Wound In A Smile [On Going]

By YesiAgustinaAgustina

5.7K 1.1K 242

[BIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ❗PLAGIAT DIHARAPKAN MENJAUH❗ ⚠️MENGANDUNG BAWANG ⚠️ ___ ___ ___ ___ ___ ___... More

Prolog♡
1.♡
2.♡
3.♡
4.♡
5.♡
6.♡
7.♡
8.♡
9.♡
10.♡
11.♡
12.♡
13.♡
14.♡
15.♡
16.♡
17.♡
18.♡
19.♡
20.♡
21.♡
22♡
23♡
24.♡
25♡
26♡
28♡
29♡
30♡
31♡
32♡
33♡
34♡
35♡
36♡
37♡

27♡

102 14 0
By YesiAgustinaAgustina

Happy reading, Readers!
Jangan lupa votement-nya, yaa.

***

"Cintamu adalah alasan di balik sikap kerasmu menjadi lembut. Sayangnya, aku tidak bisa membalasnya. Karena perbedaan kita bukan hanya tentang duniawi."

***


Tepuk tangan dan sorakan demi sorakan terdengar memenuhi seisi lapangan, tepatnya setelah Zio menyelesaikan lagunya.

Di bawah panggung, ada Tiara yang tersenyum sambil bertepuk tangan dengan mata yang tak beralih dari Zio dan senyum yang tak pudar.

"Duhh, kayaknya Zio kagum seseorang, nih," bisik Riska-- teman sebangku Tiara.

"Orang itu ... pasti gue!" Tiara menjawab dengan percaya diri. Padahal, ketika Zio turun dari panggung, sedikitpun Tiara tak dilirik.

Senyum tadi pun hilang seketika.

Sementara itu, Tanara menuju ke arah Yossi yang tengah duduk seorang diri di bangku, padahal di sekelilingnya sedang sibuk dengan urusan masing-masing.

Sejak Tanara tahu bahwa Yossi mencintai Zio, sejak itulah hatinya terbuka untuk Yossi. Kebencian itu hilang, sebab sudah pasti Yossi tak akan bersatu dengan Levin.

Baru saja akan menyapa, langkahnya terhenti ketika Levin datang membawa setangkai bunga tulip merah yang disembunyikan di belakang badan.

"Hai, Yos," sapa Levin, "Boleh minta waktunya sebentar?"

Yossi tersenyum, lalu mengangguk pelan, mengizinkan.

"Hari demi hari berlalu
Waktu yang kujalani juga ikut berlalu
Aku tak pernah peduli dengan matahari yang bersinar
Bahkan, tak pernah mencoba paham dengan bintang yang berbinar

Semesta berkali-kali memberitahuku
Semesta tak henti menguatkanku
Hingga nabastala akhirnya menghadirkanmu
Yang menjadi pemilik hatiku."

Levin kemudian berlutut, menyerahkan bunga tulip dan melanjutkan puisinya.

"Hatiku sudah luluh oleh kelembutanmu
Cintaku sudah berkobar oleh senyummu
Bunga tulip ini adalah lambang cintaku
Maukah kau menjadi kekasihku?"

Yossi berdiri, jantungnya berdebar tak menentu. Semua tatapan mengarah kepadanya, menghadirkan kebimbangan antara menolak atau menerima.

Jika Yossi menerima, akan ada hati yang terluka. Hubungannya juga tidak akan berjalan dengan lancar, sebab tak seiman.

Jika Yossi menolak, Yossi akan mempermalukan Levin yang sudah dianggap sahabat sendiri. Bagaimana mungkin Yossi setega itu?

"Levin ikut aku!" kata Yossi hendak membawa Levin pergi meninggalkan kerumunan.

"Enggak! Aku mau kamu jawab di sini, di depan semua orang," tolak Levin tak pindah posisi.

"Memangnya kamu gak malu?" tanya Yossi penuh selidik.

"Kenapa harus malu jika cintaku benar-benar nyata?"

Yossi terdiam. Pemuda di depannya ini sangat keras kepala.

"Berdiri!" perintah Yossi sekali lagi, tapi Levin menggeleng tanda menolak.

"Maaf, Levin. Bukan aku bermaksud mempermalukanmu atau mengecewakanmu, tapi aku tidak bisa menerima cintamu."

"Kenapa? Apakah ada orang lain yang sudah merebut cintamu? Siapa dia? Zio?" tanya Levin bertubi-tubi dengan nada kecewa.

"Kita gak seiman, Levin. Jika hanya berbeda perasaan, mungkin suatu hari rasa itu akan sama. Tapi, untuk perkara Tuhan ...."

"AKU GAK PEDULI!" potong Levin membuat Yossi terkejut disertai dengan jantung yang berdegup kencang.

"Aku cinta kamu, Yossi. Aku gak peduli kalau kita berbeda Tuhan! Kalau perlu, aku ajak kamu menyembah apa yang aku sembah!" paksa Levin membuat Yossi menatap tajam, ada amarah yang menyala ketika mendengar kata-kata Levin.

"Maaf, gak bisa, Levin! Aku lebih memilih kehilangan segalanya di dunia ini, daripada kehilangan Tuhanku!" jawab Yossi dengan penuh makna, suaranya lembut meski ada tekanan, matanya berkaca-kaca meskipun sedang marah.

"Maaf, Levin."

Yossi segera pergi, meninggalkan Levin dengan beberapa patah di bagian hati. Sejauh ini, Levin lah orang yang memaksanya pindah agama, dan Yossi membenci hal itu.

