(NOT) BEST MISTAKE ✅ [SELESAI]

By MindriSugan

406K 19.5K 344

(END) ----- "Gara-gara pesta sialan itu, gue terpaksa nikah sama cewek yang engga gue kenal. Baru juga sehari... More

BLURB
Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28 (18+)
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60 (END)
Epilog
Extra Part
Extra Part 2

Part 10

6.9K 342 2
By MindriSugan

Satu minggu berlalu, hubungan di antara mereka berdua belum ada perubahan sama sekali, keduanya masih sama-sama belum bisa menerima, atau lebih tepatnya Ravin yang masih kukuh gak bisa menerima keberadaan Giska, di sisi lain pelan-pelan Giska sudah mulai bisa menerima keberadaan Ravin.

Giska sudah mulai berjuang untuk hubungan mereka kedepan nya, namun perjuangan itu sangat sulit di karnakan tidak ada respon sama sekali dari Ravin, ia merasa kalau ia sedang berjuang sendirian.

Oleh karna itu, untuk menghilangkan rasa kekecewaaan nya ia akan mencari kerja, beberapa hari yang lalu ia sudah mencari lowongan pekerjaan di internet, ia juga sudah daftar via online, ia sudah mendaftar di beberapa perusahaan.

Dan pada akhirnya, kemarin ia mendapat sebuah email dari salah satu perusahaan, perusahaan tersebut meminta Giska untuk datang langsung ke perusahaan mereka guna melalukan interview kerja secara langsung, semoga saja ia di terima di perusahaan tersebut, apa lagi dari detail perusahaan nya menunjukan kalau perusahaan itu lumayan besar.

Kini, Giska sudah berpakaian rapih sambil membawa CV lamaran kerja nya, ia juga sudah berdandan senatural mungkin, ia tidak terbiasa dengan dandanan yang tebal atau menor, ia lebih suka berdandan senatural mungkin.

Giska berjalan perlahan menuruni anak tangga, ia berjalan sedikit hati-hati mengingat ia memakai highhels, satu demi satu kakinya menuruni, setibanya di ruang tengah ia melihat oma dan mama mertuanya.

Sebagai menantu yang baik hati dan tidak sombong, Giska langsung menyapa mereka berdua.

"Pagi Mah! Pagi Oma!" sapa Giska dengan senyum merekahnya.

"Pagi sayang." balas keduanya sambil membalas senyum Giska.

Revita dan Amira langsung meneliti setiap jengkal penampilan Giska, mereka merasa heran saat melihat Giska yang sudah rapih seperti itu.

"Pagi-pagi sudah cantik begini! Mau jalan kemana sayang?" tanya Amira.

Giska tersenyum tipis. "Ada panggilan kerja, Mah. Giska di suruh ke kantor nya buat interview."

"Kerja?" Kaget Revita yang lantas segera mendekat ke arah Giska,
"kamu mau kerja?" lanjutnya.

"I-iya Oma," cicit Giska, ia menunduk takut.

"Kenapa harus kerja? Padahal kamu bisa diam saja di rumah, biar Ravin yang kerja sayang," tutur Revita.

"I-itu... Sebenarnya Giska sudah biasa kerja Oma, jadi kalau berhenti kerja serasa gak enak. T-tapi Oma sama Mama tenang aja, Giska engga lupa kok sama kewajiban Giska sebagai seorang istri," jelas Giska sedikit ragu.

"Kamu yakin? Sulit loh kerja sambil mengurus rumah tangga!" Amira menimpali.

"IngsyaAllah. Giska bisa kok," balas Giska dengan yakin.

Revita dan Amira langsung tersenyum puas, keyakinan yang Giska tunjukan sangat jelas. Sosok Giska mengingatkan mereka pada sosok mereka sendiri saat masih muda dulu, walau sudah menikah dan mempunyai anak mereka masih mau berkarir.

"Oma dukung kamu sayang," ucap Revita akhirnya.

"Mama juga dukung, tapi jangan sampai lupa sama tugas kamu sayang," sambung Amira.

"Makasih Mah! Oma!"

"Sama-sama sayang."

Giska akhirnya bisa bernapas lega, ia sudah mendapat restu dari Oma dan Mama mertuanya, ia juga tidak perlu menghiraukan Ravin sebab ia sudah membuat perjanjian dengan Ravin, apa lagi toh Ravin engga bakal terlalu peduli kepadanya.

"Oh ya! Ravin sudah tau kamu mau kerja?" tanya Amira memastikan.

