LINGER (Completed)

By raemanuellaa

583K 58.6K 1.4K

"Melepas kamu nggak semudah membenci kamu, Kinira." Jeshiro mencintai Kinira; Seperti air yang selalu kemba... More

A Love Like His
I. Avoiding Home
II. On Going Home
III. A Piece of Regret
IV. How the World Plays
V. The Epitome of Encounterance
VI. Like the Cold War
VIII. Heartfelt Honesty
IX. A Home to Build
X. Talking About Chemistry
XI. The Bride's Gift
XII. Early Airport Conversation
XIII. Late Introduction
XIV. A Glimpse of Start
XV. Truth About Hatred
XVI. By the Beach
XVII. Settlement
A Little Side Story
XVIII. How Relationship Is
XIX. Perfect Story Line
XX. The Night Before
XXI. And He Left
XXII. The Morning After
XXIII. That One Woman
XXIV. Long Distance Thing
XXV. Malam Ini, Malioboro
XXVI. Talk of the Town
XXVII. Healthy Relationship
XXVIII. Family Approval
XXIX. Good News
XXX. They Stopped Talking
XXXI. New Year's Plan
XXXII. Two Sides of A Coin
XXXIII. Reunion
XXXIV. About Not Deserving
XXXV. Kinira and Her Love
EPILOG
Highest Appreciation (author note)
Tentang Vio & Ara

VII. One Unexpected Speech

14.8K 1.6K 30
By raemanuellaa


Ara menatap Kira was-was. Pasca kejadian ia menghilang karena tumpukan pekerjaannya dan tidak dapat memenuhi permintaan Mirei untuk menemani Kira mengurus pernikahannya, yang Ara dengar hanya kabar bahwa hari itu Kira berakhir ditemani Jesse. Saat mendengar berita itu, Ara sempat khawatir, takut apapun yang akan terjadi hari itu tidak berjalan mulus. Namun sepertinya kekhawatirannya hanya membuang waktu saja. Buktinya, Kira mengaku tidak ada yang terjadi antara dirinya dengan Jesse.

"Terus... kalian gimana?"

"Ya nggak gimana-gimana, Ra."

"Kalian ngobrol gitu? Lo minta maaf nggak? Dia maafin lo? Dia masih marah apa gimana? Lo nggak ngomelin dia lagi kan?" Ara membombardir Kira dengan pertanyaannya dan Kira hanya menatap Ara malas. Bagian mana dari 'Nggak gimana-gimana' yang Ara tidak mengerti?

"Kalian ngapain aja?" tanya Ara lagi.

"Ngomong apa sih lo? Ya dia nemenin gue ngecek semua yang Mirei minta, terus malemnya nganterin gua ke lokasi, abis itu pulang. Gitu doang."

"Nganterin lo ke lokasi? Lokasi lo yang di Depok itu? Manusia gila," komentar Ara sambil menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. Si Jesse ini sudah 8 tahun berlalu masih saja betah jadi budak cintanya Kira kalau ia lihat-lihat. Bukannya ia mengkhianati sutradara satu itu, namun kalau Ara jadi Jesse mana mau ia melibatkan diri lagi seperti yang Jesse lakukan dengan mengantar Kira ke Depok. Jangankan Ara, Kira saja sampai sekarang masih bingung kenapa Jesse melakukan hal itu. Ia sama sekali tidak mau berpikir bahwa Jesse masih menyimpan rasa untuknya. Konspirasi yang tidak masuk akal.

Kira mengabaikan Ara yang sibuk bicara dengan dirinya sendiri. Ia membaca kembali obrolannya dengan Jesse di ponselnya. Sebenarnya, mungkin ini tidak dapat dikategorikan segai obrolan, namun Kira bersyukur setidaknya Jesse sudah tidak sedingin saat ia kembali ke Jakarta 7 tahun lalu. Saat itu, Jesse bahkan tak mau bicara dengannya.

Kinira: This is the closest I have in mind

Kinira: Sent a picture

Jeshiro: I'll see what I can do

Jeshiro: Nanti saya kabarin kalau udah selesai

Kinira: Okee

Kinira: Oh iya, besok dateng Je?

Jeshiro: Rehearsal dinner?

Jeshiro: I'm the best man. That's all the reason I came here, why wouldn't I be there?

Kinira: Hahaha, just making sure

Jeshiro: Sejak kapan kamu peduli saya ada atau enggak?

Kinira: Lo jago banget bikin gue ngerasa bersalah sih...

