After Me Ugly

Por DevririMulya

562K 39.6K 11.4K

Demi mendapatkan hati seorang Riyu, tunangan yang tidak pernah menganggap kehadirannya, Scarletta terus melak... Más

P r o l o g
Ugly 1 - Biang Rusuh
Ugly 2 - Hargai Sebelum Pergi
Ugly 3 - Kebohongan!
Ugly 4 - Scarletta Sakit?
Ugly 5 - Rahasia Besar Scarletta
Ugly 6 - Peluk Atau Kita Jatuh Berdua?
Ugly 7 - Dokter Kulit
Ugly 8 - Become Ugly
Ugly 9 - After Me Ugly
Ugly 10 - Kehidupan Baru Sang Antagonis
Ugly 11 - Tak Terbalas
Ugly 13 - Lelaki Misterius
Ugly 14 - Nyaris Terbongkar
Ugly 15 - Mengunjungi Scarletta
Ugly 16 - Teman Masa Kecil Riyu
Ugly 17 - Linggar Laksamana
Ugly 18 - Ingkar Janji
Ugly 19 - Acne Girl
Ugly 20 - Mau Digendong?
Ugly 21 - Sang Pelindung
Ugly 22 - Hug Me In The Rain
Ugly 23 - Bekal Yang Terbuang
Ugly 24 - Semoga Terkabul
Ugly 25 - Kecupan Pertama
Ugly 26 - Tragedi Dalam Hujan
Ugly 27 - Rumah Sakit
Ugly 28 - Fakta Terungkap
Ugly 29 - Kilas Balik
Ugly 30 - Kita Impas?
Dear Readers Sayang
Ugly 31 - Kesempatan Untuk Linggar?
Ugly 32 - Drama Aluna
Ugly 33 - Tau Nggak Orang Khawatir?
Ugly 34 - Tolong Jujur, Letta!
Ugly 35 - Kita Usai, Aluna
Ugly 36 - Jebakan Kolam Renang
Ugly 37 - Jangan Menangis Letta
Ugly 38 - Hukuman Untuk Riyu
Ugly 39 - Penyiksaan dan Pengorbanan
Ugly 40 - Kehancuran Aluna
Ugly 41 - Kebenaran Terungkap
Cast AMU New
Benua Atlana
Instagram Riyu Letta
Publish ulang (?)

Ugly 12 - Im Alone

8K 822 57
Por DevririMulya

PERHATIAN! PART INI BISA MEMBUAT NAPAS TERASA SESAK, EMOSI BERLEBIHAN DAN RASA KESAL YANG MENCAPAI UBUN-UBUN. 

NGGAK KUAT, NGGAK USAH BACA. KARENA KAMU AKAN TERBAWA SUASANA!

VOTE DAN KOMENNYA JANGAN LUPA YA? AKU SENANG KALAU KALIAN RAMEIN DI TIAP PARAGRAFNYA. 

SELAMAT BERSELANCAR KE DALAM CERITA. KAMU TIM SIAPA DULU, NIH? LETTA ATAU ALUNA? 

* * * 

"Maafin gue, Ta. Gue salah udah bikin lo begini," lirih Niken dengan wajah ditekuk dalam.

Scarletta yang baru siuman beberapa menit lalu menatap tajam ke arah gadis itu. Niken menghindari kontak mata dengan Scarletta. Ia tahu sahabatnya itu gadis seperti apa. Terlebih jika sedang marah.

"WAJAH GUE RUSAK SEKARANG, NIKEN! DAN INI GARA-GARA IDE LO TAHU, NGGAK!"

Jefri menatap Scarletta dengan wajah protes. "Jangan salahin cewek gue, dong. Lo yang mau, kan?!"

Jelas sekali Scarletta terlihat begitu tertekan dengan musibah yang ia hadapi. Ia menjadi tempramental dan sensitif saat ini. Bagaimana tidak? Satu sekolah menertawai penderitaannya. Dan semua bermula dari Niken. Ah, andai saja ia tidak mengikuti saran konyol Niken waktu itu. Pasti ini semua tidak akan terjadi. Scarletta mengacak rambutnya frustasi.

