MUMTAZ DANURWENDHA | NEW VERS...

By mrtangl

31.2K 1K 76

Sebenarnya, cinta itu anugerah. Bukan malapetaka. More

1. Bintang Mumtaz Danurwendha
2. Angeline Queenza
3. Sudut Pandang Mumtaz
4. Sudut Pandang Angel
5. Pertemuan Pertama
6. Pertemuan Keluarga
8. Alhamdulillah Sah!
9. Awal Baru
10. Tentang Istimewa
11. Ibu Guru Baru
12. Pengakuan (1)
13. Ryandra Aroganel
14. Sebuah Kejadian
15. Te amo, my Angel
16. Pengakuan (2)
17. Kepingan?
18. Sebuah Pantas
19. Sebuah Episode Di Masa Lalu
20. Usman atau Mumtaz?
21. Dia?
22. Mimpi atau Pertanda?
23. Aku mual
24. Keturunan Danurwendha

7. Berangkat Pagi Bersama

1.4K 48 4
By mrtangl

"Entah kenapa, kehadirannya terasa berbeda."

Bintang Mumtaz Danurwendha

°

°

°

"Nggak mau gue, Ma!" Entah sudah ke berapa kalinya Mumtaz menjawab pertanyaan sang mama dengan jawaban yang sama.

"Ih, Sayang. Sekali saja, kamu jemput Angel dan ajak dia berangkat bareng." Pinta Liana kepada putranya yang sangat gengsian.

"Ma, Mumtaz berangkat." Mumtaz memilih berangkat pagi untuk ke kantor dari pada sang mama terus memaksanya.

"Kalau kamu nggak turutin permintaan mama, mama nggak mau ngomong sama kamu!"

Glek. Mumtaz susah menelan ludahnya sendiri. Nafasnya tercekat begitu saja. Kakinya bahkan berhenti untuk melangkah menuju pintu rumahnya.

"Ma..." Rengek Mumtaz mendekati mamanya yang menampilkan wajah datar.

"Iya iya. Mumtaz jemput Angel." Pasrah Mumtaz, dari pada mamanya itu marah.

"Beneran?" Tanya Liana menahan tawanya.

Mumtaz mengangguk. "Iya, Ma. Ya udah, Mumtaz berangkat."

"Hati-hati, Sayang!"

****

"Angel berangkat. Assalamualaikum." Angel menyalimi tangan bundanya.

"Waalaikumsalam. Hati-hati, anak bunda. Yang pintar ya, Nak." Jawab Mutia. Suami dan putranya sudah pergi selepas sholat subuh pagi tadi.

Angel mengangguk. "Iya, Bun."

Tin! Tin!

"Ada apa, Pak?" Tanya Angel pada satpam rumahnya yang tengah berjalan untuk membuka gerbang agar lebih lebar.

"Ada tamu sepertinya, Non." Jawab Pak Tejo.

Angel mengerutkan keningnya. "Ya udah, suruh masuk aja, Pak. Lagian di dalam ada Bunda."

"Angel mau berangkat sama Pak Adi. Assalamualaikum." Kata Angel menyalimi tangan Pak Tejo, tetapi pria paruh baya itu segera menarik tangannya.

"Maaf, Non. Jangan." Ujar Pak Tejo.

"Nggak apa-apa, Pak." Sahut Angel tersenyum.

Angel berjalan keluar gerbang rumahnya, menganggukkan kepalanya kepada para bodyguard rumahnya yang memberikan senyum pada dirinya.

Disaat Angel akan membuka pintu mobil, tangannya ditahan oleh sebuah tangan besar. "Berangkat sama gue."

Angel menatap manik mata coklat gelap itu. Pria berkulit putih itu menatapnya dalam.

"Ih, eng-nggak!" Angel menarik tangannya, namun nihil. Mumtaz malah menarik tubuh kecilnya untuk lebih dekat dengan pria itu.

"Lepasin!"

"Gue udah izin sama bokap lo."