Jeshiro: Nggak perlu kok, nggak guna juga ngerasa bersalah sekarang

Kinira: You just did it again

Sejak semalam, kata-kata 'Sejak kapan kamu peduli saya ada atau enggak?' atau 'Nggak guna juga merasa bersalah sekarang.' tidak berhenti berputar di kepala Kira. Ia tidak mengerti posisinya dengan Jesse sekarang ada di mana. Saat Kira ingin menganggap hubungan mereka baik-baik saja, Jesse selalu menyelipkan kata-kata yang membuat Kira menjadi tidak yakin. Seperti kata-katanya semalam. Kira jadi tidak bisa membaca Jesse.

Ara menjentikkan jarinya tepat di depan wajah Kira. Dari tadi sahabatnya itu tidak berkedip dan Ara mulai cemas.

"Buruan ganti baju. Terlambat diterkam Mirei nanti kita."

Kira menepuk dahinya kencang lalu panik sendiri melihat Ara sudah siap berangkat. Secepat kilat Kira mengganti pakaiannya dengan cocktail dress biru langitnya, membubuhkan sedikit make-up di wajahnya, membiarkan rambut sebahunya tergerai apa adanya. Ara hanya bisa menghela napas melihat Kira berlarian sana-sini seperti angin di dalam kamarnya ini.

//

Jesse membetulkan letak dasinya dan mencuri satu gelas bourbon and cola dari rehearsal dinner bar yang seharusnya belum bisa ia minta sebelum acara dimulai. Vio menepuk pelan belakang kepala Jesse melihatnya memulai acara duluan.

"Udah minum aja lo, belum juga mulai," ujarnya.

Jesse terkekeh sambil mengangkat sedikit gelasnya ke arah Vio. Vio hanya tersenyum, tidak mengikuti jejak Jesse untuk mengambil gelas yang sudah tersedia. Setelah pulang, ia harus mengerjakan beberapa hal yang tidak mungkin bisa ia selesaikan dalam keadaan tidak sadar. Mata Jesse kemudian terpaku pada gadis yang dengan sederhana dan mudahnya menjadi pusat perhatian malam itu. Sepertinya Mirei harus hati-hati, karena Kira terlihat sangat menawan malam ini.

Kalau saja Jesse tidak ingat dirinya dan Kira tidak pantas disebut dalam kondisi yang baik, ia sudah jelas akan berjalan menuju gadis itu dan menawarkannya satu gelas minuman. Vio mengikuti arah pandang Jesse, tidak terkejut ketika mendapati Kira di ujungnya. Vio menjadi saksi utama seberapa keras Jesse berjuang memenangkan hati Kira dan seberapa keras penolakan Kira terhadapnya. Vio hanya sedikit terkejut karena dalam waktu 8 tahun ini, cara Jesse menatap Kira masih sama. Tidak peduli sudah berapa juta kali Jesse mengatakan bahwa Kira sudah bukan urusannya lagi, Vio tetap tidak bisa memungkiri bahwa Jesse masih sama seperti 8 tahun lalu. Masih sangat mencintai Kira.

"Lo udah ngomong sama dia?" tanya Vio, membuat Jesse menoleh.

"Gue udah bilang apa yang gue mau bilang," balas Jesse singkat.

Vio tertawa mengejek, "Yakin? Lo udah bilang lo marah banget sama dia? Lo udah bilang tentang hubungan-hubungan lo yang nggak pernah berhasil? Lo udah bilang itu karena dia? Lo udah bilang lo nggak pernah ketinggalan satu berita pun tentang dia? Lo udah bilang lo bahagia banget bisa ketemu dia lagi? Lo udah bilang lo masih sayang banget sama dia?"

Pertanyaan-pertanyaan Vio yang di telinganya lebih terdengar sebagai peringatan membuat Jesse tersentak, kaget dengan reaksi Vio. Meskipun begitu, ia mengembalikan ketenangannya dengan cepat, menggoyang-goyangkan gelasnya pelan, membuat suara dentingan es batu menabrak sisi gelas mengalihkan perhatiannya sejenak.

"Belum. Tapi gue rasa dia nggak perlu tahu tentang itu. Itu bukan alasan gue ke sini. Gue ke sini buat bantu gue sadar kalau gue udah nggak ada rasa lagi sama Kira."

"So how does it feel, to know that you're completely wrong?"

"Awful." Jesse menjawab jujur. Sampai kapanpun tidak akan ada gunanya berbohong pada Vio. Pria itu sudah seperti belahan jiwanya. Dalam satu pandangan, Vio akan tahu Jesse berbohong. Jesse juga bukan pembohong yang baik.

"Jadi, lo mau ngapain?"

"Gue nggak akan ngapa-ngapain." Jesse menghabiskan minumannya dalam sekali teguk membuat matanya mengerjap merasakan sensasi panas di tenggorokannya.