"Ta, lo boleh marah sama gue. Tapi please, jangan benci gue ....," ucap Niken tulus, dengan nada suara yang begitu lirih. Tak sedikit pun Niken mengangkat wajahnya. Ia mengeratkan genggamannya dengan Jefri.

Scarletta menoleh, masih saja menyimpan pelototan tajam dari pupil hazel-nya.

"Lo mau tampar gue, silahkan. Mau jambak rambut gue kayak yang lo lakuin ke Aluna juga gue rela. Asal sakit hati lo bisa hilang." Niken berkata tanpa memedulikan cubitan yang dilayangkan Jefri ke kulit tangannya.

"Jangan gila, Yang. Gue aja nggak pernah kasarin lo!" Jefri setengah berbisik.

"Ayo tampar gue. Gue ikhlas, benar, deh, Ta!" Niken mencondongkan mukanya pada Scarletta dengan mata terpejam. "Ayo, Ta. Tampar gue sekarang!"

"Yang, jangan! Sinting ya, lo?" Jefri menarik tubuh Niken, namun Niken menepisnya.

Scarletta mendesah kasar. Menampar Niken? Ah, ayolah! Betapa ingin ia melakukan itu. Bahkan jika bisa, pasti ia sudah mencekik Niken saat ini juga. Tapi niatnya tertahan. Pertemanannya dengan Niken selama ini membuatnya mempertimbangkan banyak hal.

"PERGI LO BERDUA! GUE NGGAK MAU LIHAT MUKA KALIAN LAGI!"

Niken membuka mata, melihat Scarletta yang sedang mengatur deru napasnya. Gadis itu meremas seprai hingga buku-buku jarinya memutih.

"BURUAN PERGI! JANGAN SAMPAI GUE LAKUIN HAL FATAL KALAU LO MASIH DI SINI!" teriak Scarletta frustasi.

Niken mengerjap ketakutan. Beberapa detik kemudian, Jefri berdiri dari tempat duduknya dan menarik tangan Niken agar beranjak dari sana.

"Udah, kita pergi aja. Nyesel gue tadi belain dia. Dasar nggak tahu diri, sama kayak Riyu!" sindir Jefri setelah mengembuskan napas kesal.

Ucapan Jefri barusan mampu membuat wajah Scarletta menghadap kembali ke arah mereka. Gadis itu menaikkan sebelah alisnya. "Apa maksud lo?"

Jefri tersenyum miring. "Kalau cewek gue nggak belain lo, udah nggak ada harga diri lo di depan semua orang. Mikir, dong, jangan egois!"

Niken menarik napas panjang sebelum akhirnya mengiyakan ajakan Jefri untuk keluar dari UKS. Sorot mata Scarletta melunak, lebih tepatnya penasaran dengan lanjutan kata-kata Jefri yang menggantung.

Scarletta menatap dua orang yang semakin menjauh itu dengan wajah sedih. Untuk saat ini ia tidak bisa berpikir jernih. Ia bukan orang yang gampang memaafkan kesalahan orang lain. Walau Niken sahabatnya, tapi manusiawi, bukan, jika Scarletta merasa kesal karena wajahnya menjadi rusak gara-gara ide Niken?

Ya. Scarletta sadar ia egois. Tapi mau bagaimana pun, sulit baginya menerima kenyataan pahit ini. Wajahnya rusak, dan entah kapan bisa mulus seperti semula.

Tiba-tiba otaknya mengingat seseorang. Lelaki yang dengan tega menurunkannya dipinggir jalan seperti sampah, serta yang tega membiarkannya jatuh pingsan tanpa berniat menolong sedikit pun.

"Gue nggak akan lupain ini semua. Sampai kapan pun!" teriaknya lepas.

**

Aluna sedang memindahkan nilai yang diberikan Pak Andi untuk praktik sholat jenazah tadi ke buku induk. Ini sudah menjadi tugas sehari-harinya sebagai sekretaris kelas. Aluna senang melakukan itu. Bahkan jika tidak diminta pun, Aluna akan mengusulkan diri pada guru-guru yang mengajar agar seluruh tugas catat-mencatat diberikan kepadanya.

"Akhirnya Letta dapat karma juga, ya?" ucap seorang perempuan yang duduk di samping Aluna. Gadis itu bernama Mimi, lebih tepatnya sahabat Aluna.