"Tapi-"

"Pak, Angel berangkat sama saya." Kata Mumtaz kepada Pak Adi, sopir pribadi yang dikhususkan untuk mengantar Angel ketika bepergian.

Setelah mengatakan itu, Mumtaz menarik Angel yang masih terdiam untuk berjalan mendekati mobil jaguar hitam miliknya. Membuka pintu mobil dan menuntun gadis itu untuk duduk. Memasangkan seat belt ke tubuh mungil itu.

Angel menahan nafasnya sejenak, jantungnya berdegup kencang. Wajah Mumtaz begitu dekat dengan wajahnya.

"Deg deg-an lo?"

Angel membuang wajahnya cepat. Ia sangat merasa malu saat ini.

"Cantik banget kalau lagi malu."

****

Ya ampun, Angel deg deg-an banget. Batin Angel dalam hati. Ia bahkan sesekali mencuri-curi pandang kepada Mumtaz.

Angel akui, pria itu benar-benar tampan. Ketegasannya semakin terlihat jelas saat sedang menyetir mobil seperti ini.

"Gue tau kalo gue ganteng." Celetuk Mumtaz. Seketika membuat Angel mengalihkan pandangannya, duh malu sekali.

Getaran ponsel yang berada di saku rok sekolahnya, mengalihkan perhatiannya. Ia segera mengambil iPhone miliknya dari saku.

Abang Usman Zaman
Online

•Assalamualaikum. Hai, Sayang. Maaf ya, abang nggak bisa nganter sekolah

Waalaikumsalam, iya✓•

•Kamu berangkat sama Mumtaz?

Iya✓•

•Dia nggak apa-apain kamu, kan?

Ih, enggak kok✓•

•Kalau udah sampai sekolah, chat abang.

Iya, abang jomblo!✓•

Setelahnya, Angel cepat-cepat mematikan iPhone miliknya dan memasukkan kembali ke sakunya. Ia yakin, abangnya itu akan mengomel.

"Udah sampai."

Senyum Angel mengembang. "Terimakasih, Tuan." Katanya sembari menggerakkan tangan hendak melepas seat belt.

Namun, tangan besar itu lagi dan lagi menahan tangannya. Pria itu membuka seat belt yang melekat di tubuh mungil Angel

"Kalau manggil gue, 'kakak' aja. Biar sama kayak Ana." Kata Mumtaz setelah selesai melepas seat belt itu.

Mumtaz menyelami manik mata abu-abu terang itu. Kini, wajah keduanya benar-benar sangat dekat.

Angel tersadar dari tatapan mata keduanya. "Saya masuk dulu, Tu- maksud saya Kakak. Assalamualaikum."

Angel membuka pintu mobil dan segera keluar, kemudian berjalan menuju kelasnya.

"Menarik."

****

"Bagaimana perkembangan penjualan bulan kemarin?"

"Penjualan narkoba dan senjata, semua aman." Jawab Gentha. Gentha Pradipna.

"Benar. Untuk masalah perusahaan, juga lancar. Semua berjalan sangat baik." Ujar Kenneth. Kenneth Alvaro.

"Lo nggak ada rencana untuk penjualan wanita?" Tanya Revan. Revan Gentama.

"Mereka juga manusia." Sergah Kenneth pada sahabatnya.

Revan hanya menyengir kepada sahabatnya itu. "Ya namanya juga usul."

"Usul lo nggak guna anjing!" Umpat Gentha.

"Nggak berperikemanusiaan." Ujar Mumtaz.

"Pfftt... Apa? Berperikemanusiaan? Emang yang lo lakuin selama ini bisa dibilang berperikemanusiaan, Taz?" Sarkas Revan sambil menahan tawa, membuat Mumtaz terdiam seribu bahasa.

Gue kenapa? Batin Mumtaz bingung.

"Lo kenapa, Taz? Agak berubah kayaknya, semenjak dari SMA Angkasa kemarin." Curiga Kenneth.

Saraf tubuh Mumtaz menegang seketika. "Nggak. B aja."