Tak lama kemudian, Ren dan Mirei masuk, bersama keluarga mereka, menempati tempat yang sudah disediakan untuk mereka. Jesse menepuk punggung Vio, mengajaknya meninggalkan bar kecil tersebut dan duduk di mana teman-teman mereka yang lain sudah berada. Jesse bertukar pandang dengan Kira sebelum duduk di kursinya. Kira tersenyum manis pada Jesse dan ia membalasnya dengan senyum kecil tak berarti. Semua perubahan ini masih sangat asing dirasa Jesse. Kira yang mengajaknya bicara lebih dulu, nada bicara Kira yang selalu halus, Kira yang tersenyum padanya, menanyakan kabarnya, membalas pesannya.

Semua itu adalah hal yang diusahakan Jesse selama 3 tahun, saat sekolah dulu. Dan Kira baru membuka diri untuk semuanya sekarang.

Untuk sementara, setidaknya beberapa jam ke depan, Jesse dengan segenap hatinya menutup dulu segala sesuatu yang berhubungan dengan Kira dalam dirinya dan mencoba untuk fokus pada acara yang berlangsung hangat malam itu.

Ren dan Mirei terlihat sangat bahagia di tengah ruangan terang penuh bunga ini. Kontras dengan kacau balaunya keadaan saat Ren mengejar Mirei ke Australia dulu waktu mereka lulus SMA. Mirei yang memilih kuliah di Australia waktu itu membuat Ren kelabakan. Saat itu, keduanya sebatas sahabat, terlambat menyadari saling memiliki rasa. Singkat cerita, Ren dengan otak pas-pasannya saat itu belajar tiap hari, pagi sampai pagi lagi, demi mengikuti Mirei. Mengingat kembali kejadian itu, benar- benar tidak ada penyesalan. Keputusannya saat itu membuat Ren yang saat itu seakan tidak peduli sama sekali dengan masa depannya, berakhir berjuang sangat keras untuk itu. Ia berjuang sangat keras demi masa depannya karena ingin Mirei ada di dalamnya. Mirei membuat Ren menjadi pribadi yang lebih dari ekspektasi semua orang yang mengenalnya.

Waktu bergulir. Jesse terbahak mendengar banyak cerita lucu yang disampaikan anggota keluarga keduanya, lalu terharu mendengar penggalan kalimat dari ayah kedua orang itu. Mirei sudah banjir dengan air mata, masih belum percaya ia akan memulai kehidupan yang teramat baru. Setelah pernikahannya 2 hari lagi, dunianya akan sepenuhnya berubah dan hal yang sama pun tak akan terasa sama.

Setelah beberapa cerita dan pesan dari keluarga, Ren dan Mirei tak lupa memberi kesempatan khusus bagi sahabat-sahabatnya untuk ikut bercerita. Vio memulai semuanya dengan membuat satu ruangan terpingkal dan Ren menahan malu akibat cerita mengenai kelakuannya dulu saat SMA dan semua mantan-mantan pacarnya, yang beberapa masih terkadang mencoba menghubungi Ren hingga sekarang.

Jesse berdeham ketika tiba gilirannya bercerita. Tak tahu harus mulai dari mana, ia berdiri.

"Malam semua! Eum, saya Jesse, sahabatnya Ren sama Mirei dari SD yang dengan kurang ajarnya sempat lupa kalau mereka bakal nikah bulan ini, dan hampir nggak datang kesini."

Satu ruangan terkekeh, tak terkecuali Mirei dan Ren yang meskipun kesal tetap bersyukur Jesse ada di sini hari ini.

"Ren sama Mirei itu selalu ada. Buat saya, buat Vio, buat yang lainnya. Mungkin alasan kenapa saya lupa adalah karena dari hati saya yang paling dalam saya masih nggak percaya kalau akhirnya kita atau setidaknya mereka, sampai di tahap ini. Mungkin di belakang kepala saya, kita masih anak SMA. Ren yang masih suka gonta-ganti pacar, Mirei yang selalu ngobatin Ren kalo dia berantem sama pacar gebetannya, Mirei yang marahin Ren karena nggak mau berubah, Ren yang tetap aja nggak dengerin. And here you guys are. Buat kalian, gue bangga banget. Makasih ya, udah selalu ngasih gua nasihat yang gue butuh, selalu nyediain waktu buat ngomong sama gue, nyadarin gue, dalam patah hati yang paling nyakitin sekalipun. Both of you deserve all the happiness this world can offer. Dan kalau emang bahagianya kalian itu satu sama lain, trust me, nothing else matters. So here's to that one time Ren called me a year ago and said 'Je, I'm marrying her. She's gonna be there every morning and every night for the rest my life, or the rest of the days I will have, won't even count anymore.'"

