jujur dirinya juga sedikit kesal karna sudah menyebut nama itu, apa lagi nama itu yang sudah membuat mereka bermasalah, semua itu gara-gara Clara.

"M-mas!" panggil Giska lembut. Ravin menoleh sambil menautkan kedua alisnya.

"Maaf!" ucap Giska.

Ravin tersenyum lalu sedikit mengacak rambut Giska. "Jangan di pikirkan."

"T-tapi! Mas diam aja dari tadi. Mas marah sama aku?"

"Engga. Mas gak marah cuma kesel aja kalau denger nama itu."

"Maaf!"

"Gpp. Kamu gak salah kok. Maafin mas juga ya kalau buat kamu sedih!"

Giska tersenyum, kemesraan mereka sangat jelas di tunjukan di mana pun itu, mereka sudah tidak terlalu malu-malu lagi, justru saat ini mereka seakan menujukan kepada publik kalau mereka itu saling memiliki satu sama lainnya.

Mereka berdua bahkan sudah siap jikalau suatu hari nanti status sebenarnya mereka terungkap, mereka juga tidak peduli kalau andai hubungan mereka besok atau lusa banyak orang yang tau, mereka sudah siap dengan semua itu.

"Mas!" Giska kembali memanggil dengan nada manja.

"Kenapa?" tanya Ravin menatap lembut istrinya itu.

Giska menyengir lebar. "Laper."

Mendengar itu Ravin sedikit terkekeh. "Laper? Mau makan di luar atau di rumah?"

"Di luar aja, boleh? Aku mau nyoabin makanan di cafe Mama."

"Boleh. Ya udah, kita kesana sekarang."

"Ok mas."

Setelah itu keduanya naik ke atas motor, tanpa menunggu lama Ravin langsung melajukan motornya keluar dari gedung perkantoran ini, mereka berdua langsung meluncur ke cafe milik Amira.

* * *

...TO BE CONTINUE...

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

6.1K 152 58
Genre : Fiksi remaja, romantis, remaja, perjodohan. Ini kisah tentang ketua BEM fakultas yang selalu mengejar ketua UKM dance. Elang Cakrawala Tare...
899 70 11
Kisah cinta Davion Adelard dan Keyra Edelsteen setelah mereka kembali bersama ❤
81.6K 3.7K 73
🌿🌿🌿🌿🌿🌿 # Rank 1-third 21 mei 2020 Silahkan baca sendiri yyyyy...... kalau mau tau kelanjutannya😂😂😂 #cerita ini Dinyatakan selesai finist..ja...
47.3K 2.5K 49
[FOLLOW SEBELUM BACA!] ⚠️TIDAK MENERIMA PLAGIAT BERBAGAI BENTUK APAPUN. INI MURNI KARYA SAYA⚠️ Pemaksaan pernikahan yang dilakukan dua keluarga, tida...