"Eh, kalian nggak ada rencana manggil gue dengan panggilan 'dek' gitu? Secara, gue, kan, paling muda di sini. Umur 25 tahun." Ujar Revan bangga.

Bugh

"Akang Gentha! Jahat!" Kata Revan mulai drama. Mengusap lengannya yang dipukul oleh Gentha.

"Anjing, nggak usah mulai." Jengah Kenneth melihat tingkah Revan.

"Bangsat si Revan!" Umpat Gentha ketika Revan mulai memeluknya manja.

"Yang paling tua itu Mumtaz, 27 tahun. Terus gue sama Gentha, 26 tahun. Baru nih, si Revan bangsat." Kata Kenneth menatap risih Revan dan menatap kasihan pada Gentha.

"Kapan nikah, Taz?" Tanya Gentha penuh selidik.

"Ngapain tanya gitu?" Tanya balik Mumtaz.

"Gue udah punya pacar nih." Ujar Gentha dengan senyumnya yang menawan.

"Wah, jangan-jangan sama si Kia, kan?" Tebak Ken.

Gentha mengangguk. Senyumnya semakin mengembang.

"Dih, gitu dulu lo bilang kalau dia jelek kaya iguana. Nelen ludah sendiri, kan, lo." Ujar Ken.

"Hah? Apa ini? Kakanda, jangan tinggalkan adinda!" Kata Revan sambil meremas bajunya bagian dada.

"Anjing, apaan sih lo! Malu diliatin anak buah!"

****

"Besok aku izin, mau ke Bogor." Kata Angel disela-sela ia makan nasi goreng di hadapannya.

"Hah? Ngapain?" Tanya Vera dramatis.

"Sepupu aku menikah." Jawab Angel sesuai yang ayahnya beritahukan tadi malam.

Flashback on

"Ayah, aku harus jawab apa kalau teman-teman aku tanya alasan soal aku besok tidak berangkat sekolah. Aku harus jawab apa, Yah?"

Mahendra tersenyum, mengerti kegelisahan yang dirasakan putrinya. "Jawab saja kalau besok sepupu aku yang ada di Bogor menikah."

Angel mengangguk. "Iya, Ayah."

"Nanti siang, ayah antarkan surat izinnya ke wali kelas kamu, ya."

"Iya, Ayah."

Flashback off

"Oh, gitu. Jangan lupa souvernir." Ujar Aira seenak jidat.

"Iya, Ngel, bener yang Aira bilang." Kata Vera. Kemudian Aira dan Vera bertos ria bersama.

"Hati-hati, ya. Nanti kalau ada tugas, gue kabarin." Ucap Renata sambil tersenyum.

"Makasih, Renata. Maaf, kalau ngerepotin kamu." Sahut Angel merasa tak enak.

"Nggak, kok. Oh ya, nanti siapa yang jemput lo? Mau bareng?" Tawar Renata.

"Tadi pagi, lo diantar Kak Usman?"

Deg

Ya ampun, aku harus jawab apa? Maaf, kalau aku bohong lagi. Batin Angel gelagapan.

"Emm, itu tadi diantar Abang Usman. Mungkin nanti juga dijemput Abang Usman." Jawab Angel sambil tersenyum.

Renata berpikir sejenak, sedikit ada yang aneh dari nada bicara Angel. Ia seperti agak... ragu.

"Oh, iya. Ya udah, buru habisin. Bentar lagi bel."

Angel mengangguk. "Iya, Ren."

Aira Vanyaretha, Renata Azkia, Vera Fransiska. Mereka adalah sahabat Angel, dari kelas 10 sampai sekarang kelas 12.

****

Mama is calling...

"Halo, Ma?"

"Jangan lupa jemput calon mantu mama!"

"Males, paling juga ada abangnya yang jemput."

"Nggak usah sotoy kamu, Kak! Ayah dan abangnya Angel, pulangnya itu masih nanti malam. Mama habis telfonan sama bundanya tadi, sekalian minta izin. Diizinin, asal jangan kamu serang sekarang, ya, Kak! Belum sah, ingat!"