Giska mengangguk pelan. "Udah, Mah. Giska udah bicarain ini semua kok jauh-jauh hari pada Ravin."

"Terus, Ravin nya mana? Dia gak nganterin kamu?"

"Eum... Ravin masih tidur, Giska gak tega bangunin nya. Lagian Giska udah biasa berangkat sendiri kok."

"Loh! Ya engga bisa gitu dong sayang! Jakarta dan Surabaya itu beda, lagian sekarang kamu udah punya suami jadi berangkat juga harus di antar suami." Revita menimpali.

"Engga apa-apa, Oma. Mungkin lain kali saja Giska di antar Ravin kerjanya."

"Kalau begitu, kamu di antar pak Miing ya!" tawar Revita.

"Engga apa-apa Oma, Giska naik amgkutan saja. Lagian hari ini Giska cuma mau interview doang, mudah-mudahan saja Giska di terima."

"Amiin."

Sosok Giska yang mandiri membuat nya tidak akan teralu betah jika harus di suruh tetap diam di dalam rumah, ia lebih suka bekerja dan berkarir untuk masa depan, ia juga tidak suka memanfaatkan harta orang lain bahkan dari kedua orang tuanya.

Sejak ia kuliah, ia sudah bisa membiayai biaya kuliah nya sendiri, walau terkadang masih di bantu tapi setidaknya ia bisa menanggung setengah dari biaya kuliahnya sendiri.

Sesaat setelah Giska memilih untuk kuliah di Surabaya, ia sudah membulatkan tekad untuk hidup mandiri, walau masih terlihat manja dan kekanak-kanakan tapi sosok asli Giska jauh lebih dewasa dari kelihatannya.

"Oh ya, ngomong-ngomong panggilan kerja nya dari perusahaan mana?" tanya Amira lagi.

"Kalau engga salah sih namanya Mahendra, Mah." jawab Giska sambil sedikit mengingat-ngingat.

"Oh Mahendra!" Amira mangut-mangut.

"Iya, Mah. Mama tau perusahaan itu?"

"Ah, engga kok."

"Heum. Kalau begitu, Giska berangkat dulu Mah! Oma! Assalamu'alaikum.

"Waalaikumsalam."

Sebelum berangkat kerja Giska mencium punggung tangan Amira dan Revita, setelah itu Giska berangkat dengan perasaan senang, ia berangkat dengan semangat baru di pagi yang cerah ini. Di ibukota ini, ia akan bekerja untuk pertama kali dan seterusnya, ia berdoa semoga ke depan nantinya di mudahkan segala urusan serta keinginannya.

Setelah kepergian Giska Amira dan Revita saling pandang untuk beberapa saat, mereka menatap satu sama lain nya seolah ada sesuatu yang sedang mereka isyaratkan secara diam-diam.

"Giska seperti kamu ya sayang! Gak suka diam walau sudah nikah sekali pun," tutur Revita akhirnya.

"Iya, kayak Momy juga. Mandiri dan pekerja keras, tapi... Mahendra group! Mira sedikit hawatir sama Giska." Amira sedikit mencurahkan kehawatiran nya.

Revita mengangguk, paham dengan kehawatiran yang di rasakan oleh menantunya itu. "Mom, juga hawatir sayang. Apa lagi yang kita tau perusahaan itu sangat buruk terhadap karyawan nya sendiri."

"Heueum. Mira juga denger kabar yang engga baik tentang perusahaan itu, katanya sih pemilik nya itu genit dan penggila pesta. Mira hawatir Mom sama Giska, Mira takut..."

"Sudah, kamu jangan berpikiran buruk begitu. Kita juga engga bisa nyegah keinginan Giska, kamu lihat 'kan tadi antusias Giska seperti apa, kalau kita cegah takutnya Giska jadi engga suka sama kita sayang."

"Iya juga sih, Mom. Mira juga sempat berpikir kesana, tapi..."

"Jangan risau sayang, biar Mom urus semuanya. Mom akan kirim orang kepercayaan Mom buat ngejagain Giska disana."

"Ouh... Mom memang the best deh."

Amira memeluk Revita dengan sangat manja nya, sudah terlihat bukan sikap manja Ravin berasal dari siapa, sikap manja Amira menurun langsung kepada Ravin, cuma bedanya Ravin juga mewarisi sikap dingin Kevin yang membuatnya mempunyai dua sisi, hangat dan dingin.

Revita yang bisa di bilang sudah berumur, namun dalam soal urusan kerja dan berbisnis, ia masih bisa di sanding 'kan dengan para pengusaha muda di zaman sekarang.