Bolpoin yang digenggam Aluna terlepas sejenak. Ia menoleh ke arah Mimi. "Jangan ngomong gitu, Mi. Nggak baik ngejatuhin orang saat dia lagi susah," tegur Aluna pelan.

"Duh, Lun. Hati kamu terbuat dari apa, sih? Aku salut sama kamu. Padahal Scarletta itu udah berusaha hancurin hubungan kamu sama Riyu, lho?"

Aluna menyunggingkan senyum. Tangannya bertengger di bahu Mimi, menepuknya pelan. "Nggak apa-apa, Mi. Antagonis nggak akan pernah menang melawan kebenaran. Aku nggak takut soal itu."

Mimi mengulum senyum bangga. "Beruntung, ya, Riyu dapat kamu. Beda jauh sama monster licik itu. Ih ... amit-amit sekarang dia bisa singkirin posisi kamu. Yang ada Riyu bakal ilfeel sama wajahnya yang jelek," ucap Mimi diakhiri tawa meledek.

Percakapan mereka terhenti sejenak saat seorang perempuan tiba di depan meja dengan napas tergopoh. "Guys, gue ada info penting, nih!" ucapnya. Mimi dan Aluna menoleh serentak.

Dia adalah Gia, salah satu teman dekat Aluna di kelas selain Mimi.

"Duduk, Gi! Kenapa kamu ngos-ngosan gitu?" heran Aluna.

Gia menarik napas sedalam mungkin, lalu mengeluarkannya lewat paru-paru. Kemudian ia menarik kursi yang ada di dekatnya untuk duduk di samping Aluna.

"Niken dan Letta berantem. Gue nguping di balik pintu UKS tadi. Ah, senang banget rasanya!" sorak Gia girang.

Mimi melebarkan senyum. Alis matanya terangkat tinggi. "Seriusan, Gi? Artinya teman Scarletta bakal berkurang, dong? Mampus deh tu orang!" Mimi mengepalkan tangan kirinya dan bergumam senang.

"Berantemnya kenapa, Gi?" selidik Aluna. Gadis itu menutup buku induk yang sejak tadi terkembang di atas meja. Sepertinya Aluna tertarik dengan informasi yang diberikan Gia.

"Gue dengar, sih ... katanya wajah Scarletta rusak gitu karena Niken. Terus gue nangkepnya tadi Niken digampar sama Scarletta. Dijambak juga. Ih, serem ya Scarletta?"

Mulut Mimi terbuka lebar. "Really?" Kepalanya tergeleng pelan, suara decitan keluar dari bibirnya. "Ya ampun, sadis banget. Teman sendiri dikasarin. Pasti sekarang Niken nyesel temenan sama Scarletta."

Aluna menunduk. Secuil senyum terpatri dari bibir mungilnya. Beberapa detik setelahnya, Aluna mengangkat wajah, memasang pelototan pada Gia dan Mimi. Senyum yang ia kulum sendiri hilang entah ke mana, berganti lipatan di dahi.

"Kalian nggak boleh ngomong begitu! Scarletta itu teman kita. Harusnya kita doain yang baik-baik," ujar Aluna lembut.

"Ah, udah, deh, Lun. Kita tahu lo polos. Tapi nggak berarti lo belain orang yang udah jelas-jelas rebut kebahagian lo. Ini karma buat Scarletta. Gue yakin, deh!" sahut Gia.

"Iya, Lun!" timpal Mimi sambil menyomot cemilan Aluna yang terletak di laci. "Palingan Scarletta nggak punya nyali pergi ke sekolah setelah hari ini."

"Oh, ya?" Suara perempuan selain mereka terdengar dari arah pintu. Mimi, Gia, dan Aluna menoleh. "Kata siapa gue nggak akan balik ke sekolah ini?!"

Gia dan Mimi membesarkan bola mata. Mereka tidak menyangka orang yang dibicarakan hadir dan mendengar perkataan mereka. Dia—Scarletta—berdiri di pintu dengan wajah rusak tanpa dihalangi masker dan penutup kepala.

"DASAR CEWEK CABE YA KALIAN! MAU CARI MATI?!" teriakan Scarletta terdengar lantang memenuhi ruangan kelas.