Mumtaz menghembuskan nafasnya kasar. Kenapa pembicaraannya dengan sang mama, jadi ambigu begini?

"Hmm."

"Ya udah, pokoknya kamu harus jemput calon mantu mama!"

"Hmm."

"Kamu paham?"

"Hmm."

"Awas aja kalau sampai nggak kamu jemput!"

"Hmm."

"Jangan diapa-apain. Ingat, belum sah!"

"Hmm."

"Kamu sekarang bisu, Kak?!" Tanya Liana kesal dengan putranya.

"Iya, Mama!"

"Ya udah, mama tutup."

Tut... Tut...

Liana sengaja tak mengucapkan salam, ia yakin pasti putranya tidak akan menjawabnya.

Mumtaz kemudian teringat, ia harus izin kepada sahabatnya kalau besok ia tidak bisa datang ke markas dan perusahaannya. Terdapat dua grup, khusus inti dan seluruh keanggotaan mafia miliknya.

Kemudian, ia mencari nama grupnya dengan para sahabat di aplikasi whatsapp. Ternyata grup itu sudah ramai, siapa lagi kalau bukan Revan pelopornya.

Orang Orang Tampan
Revan sedang mengetik...

Revan Gentama: Eh, tadi gue ketemu Gentha lagi jalan sama Kia!

•Kenneth Alvaro: Brsk lo.

Revan Gentama: @Kenneth Alvaro kamu anjing!

Gentha Pradipna: Kenapa pada ribut?

Revan Gentama: Wah, Mumtaz nyimak. Tumben broo

Bct.✓•

Kenneth Alvaro: Gentha, lo lg sm Kia?

Gentha Pradipna: Iya, Ken

•Kenneth Alvaro: G ush ky gt, jijik gue, bgst.

Gentha Pradipna: Haha, oke oke, gue bercanda. Geli juga ya, ketikan gue. @Revan Gentama gue emang lagi sama Kia. Sirik lo?

Pgn ngmng.✓•

Jgn pd ngtk.✓•

•Revan Gentama: Siap mendengarkan! Cepetan, udah penasaran banget!

•Kenneth Alvaro: Silahkan, kakak

Gentha Pradipna: Anjing, diem lo! @Revan Gentama

Setelah dirasa tidak ada yang mengetik, Mumtaz mulai mengetikkan pesannya.

Bsk gw k bogor, sdra gw nikah. Ttp mrks sm prshn.✓•

•Revan Gentama: Hah?

Kenneth Alvaro: Besok gue ke Bogor, saudara gue nikah. Titip markas sama perusahaan.

Good.✓•

Gentha Pradipna: Kaya ga tau Mumtaz aja lo! @Revan Gentama

•Revan Gentama: Mumtaz keyboardnya bego, kaya orangnya! Gak ada huruf vokalnya, emang?!

Trsrh✓•

Revan Gentama: KESEL GUE TAU NGGAK?!

Gentha Pradipna: Gak usah berisik!

Revan Gentama: Gue gak sirik sama lo yang sedang kencan sebelum halal dengan Kia! @Gentha Pradipna

Revan sedang mengetik...
Gentha sedang mengetik...

Mumtaz memilih meninggalkan room chat itu, meletakkan ponselnya di atas meja. Sungguh, laporan di hadapannya membuatnya lelah.

"Bentar lagi tu cewek pulang. Apa gue minta nomor dia ke Tuan Mahendra?" Monolognya menimang-nimang.

Tuan Mahendra
Online

Permisi.✓•

•Waalaikumsalam. Ya?

"Anjing, kesindir gue." Umpatnya melihat jawaban dari Mahendra.

Sy blh mnt nmr Angel?✓•

•Angel (+62878xxxxxxxx)

Terima kasih.✓•

•Ya, Nak

Setelahnya, Mumtaz mengirim pesan ke Angel.

