Tingkat Dua

Oleh coochocinoou

1.4M 155K 3.4K

Bagi Arunika yang tidak shining simmering splendid, berkenalan dan menjadi dekat dengan seorang Raditya adala... Lebih Banyak

Part 1 • Arunika
Part 2 • Arunika
Part 3 • Arunika
Part 4 • Arunika
Part 5 • Arunika
Part 6 • Arunika
Part 7 • Arunika
Part 8 • Arunika
Part 9 • Arunika
Part 10 • Arunika
Part 11 • Arunika
Part 12 • Arunika
Part 13 • Arunika
Part 14 • Arunika
Part 15 • Raditya
Part 16 • Raditya
Part 17 • Raditya
Part 18 • Raditya
Part 19 • Raditya
Part 20 • Arunika
Part 21 • Arunika
Part 22 • Arunika
Part 23 • Raditya
Part 24 • Raditya
Part 25 • Raditya
Part 26 • Raditya
Part 27 • Arunika
Part 28 • Arunika
Part 29 • Raditya
Part 30 • Arunika
Part 31 • Arunika
Part 32 • Arunika
Part 33 • Raditya
Part 34 • Raditya
Part 35 • Arunika
Part 36 • Raditya
Part 37 • Raditya
Part 38 • Arunika
Part 39 • Raditya
Part 40 • Arunika
Part 41 • Arunika
Part 42 • Arunika
Part 43 • Raditya
Part 44 • Raditya
Part 45 • Arunika
Part 46 • Raditya
Part 47 • Arunika
Part 48 • Arunika
Part 50 • Raditya
INFORMASI PENTING!

Part 49 • Raditya

21.4K 2.1K 16
Oleh coochocinoou

"Sial!" Aku menyisir rambutku ke belakang karena terlalu cemas.

Sudah lebih dari lima belas kali aku mengirimi Ika pesan teks, dan hampir sepuluh kali juga mencoba menghubunginya. Semuanya tidak menghasilkan sama sekali, dan justru suara operator lah yang terdengar dalam telingaku.

Sejak terakhir kali aku menghubunginya kemaren, whattsapnya masih centang satu hingga sekarang.

"Please, Ka. Angkat telfon Abang!" Gumamku sembari berjalan mondar-mandir di ruang sekretariat.

"Bang!" Suara Leo berhasil menghentikan langkahku.

"Ya?" Responku setelah menoleh ke arahnya.

Kulihat Leo melirik jam tangan di pergelangan tangan kirinya, lalu kembali menoleh ke arahku. "Lima belas menit lagi acaranya bakal dimulai, Bang. Lo jangan lupa siap-siap ya. Soalnya pesertanya juga udah pada dateng," Jelasnya sebelum kembali pergi.

Aku menarik napas panjang, lalu menghembuskannya secara perlahan. Duduk di salah satu bangku yang ada di sekret, dan mengambil sebotol aqua dan meminumnya untuk mendinginkan pikiran.

Aku harus mengontrol emosiku terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk keluar. Tanggung jawabku masih begitu besar, sehingga untuk sementara  fokusku tidak boleh terpecah. "Semoga kamu baik-baik aja, Ka."

***

"..... Besar harapan kami jika acara ini bisa menumbuhkan kepedulian kita  kepada masyarakat dan juga lingkungan sekitar. Dan tidak lupa juga menambah banyak insight yang nantinya akan sangat bermanfaat di masa mendatang."

"Mungkin sekian yang dapat saya sampaikan, terima kasih dan wassalamu'alaikum wr.wb."

Aku turun dari podium setelah selesai memberikan sedikit kata sambutan.

"Udah beres semua belom?" Tanyaku pada salah seorang panitia yang tepat berada di belakang panggung.

"Udah beres, Bang. Bang Saka juga udah dateng...."

Aku mengangguk-angguk menanggapinya. "Sekarang dimana orangnya?" Tanyaku padanya.

Aku mengikuti arah telunjuk Fahri, kemudian menemukan Bang Saka dan ketiga sahabatku yang sedang asik mengobrol. "Ya udah, semangat semangat! Gue temuin mereka dulu bentar."

***


"Halo bro...." Aku bersalaman ala laki-laki kepada keempatnya secara bergantian.

"Gimana, aman?" Reyhan bertanya padaku setelah beberapa saat.

Satria dan Ruben sedang asik bermain game online dari HP-nya, sedangkan Bang Saka sedang menyetel gitar yang akan digunakannya nanti.

"Overall aman sih, cuma tadi mulainya agak telat karena ada sedikit kendala." Aku menjelaskan tentang adanya sedikit kesalahan teknis di awal acara sehingga waktu mulai mundur sekitar lima menit.

"Bukan hal besar sih...." Responnya kemudian.

"Terus kenapa muka lo kusut banget?" Reyhan melontarkan satu pertanyaan lagi setelah melihat keadaanku yang mungkin sedikit berantakan. Dia adalah salah seorang yang sangat peka terhadap situasi apapun, sehingga tidak heran jika dia menyadari bahwa ada yang berbeda denganku hari ini.