Jesse mengangkat gelasnya ke atas, memberi toast untuk kedua sahabatnya itu, tertawa kecil ketika melihat Mirei yang menangis semakin kencang dan Ren yang kewalahan mengatasinya. Jesse tidak membual. Ia memaknai setiap terima kasihnya. Mirei terutama, banyak sekali membantunya bangkit. Saat dunia mempertanyakan keputusannya untuk mengambil beasiswa yang sebelumnya tak pernah ia bahas lagi, Mirei tidak bertanya. Malam sebelum Jesse berangkat ke Amerika, Mirei menghubunginya. Mirei bilang, dia akan merindukan Jesse, namun saat Jesse di Amerika nanti, akan ada hati yang lebih merindukannya.

Jesse menatap Kira yang yang sedang tertawa dengan Ara. Malam itu, Mirei bilang, keputusan Jesse adalah yang paling tepat. Mirei adalah satu-satunya yang meminta Jesse untuk tidak menjadikan Kira tempatnya pulang. Mirei bilang, Kira butuh jarak untuk sadar perbuatannya bukan yang sebenarnya ingin ia lakukan. Dan saat itu, Amerika dan Indonesia, adalah jarak yang tepat. Mirei adalah orang pertama, yang membuat Jesse tidak meragukan keputusannya.

"Mirei pernah bilang mencintai bukan semata-mata tentang bangun pagi dan menginginkan kehadiran seseorang di sana, tapi tentang menutup mata saat malam dengan damai karena berhasil menjaga seseorang yang kita sayang tetap bahagia hari itu. Saat SMA, saya melakukan kesalahan terbesar yang bisa saya lakukan..." tutur Kira, yang tidak Jesse sadari sudah mengambil alih acara itu. Gadis dalam balutan warna biru itu berdiri di tengah ruangan, dengan mata yang sekarang menancap lurus pada Jesse.

"Menyia-nyiakan orang yang benar-benar sayang, karena berpikir bahwa dia nggak akan kemana-mana. Waktu itu, Mirei bilang, saya salah. Dia marahin saya dan dia nasihatin saya setiap hari. I wouldn't know how to cope with things back then if it weren't because of her. Ren, si acak adul yang kerjaannya bikin marah guru. Dan Mirei, si lugu pindahan Australia yang dalam waktu singkat ngalahin Ara jadi primadona angkatan. Mungkin kalau dulu ditanya, pernah nggak sih, mikir mereka bakal lebih dari sekadar sahabat, saya akan jawab enggak. Ren peka sama semua hal kecuali perasaan Mirei. Mirei yang waktu itu mikir lebih baik jadi sahabat selamanya daripada kehilangan Ren. Kalian definisi dongeng impian yang semua pasangan dan anak muda di dunia ini mau, tau nggak? Ren, jagain Mirei. Rei, temenin Ren. Marriage won't be easy, I don't have to be in one to know it, I've read too many stories and watch too many movies. But that's the point. Itu kenapa kalian ada di sini sekarang. Karena sesusah apapun itu, kalau kalian ngelewatin itu bareng-bareng, it won't be that hard anymore. Ren, Rei, you have all my support and trust, you guys are really made for each other. Here's to the best wedding and the most beautiful couple." Kira menyudahi bagiannya malam itu, bangga pada dirinya sendiri karena berhasil menahan diri agar tidak menangis.

Setelah acara dilanjutkan lagi dengan giliran lainnya, Kira terduduk diam di kursinya, merenung. Ia berharap Jesse dapat mendengar nada penyesalan dan kesungguhan tatap matanya yang tadi ia tujukan sejenak untuk pria dalam jas hitam itu. Kira menoleh, untuk memastikannya. Ia menghela napas kecewa, saat tidak menemukan Jesse lagi di tempatnya duduk. Mungkin ke toilet. Kira mengembalikkan perhatiannya kepada anggota keluarga Ren yang sedang bercerita tentang masa kecil calon pengantin pria itu dan berusaha untuk tidak melihat apakah Jesse sudah kembali setiap dua menit.

L.I.N.G.E.R

Continue Reading

You'll Also Like

203K 17.1K 51
Gadis cacat adalah sebutan untuknya, dia tidak memiliki sihir seperti lainnya. Earwen Freya Laurels gadis yang lahir berbeda dengan putri Raja lainny...
71.1K 10.4K 39
'Mungkin belum jodoh,' kata yang terdengar sepele dan sangat mudah diucapkan itu ternyata punya beban perasaan yang sangat berat. Nana ingin kabu...
1.7M 40.4K 9
Semua terlihat sempurna di kehidupan Maudy, seorang aktris papan atas yang juga dikenal sebagai kekasih Ragil, aktor tampan yang namanya melejit berk...
486K 31.4K 61
Semula Vanta tidak tahu, kalau satu perlawanannya bakal menjadi masalah serius. Siapa sangka, cowok yang ditantangnya─Alvin─ternyata adalah penguasa...