Gadis itu berjalan mendekat. Tiap langkahnya terdengar menakutkan. Gia dan Mimi kehilangan kata-kata yang begitu berani mereka ucapkan di belakang Scarletta tadi. Bibir mereka terasa kelu. Bahkan saliva yang harusnya tertelan, tersekat di tenggorokan.

BRAK!

Scarletta melabrak meja di depan mereka hingga ketiganya terlonjak kaget. Aluna yang duduk di tengah-tengah melunakkan sorot matanya, mengumbar senyum dari sudut bibir.

"Letta, duduk dulu, yuk? Jangan marah-marah gitu. Aku tahu kamu terpu—"

"DIAM LO! NGGAK USAH SOK BAIK SAMA GUE. GUE TAHU LO MUNAFIK. TAMPANG LO ITU SENGAJA DI POLOS-POLOSIN BIAR SEMUA ORANG SIMPATI SAMA LO, KAN?!"

Gia mengangkat sebelah alisnya, tidak terima temannya dibentak kasar oleh Scarletta. Gadis itu berdiri dari tempat duduknya. "Eh, lo jangan salahin Aluna!" gertak Gia.

Mimi membuka mulut, membela Aluna. "Wah-wah. Udah kena musibah, tapi masih aja salahin orang. Punya kaca, nggak?!"

Tarik napas, kemudian dihembuskannya keluar hidung. Scarletta di ujung kesabaran. Tangannya bergetar, begitu ingin memukul wajah mereka bergantian.

"Lo kalah, Scarletta! Sadar, dong. Lo nggak punya siapa-siapa lagi sekarang!" ucap Gia tersenyum sinis.

"Tuhan akan berpihak pada tokoh utama yang baik hati kayak Aluna. Dan cewek monster kayak lo, nggak dapat tempat apa-apa di kehidupan lo sendiri!" lanjut Gia, diakhiri seringaian yang terpampang jelas di wajahnya.

Ough shit! Setan dalam tubuh Scarletta tertarik keluar. Setelah mengumpulkan tenaga dan menghirup oksigen sebanyak-banyaknya, Scarletta mengacungkan telunjuknya ke wajah mereka bergantian.

"KAYAKNYA LO MAU LIHAT GIMANA MONSTER NGAMUK. OKE, GUE KASIH TUNJUK SEKARANG JUGA!"

Gia dan Mimi saling lirik satu sama lain, sementara Aluna tetap berdiri dengan tatapan sendu.

"Kamu mau apa, Let—"

PLAK! Satu tamparan pertama mendarat di wajah Gia. Gadis itu bahkan hampir tersungkur dari tempatnya berdiri. "Ini buat mulut lo yang kurang ajar, Gia setan!" pekik Scarletta dengan napas memburu.

Scarletta mengalihkan tatapannya pada Mimi. Gadis itu memejamkan mata saat Scarletta mengangkat tangannya.

PLAK! "Ini buat lo Mimi bangsat! Monster yang lo bilang udah keluar sekarang!"

Terakhir, Scarletta memindahkan netranya ke wajah Aluna. Rahangnya semakin mengeras, deretan giginya saling menekan. Ini momen yang dinantikannya sejak tadi.

PLAK! PLAK! Aluna mendapat tamparan yang cukup keras di pipi kiri dan kanannya. "Dan ini buat lo, Ratu Drama! Hidup gue berantakan gara-gara lo! Gue benci lo Aluna!"

Triple Kill!

Sesaat kemudian, Gia, Mimi dan Aluna merintih kesakitan. Tamparan itu cukup membekas di pipi mereka. Isakan tangis terdengar dari bibir Aluna. Tubuh gadis itu bergetar. Ia menggigit jari, melihat Scarletta dengan raut ketakutan.

"Scarletta, aku sa-salah a-apa sama kamu?" lirih Aluna.

"Lo masih tanya salah lo apa?" Scarletta mengibaskan tangannya ke udara. "Apa lo punya otak?!"

Mimi mendorong tubuh Scarletta dengan kasar. "Sadar diri dong! Muka udah jelek kayak gitu masih bisa jahatin orang. Emang, ya ... yang namanya antagonis nggak akan kapok meski dikasih cobaan apa pun," sindir Mimi seraya menepuk pipinya yang masih terasa sakit.