Walau umur sudah lebih dari setengah abad tapi ia pantang untuk kalah, ia juga tidak akan tinggal diam jika menyangkut dengan keluarganya, seperti barusan saat Giska akan bekerja di sebuah perusahaan cukup besar bernama Mahendra group.

Mengetahui sedikit tentang peringai si pemilik, Revita berinisiatif untuk mengutus seseorang ke dalam perusahaan tersebut, bisa di bilang ia menyuruh orang untuk menjadi pengawal pribadinya Giska.

"Hoamp... Oma sama Mama lagi ngapain sih! Kok pelukan segala!"

Suara Ravin yang terdengar di manja-manjain membuat Amira dan Revita sedikit tersentak, mereka lantas menoleh ke arah Ravin yang baru saja turun dari lantai dua, muka kusut dengan rambut berantakan menambah aksen bangun tidur yang kental dari Ravin, apa lagi sesekali Ravin menguap sambil menggaruk belakang kepalanya.

Ravin memilih duduk di salah satu anak tangga saat ia merasa sudah lelah berdiri terus dari tadi, kesan pertama yang bisa di gambarkan saat melihat Ravin adalah amburadul, gak ada kalem-kalem nya sama sekali, berbeda kala ia bersikap di depan Giska dan orang lain, selalu stay cold.

"Baru bangun kamu?" tanya sang Oma sedikit ngegas.

"Hoamp... Kali-kali Oma, mumpung lagi libur sekolah," balas Ravin santai.

"Ck, kamu ini ya! Oma 'kan sudah suruh kamu pergi liburan mumpung sekolah libur, enak 'kan bisa berduaan terus sama Giska. Kenapa juga kamu tolak?" lanjut Revita lagi.

"Males Oma males. Lagian Ravin males kemana-mana, toh mau di rumah atau di tempat liburan juga bisa kalau cuma mau berduaan sama Giska doang mah." Ravin menanggapi nya dengan santai.

"Cie... Sudah mulai suka kamu sama Giska? Iya?" goda Amira sambil menyunggingkan senyum nya.

"Apaan sih, Mah! Gaje deh." Ravin mengelak.

"Anak ini. Ngelak mulu kerjaan nya, kalau cinta bilang aja langsung jangan malu-malu begitu," lanjut Amira yang masih menggoda Ravin.

"Big no. Sampai kapan pun Ravin engga bakal suka sama Giska, titik."

"Awas kamu. Nanti kalau jatuh cinta beneran sama Giska gak mau lepas lagi."

"Bla bla bla bla. Ravin gak denger Ravin gak denger."

Tidak ingin semakin lama jadi bahan ledekan Oma dan Mama nya, Ravin memilih pergi menuju ke dapur untuk mengambil minum, sejak bangun tidur tadi ia belum menenggak setetes pun air putih yang membuat tenggorokan nya semakin kering.

"Ravin, nanti jangan lupa buat jemput Giska di tempat kerjanya."

"Ogah. Biarin aja pulang sendiri, berangkat sendiri pulang ya harus sendiri juga."

"RAVIN... Kalau kamu gak nurut, Mama coret kamu dari daftar keluarga Anggara."

"Iya-iya. Ancaman Mama engga lucu."

"Bla bla bla bla. Mama gak denger Mama gak denger."

Ravin tercengang mendapat balasan dari Mama nya itu, itu sama seperti saat ia menanggapi perkataan Oma dan Mama nya tadi. Ravin langsung berdecak kesal sambil menghabiskan segelas air di tangan nya.

"Dasar emak-emak."

* * *

...TO BE CONTINUE...

Continue Reading

You'll Also Like

182K 4.9K 83
Dijodohin dengan aktor? keberuntungan atau kesialan? Arshcarra Arkennia Elgibran diharuskan menikah dengan seorang aktor papan atas, Leo Gualtiëro...
1.1M 83.9K 40
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
47.3K 2.5K 49
[FOLLOW SEBELUM BACA!] ⚠️TIDAK MENERIMA PLAGIAT BERBAGAI BENTUK APAPUN. INI MURNI KARYA SAYA⚠️ Pemaksaan pernikahan yang dilakukan dua keluarga, tida...
81.6K 3.7K 73
🌿🌿🌿🌿🌿🌿 # Rank 1-third 21 mei 2020 Silahkan baca sendiri yyyyy...... kalau mau tau kelanjutannya😂😂😂 #cerita ini Dinyatakan selesai finist..ja...