***

Yossi menatap diri di pantulan cermin, mencoba menenangkan diri di saat suasana toilet sepi.

Yossi merasa bersalah karena menolak Levin di depan orang banyak, tapi akan lebih bersalah lagi jika Yossi meninggalkan Tuhannya.

Dadanya sesak, sebab orang yang mencintainya tidak seperti yang diinginkan, sedangkan orang yang ia cintai tak membalas cintanya. Salah satunya, ayah.

Tiba-tiba terdengar suara seseorang masuk ke dalam toilet. Cepat-cepat Yossi menyeka pipinya yang basah. Tanpa peduli akan siapa yang masuk, Yossi segera keluar dari toilet.

Yossi terkejut ketika melihat Zio bersandar di dinding dekat toilet wanita. Sejumlah pertanyaan tiba-tiba muncul dalam benaknya.

"Kak Zio ngapain di deket toilet cewek? Ah, mungkin Kak Zio nungguin cewek yang barusan masuk ke toilet," batin Yossi mencoba untuk tidak peduli.

Ia harus menyembuhkan luka dan meredakan perasaannya yang masih membara. Namun, Yossi tak sadar jika Zio mengikutinya dari belakang.

"Yossi!" panggil Tanara segera menghampiri gadis yang baru saja ia panggil.

"Jam kosong, kita ke lapangan basket yuk. Liat anak-anak main basket," ajak Tanara langsung menarik lengan Yossi tanpa menunggu persetujuan.

"Eumm, Ra. Itu ada Tasya sama Jenny. Kamu gabung sama mereka aja, ya? Aku gak enak badan, mau ke kelas aja," pamit Yossi melepas tangannya dari genggaman Tanara. Padahal, mereka berdua sudah berada di lapangan basket.

"Ya udah, aku ke sana ya?"

Yossi mengangguk, menatap Tanara yang perlahan menjauh. Bibirnya tersenyum oleh sikap Tanara yang berubah padanya.

Sebuah bola basket tak sengaja terlempar ke luar lapangan, tepatnya ke arah Yossi.

Gadis yang takut dengan bola tak berani menghindar, kedua matanya hanya ditutup, bersiap-siap menahan sakit ketika bola mengenainya.

Beberapa detik berlalu, Yossi tak merasakan apapun.

"Apa aku sudah mati?" tanya Yossi dalam hati.

Perlahan matanya ia buka, mendapati seorang pemuda bertubuh tinggi berada di depannya dengan tangan kanan memegang bola basket.

Pemuda itu Zio. Tatapan mereka bertemu untuk waktu yang cukup lama, putaran jam rasanya berhenti, semua hening dan hanya hembusan angin yang terdengar.

"Gak apa-apa, 'kan?" tanya Zio sambil melempar bola kepada pemain, membuyarkan lamunan Yossi.

Yossi tak menjawab, ia berbalik meninggalkan Zio tanpa mengucap sepatah kata pun.

"Siapa yang nyuruh kamu cuek sama aku?"

Yossi menarik napas kemudian membuangnya perlahan. Lagi-lagi ia tak menanggapi dan ia pikir Zio sedang berbicara dengan orang lain.

"Kok diem?" Sekali lagi Zio bersuara.

"Kakak ngomong sama aku?" tanya Yossi membalikkan badan.

"Ya iyalah, sama siapa lagi?" Zio balik bertanya.

"Yakin? Salah orang kali!" elak Yossi tak percaya jika Zio mengajaknya berbicara.

"Siapa yang nyuruh kamu cuek?" tanya Zio sekali lagi, tanpa mau menjawab pertanyaan Yossi.

Yossi berdecak sebal. "Kakak itu maunya apa, sih? Aku deketin dibilang murahan, aku jauhin dibilang cuek!"

"Yang izinin kamu jauh, siapa?"

Yossi terbelalak mendengar pertanyaan barusan. Kini dia berada di ambang rasa senang atau sedih. Jantungnya kesekian kali berdegup, salah tingkah ketika di depan Zio. Perasaannya seakan sedang ditarik ulur.

"Aku ada urusan penting. Jangan ikutin aku!" ketus Yossi melangkah mundur beberapa langkah, kemudian bergegas meninggalkan lapangan.

Gadis ini sedang berusaha merelakan Zio, selama ini dia menganggap dirinya sudah salah tempat untuk berharap.

"Inget kata tukang parkir, Yos. Mundur!" Yossi berbicara pada dirinya sendiri.

Bersambung ....

Hay, guys. Gimana? Ada yang kangen sama Wound In A Smile? Koment, yaa!

Maaf baru update, tapi Insya Allah Author gak bakal update lama-lama lagi heheh.

Oh, ya. Ada yang mau request jadwal update? Pilih satu hari di dalam tujuh hari untuk satu orang. Yang mau requesr, langsung  komen><

Jangan lupa votement-nya, yaa!
Sampai jumpa di paet selanjutnya ....

Spam next!

Nona Bakso

Continue Reading

You'll Also Like

GEOGRA By Ice

Teen Fiction

2.4M 100K 57
Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat hidup Zeyra menjadi semakin rumit. Berha...
555K 21.1K 34
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
803K 95.9K 12
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
293K 14.5K 32
Anna kaget saat dia membuka matanya, bukan nya berada disurga atau alam baka dan bertemu dengan ibu dan ayahnya yang telah meninggal, dia malah terba...