Bukan Scarletta namanya jika diam saja ketika dikatai. Ia merasa tidak salah menyerang mereka. Toh, mereka yang memulai duluan. Dan ketika sesuatu sudah dimulai, maka wajib baginya menyelesaikan hingga akhir.

Scarletta mencondongkan tubuh ke depan, menatap wajah Gia, Mimi dan Aluna dengan netra menyorot. Tangannya terayun ke arah meja di depan mereka.

BRAK! Ia membalikkan meja hingga benda kayu itu terpelanting jauh mengenai lantai.

Bunyi yang dihasilkan cukup keras, sehingga penghuni kelas lain berlarian menghampiri sumber keributan.

"Ka-kamu mau apa?" panik Aluna.

Scarletta menyeringai. Bahkan gatal dan perih di wajahnya tidak lagi terasa. Gadis itu dikuasai emosi. Yang diinginkannya saat ini hanyalah menghajar Aluna dan kedua temannya itu habis-habisan.

"Sini lo!" Scarletta menarik Aluna keluar dari kursi yang didudukinya hingga gadis itu merintih kesakitan.

Satu tangan Scarletta menarik rambut Aluna yang tergerai dengan kasar. "Lepas—awh—sakit, Let—ta. Lepas!" pekik Aluna.

Mimi dan Gia berusaha memegangi tubuh Scarletta, tapi sayang. Mereka kalah kuat dari gadis yang sedang dirasuki amarah itu.

"INI BALASAN UNTUK LO, ALUNA! LO UDAH BIKIN HIDUP GUE MENDERITA. GARA-GARA LO RIYU SAMPAI SEBENCI ITU SAMA GUE!"

"Ngg—gak, Letta. Ri—yu cinta sama aku. Lepasin aku, tolong!"

"GUE YAKIN LO YANG PENGARUHIN RIYU SAMPAI SEBENCI INI SAMA GUE, KAN?!" Scarletta memindahkan tangannya ke dagu Aluna, menekannya dengan keras hingga rahang Aluna kesakitan.

Mimi terlihat panik karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong Aluna. "Gia, panggil Riyu sekarang di ruang OSIS, cepat!" tukas Mimi.

"Iya, gue panggil Riyu, Bu Tuti juga. Biar Scarletta masuk BK lagi!"

"Ya udah cepat!" desak Mimi. Gia berlari ke luar kelas, membelah keramaian yang semakin menyulitkannya untuk menyelip.

"Hajar! Hajar! Hajar!" sorak segerombolan siswa yang menjadi penonton dalam aksi pembully-an yang dilakukan Scarletta.

Scarletta hilang kendali. Keadaan yang menimpanya saat ini benar-benar membuatnya semakin membenci Aluna. Sangat benci.

Tubuh Aluna terjatuh ke lantai saat kedua tangan Scarletta mendorongnya dengan kasar ....

**

Niken dan Jefri baru saja kembali dari kantin saat melihat Riyu bersama bu Tuti berlari menuju kelas mereka. Alis Niken terangkat tinggi. Ia melirik Jefri dengan dagu yang terangkat. "Apaan tu rame-rame?" tanya Niken.

"Kayaknya ada yang kesurupan di kelas, deh, Yang," tebak Jefri asal. Lelaki itu mengunyah permen karet yang dihembuskannya ke pipi Niken.

Niken memberengut. Menyesal bertanya pada Jefri yang pasti juga tidak tahu apa yang terjadi. Untuk menjawab rasa penasarannya, ia menarik tangan Jefri untuk mengikuti Riyu dan Bu Tuti dari belakang.

Setibanya di pintu kelas, Niken dan Jefri memiringkan badan mereka agar bisa menyelip di tengah kerumunan yang semakin banyak, bahkan memenuhi koridor.

"Bawa Aluna ke UKS!" perintah Bu Tuti pada beberapa siswi yang sudah menyiapkan tandu.

Niken menyipitkan mata, melihat sosok gadis yang berdiri berhadapan dengan Bu Tuti. Seketika Niken termangu. Gadis itu adalah Scarlettta. Orang yang tadi masih terbaring di brankar UKS saat ia tinggal.