"Ada masalah?" Lanjutnya kemudian.

Aku melirik Satria dan Ruben yang sedang ribut bersama teman-teman mabarnya. "Arunika!"  Hanya satu kata itu yang keluar dari mulutku.

Aku memutuskan untuk menceritakannya kepada Reyhan karena otakku sudah terlalu lelah untuk berfikir. Rasa cemas dan khawatir menjadi satu, sehingga aku butuh pandangan dari orang lain agar emosiku dapat terkontrol dengan baik.

Meski fokusku sedang terpecah belah, aku masih bisa menyadari jika barusan setelah aku mengatakan soal Arunika, Bang Saka sempat berhenti bermain gitar sebentar dan menatap tidak biasa ke arahku.

"Dia nggak dateng?" Aku mengangguk.

"Astaga, Dit!" Gue kira ada bencana apa sampe muka lo kaya gitu.

"Dia mungkin lagi sibuk atau ada acara gitu kali...."

"Nggak mungkin, Rey. Dia sendiri udah bilang kemaren kalo bakalan dateng ke acara ini. Ini acara terakhir gue sebelum demis loh...." Aku menjelaskan padanya bahwa beberapa hari sebelum kejadian itu, Ika sudah mengatakan bahwa dia akan datang dan menghadiri acara ini dari awal hingga akhir.

"Lo udah coba hubungin?" Aku kembali mengangguk untuk pertanyaannya barusan.

"Gue udah chat puluhan kali, dan bahkan udah gue telfon lebih dari sepuluh kali tetep nggak diangkat. Hpnya nggak aktif!" Aku memberitahunya bahwa sebelum ini aku sudah sangat berusaha untuk menghubunginya.

"Lo udah ke kosnya?" Kali ini Ruben yang bersuara..

"Gue afk dulu bro, ada urusan." Ucapnya kepada teman yang sedang bermain dengannya.

Apa yang dilakukan Ruben juga diikuti oleh Satria. Keduanya ternyata diam-diam mendengarkan pembicaraanku dengan Reyhan sedari tadi. "Belum sempet!"

Sejak semalam aku terlalu sibuk menyiapkan acara hingga baru tidur pukul setengah tiga pagi. Dan pagi ini aku juga tidak sempat untuk datang ke kontrakannya karena waktu yang aku miliki terlalu mepet."

"Kapan terakhir kali lo komunikasi sama dia?" Satria menduduki meja yang tadinya hanya dia gunakan untuk bersandar.

"Kemaren pas kita makan di deket kos. Hari dimana gue abis upload foto itu!"

"Kalian berantem di telfon?" Aku menoleh ke arah Bang Saka yang tiba-tiba ikut bersuara.

Aku menggeleng. "Enggak!"

"Tapi...."

"Tapi kenapa, Dit?" Ruben memberikan sebotol minum kepada Satria sembari merespon jawabanku.

"Ya kaya yang Bang Saka bilang kemaren. Ika baca komentar-komentar yang ada di foto itu, dan rasa insecure-nya kemaren muncul lagi."

"Dia ada bilang sesuatu?" Bang Saka kembali melontarkan satu pertanyaan.

Aku menoleh ke arahnya. "Ada. Dia ngerasa nggak pantes gitu sama gue. Dia ngerasa rendah diri gitu dari yang gue simpulin!"

"Pantes!"

"Ha? Lo bilang apa Bang barusan?" Aku memastikan apa yang barusaja Bang Saka gumamkan. "Gapapa kok,"

Belum juga aku mengatakan sesuatu, salah satu panitia acara datang dan menginterupsi. "Sori nih abang-abang, mau ngasih tau aja abis ini Bang Saka ya yang gilirannya tampil." Ucapnya sembari menunduk.

Sepertinya dia adalah mahasiswa tingkat satu, dan masih merasa sungkan karena menginterupsi kegiatan kami.

Aku melirik ke arah nametag-nya yang tertulis nama Dimas. "Santai aja, Dim. Kita cuma ngobrol-ngobrol biasa kok," Jawabku sembari menepuk pelan bahunya.

Aku tidak suka memberi kesan senioritas yang seperti pada umumnya. Merasa selalu benar, harus dihormati, dan juga tidak boleh di ganggu.

"Iya bener, Dim. Gue juga udah mau otw ke sana kok rencananya." Kali ini Bang Saka ikut membantuku menenangkan bocah ini. Sepertinya dia adalah korban dari rekan-rekan setimnya yang tidak berani datang kesini karena khawatir menganggu kami.

"Ya udah gue ke depan dulu ya..." Ucap Bang Saka sembari mencangklong gitarnya dan melengang pergi meninggalkan kami.

"Good luck, brother!" Teriak Satria saat Bang Saka sudah sedikit jauh dari kami.