+62878xxxxxxxx

Blk jm brp?•

"Anjir, pake off segala." Umpat Mumtaz kesal.

Mumtaz segera mengembalikan room chat saat melihat Angel telah membuka pesannya.

•Assalamualaikum. Ini Kak Mumtaz?

Hm.✓•

•Angel pulang jam setengah empat. Kenapa kak?

Mm srh jmpt.✓•

•Maksudnya, Tante Liana nyuruh kakak jemput aku?

Hm.✓•

•Nggak usah kak

Ck, g ush bkn rbt.✓•

•Tapi kak, nanti kalau temen aku tanya. Aku jawab apa?

G ush alay. Gw tngg d halte.✓•

•Iya udah, iya. Angel mau beresin buku dulu. Assalamualaikum.

Hm.•

Mumtaz melihat bahwa gadis itu sudah meninggalkan room chat mereka. Artinya, gadis itu sudah off dari aplikasi whatsapp.

****

"Lo udah dijemput?" Tanya Renata kepada Angel.

Angel harus jawab apa? Batin Angel dalam hati.

"Emm, itu mungkin bentar lagi Abang Usman datang, Ren." Jawab Angel tersenyum.

"Oh, iya. Gue temenin, ya?" Tawar Renata ramah.

"Ah, nggak usah, jangan. Renata balik aja dulu, bentar lagi pasti datang." Elak Angel setenang mungkin.

"Oke. Gue balik, ya. Kalau ada apa-apa telfon gue." Sahut Renata tulus.

"Iya, Renata. Kamu hati-hati ya."

"Iya." Kemudian Renata menghidupkan motor sport berwarna merah miliknya.

"Gue balik." Pamit Renata dibalik helm yang ia kenakan.

Angel mengangguk dan mengacungkan kedua jempolnya.

Setelah melihat Renata sudah jauh, Angel bergegas berlari ke arah halte.

Benar dugaannya, Mumtaz sudah ada disana.

"Maaf, Kak." Ucap Angel memasuki mobil berwarna hitam itu.

"Telat enam menit." Sahut Mumtaz sembari menghidupkan mesin mobilnya, melajukan dengan kecepatan sedang membelah jalanan sore ibukota.

"Iya, maaf, Kak."

"Mau ke toko es krim?" Tawar Mumtaz melihat toko es krim yang cukup menarik minat.

Mata Angel berbinar, arah pandangannya fokus pada toko es krim itu.

"Ayo, Kak!"

****

"Kak, mau foto sama Angel nggak?" Tanya Angel dengan perasaannya yang senang selepas memakan dua cup es krim.

"Hm."

Angel melebarkan senyumnya. Membenahi bandana dan poninya, mengaktifkan kamera selfie-nya.

Cekrek

Cekrek

Cekrek

Tiga jepretan foto itu terambil.

Angel segera melihat hasilnya dengan semangat.

"Ihh, Kak Mumtaz cuek banget." Sungutnya sembari mengerucutkan bibirnya ke depan.

"Tapi nggak papa, lucu." Lanjutnya sembari tersenyum lebar.

"Udah?" Tanya Mumtaz sembari memandangi wajah cantik gadis itu.

"Iya." Jawab Angel yang masih memandangi layar handphone-nya.

"Ayo pulang." Mumtaz menjulurkan tangannya kepada Angel.

Angel menerima uluran tangan itu dengan hangat, menggenggam erat tangan besar milik Mumtaz.

"Ayooo!"

Continue Reading

You'll Also Like

1M 7K 3
Bagaimana rasanya jika kau terbangun di raga tokoh yang paling kau benci dalam sebuah novel? Yup. Begitulah yang Milla Seliya rasakan, ketika ia terb...
535K 6.8K 29
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
786K 38.1K 45
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
1.2M 46.4K 62
Menikahi duda beranak satu? Hal itu sungguh tak pernah terlintas di benak Shayra, tapi itu yang menjadi takdirnya. Dia tak bisa menolak saat takdir...