Dan sekarang, dengan kekuatan tangannya yang super itu ia mampu membuat Aluna bergantian posisi dengannya.

"Hukum cewek gila ini seberat-beratnya, Bu. Kalau tidak, akan saya tuntut sekolah ini dan saya viralkan di media!" gertak seorang lelaki dari dalam kelas. Niken berjinjit, memastikan lelaki yang barusan berteriak seperti itu.

Riyu! lelaki itu terlihat mencekal pergelangan tangan Scarletta. Niken meronta ingin masuk ke dalam, membela Scarletta yang pasti merasa sendirian saat ini. Tapi Jefri sekuat tenaga menahan badan mungil gadis itu.

"Jangan ikut campur lagi! lo nggak lupa apa yang Letta bilang ke kita di UKS, kan?"

Niken mengangguk pasrah. Terpaksa ia menurut, membiarkan Scarletta menghadapi masalahnya sendiri.

"Scarletta, bawa orang tua kamu ke ruang kepala sekolah sekarang juga! Kasus kamu berat. Jika tidak, terpaksa sekolah akan bertindak tegas untuk memberhentikan kamu secara tidak hormat!" ketus Bu Tuti dengan suara yang ditinggikan.

"Saya nggak salah—"

"Diam Kamu!" murka bu Tuti. Wanita paruh baya itu sudah habis kesabaran menghadapi murid yang dianggap nakal macam Scarletta.

"Eh, lo punya kuping, nggak!" Gantian, Riyu yang meneriaki gadis itu hingga terlihat tidak punya harga diri. "Gue nggak akan maafin lo. Gue akan bawa lo ke polisi atas kasus kekerasan!"

Scarletta tertohok. Air mata menetes tanpa permisi mengaliri wajahnya yang penuh ruam. Gadis itu merasa sendiri, tersudut, terpojok tanpa memiliki hak untuk membela diri.

Kenapa tidak ada yang mau mendengarkan kesedihannya? Bahkan ia selalu disalahkan untuk semua tindakan. Bahkan jika ada yang mengancam nyawanya, dan ia membela diri sekali pun, tetap ia yang salahkan. Apa memang tidak ada tempat untuk orang yang dianggap antagonis sepertinya?

Seketika dunianya runtuh bersama teriakan dari para pembencinya. Scarletta terpuruk, hancur, bagai robot yang dianggap tidak memiliki perasaan.

Riyu, gue juga butuh pembelaan. Tolong bela gue!

"CEWEK SINTING! NGGAK ADA OTAK! NGGAK PUNYA HATI!" teriak Riyu kasar. Bahkan darah lelaki itu mendidih melihat wajah Scarletta.

Gue punya hati, Yu. Tapi hati gue udah mati karena disumpahin tiap hari.

"KALAU TERJADI APA-APA SAMA ALUNA, GUE AKAN BUNUH LO DENGAN TANGAN GUE SENDIRI!" Riyu menarik kerah baju Scarletta hingga gadis itu tercekik.

"Riyu, sudah! Jangan main hakim sendiri. Ayo kita ke ruang Kepala Sekolah untuk mengadili Scarletta. Ibu juga tidak ingin Aluna kenapa-kenapa, karena dia anak kebanggaan Ibu!" tegas Bu Tuti.

Detik setelahnya, tubuh Scarletta ditarik paksa oleh Riyu dan bu Tuti. Meski gadis itu meronta, tetap saja suara yang ia keluarkan tidak berarti apa-apa. Hancur ... teriris.

Tuhan, ambil nyawa gue! Gue nggak mau hidup jika caranya kayak gini! kesal Scarletta dalam hati.



***

GIMANA PART INI?

SENSASI KALIAN DONG, PAS BACA PART INI?

KALIAN TIM LETTA?

ATAU TIM ALUNA?

MAU BILANG APA KE RIYU?

HARAPAN UNTUK NEXT CHAPTER, KALIAN MAUNYA GIMANA?




Seguir leyendo

También te gustarán

2.7M 136K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
320K 19.1K 36
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...
290K 27K 31
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
7M 296K 60
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...