Bang Saka mengangkat ibu jari tangan kirinya ke atas sebagai timbal balik dari teriakan semangat yang di lontarkan Satria.

***

Nomor yang Anda hubungi sedang tidak aktif!
Silahkan tinggalkan pesan suara!

"Ya ampun, Ka.... Kamu dimana sebenernya...." Gumamku karena Ika belum juga dapat ku hubungi.

Acara barusaja selesai, dan aku masih belum juga bisa menghubunginya. "Gimana? Masih nggak bisa?" Rayhan yang berdiri di hadapanku menyela kekalutan ku.

Aku mendongak, menatapnya, lalu menggeleng dengan lesu. "Nanti lagi, Dit. Inget, lo juga masih punya tanggungjawab di sini." Reyhan mengingatkanku bahwa aku masih punya tanggungjawab pada acara ini.

"Lo liat anak-anak lo di sana lagi pada beres-beres, dan lo malah disini dan nggak bantuin mereka. Nggak enak, Dit diliatnya!"

Aku menarik napas panjang agar dapat sedikit menenangkan pikiran. Lalu memasukkan ponsel ke saku celana, dan berjalan untuk bergabung bersama panitia-panitia lain yang sedang bersih-bersih. Bagaimanapun aku harus menjalankan tanggungjawab ini sebaik mungkin.

"Makasih banget buat semuanya atas kerja kerasnya hari ini. Alhamdulilah acara udah kelar dan berjalan sesuai ekspektasi. Jadi buat merayakannya, semuanya gue bakal traktir makan di tempat makan depan kampus jam 7 nanti!" Aku mengakhiri ucapanku dengan sorakan bahagia dari anak-anak.

Rasanya sedikit tenang karena bisa membuat orang lain merasa bahagia dengan hal-hal kecil yang kita lakukan.

"Abang bisa ikut juga nggak ntar?" Aku bertanya kepada Bang Saka yang memang masih bergabung bersama kami.

Anyway, penampilannya tadi benar-benar pecah dan membuat acara menjadi ramai seketika. Aku tidak menyangka bahwa di kampus ini fansnya sangat banyak, sehingga saat tau jika guest star acara ini adalah dia, peserta yang datang hampir tiga kali lipat dari target yang dituliskan dalam proposal. Benar-benar kekuatan seorang bintang!

"Gue usahain ya, Dit. Soalnya ada janji sama orang yang mau endorse," Ucapnya kepadaku.

Aku mengangguk mengerti. Mencoba memahami kesibukannya sebagai seorang influencer level atas yang jam terbangnya tidak diragukan lagi. "Oke, Bang. Nanti kalo bisa join, kabarin aja"

"Oke, Dit. Gue usahain banget dateng kok. Lumayan ngumpul sama anak muda kece, siapa tau bisa sambil sepik-sepik kan?" Bang Saka tertawa sembari menarik turunkan alisnya.

Aku ikut tertawa melihat kelakuannya itu. Sebagai sesama laki-laki, aku tau dia bukan lelaki brengs*k, dan apa yang dia katakan barusan hanyalah sebuah bahan candaan. "Serah lo deh, Bang. Yang penting kalo mau dateng jangan lupa kabarin."

***

"Ika nya ada di dalem?" Aku bertanya kepada salah seorang sahabat Ika yang mengontrak bersama. Jika ingatanku benar, namanya sepertinya Raini.

"Dia nggak ngasih tau lo?" Bukannya menjawab pertanyaanku, dia justru melemparkan pertanyaan padaku.

"Maksudnya?" Tanyaku karena tidak paham dengan maksudnya. Kali ini aku benar-benar clueless tentang apa yang sebenarnya terjadi padanya.

Kulihat Raini terdiam. "Hmm...hmmm... Mungkin dia lupa kali ya?" Gumamnya pelan.

"Ika lagi pulang kampung, Bang. Ke Depok dari kemaren..." Jelasnya yang membuatku kaget.

Ika pulang?
Tapi kenapa tiba-tiba, dan tidak mengabariku juga?

Gimana part ini menurut kalian?
Bentar lagi ceritanya mau tamat nih ....

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

3.9M 234K 41
Meninggalkan Indonesia dengan hati yang patah, Ana memulai kehidupannya lagi di Amerika. Melupakan urusan cinta, perasaan dan hatinya. Ahh apa sih ci...
22.4K 1.6K 46
•[Slow Up]• BangChin Area ft. Txt and Other Cast🍁 💜🍁 Silahkan yang mau mampir buat kehiburan atau kejenuhan kalian semua terutama Navi's. Tidak me...
363K 38.1K 44
[SUDAH TERBIT CETAK] "Sigap, cekatan dan sabar." Gintang Mahendra, seorang CEO muda yang tampan menyebutkan ketiga syarat itu sebagai pengganti sekre...
99.9K 12.5K 60
"I have crush on you, La!" Aku mengernyit heran. "Maksudnya?" Bukannya tidak faham dengan arti kalimat yang barusan di dilontarkannya, melainkan aku...