🅳🅴🅰🆃🅷 🅰🅻🅱🆄🅼 ( 🅾🅽...

By SriWahyuni369717

4.9K 1K 678

# 1 novelmisteri (08 Agusrus 2021) # 1 tarbiyah (08 Agustus 2021) # 1 hikma (08 Agustus 2... More

PART 1. KEMBANG KANTHIL
PART 2. KETUKAN MISTERIUS
PART 3. CILUK...BAA!!
PART 4. PERKAMPUNGAN JIN?
PART 5. DIRASUKI (1)
PART 6. DIRASUKI (2)
PART 7. DIRASUKI (3)
PART 9. RUDIRA, BONEKA ARWAH?
PART 10. DIARY BERTINTA MERAH
PART 11. KUBUR 1
PART 12. KUBUR 2
PART 13. KUBUR 3
PART 14. DIBURU DENDAM 1
PART 15. DIBURU DENDAM 2
PART 16. DIBURU DENDAM 3
PART 17. KALI ARUM DHALU 1
PART 18. KALI ARUM DHALU 2
PART 19. TIPU DAYA IBLIS
PART 20. ENIGMA SI KEMBAR
PART.21. RUMAH BATU DI HULU
PART 22. DI ATAS ALTAR BATU
PART 23. MENJELANG PURNAMA
PART 24. MENJELANG PURNAMA 2
PART. 25 HEXAGRAM
PART 26.HEXAGRAM 2
PART 27.HEXAGRAM 3
PART 28. HEXAGRAM 4
PART 29. TANPA BAYANGAN
PART 30. RUQYAH
PART 31. SEPASANG JENAZAH
PART 32. BISIKAN GAIB
PART 33. MANEKEN ( 1 )
PART 34. MANEKEN ( 2 )

PART 8.TARIAN MISTERIUS

171 29 9
By SriWahyuni369717

*8.

Suara kidung jawa terdengar timbul tenggelam terbawa angin.Di iringi gamelan.Suara angin yang menderu riuh terdengar lebih jelas.Menenggelamkan suara kidung dan gamelan.Seolah menjadi kolaburasi mistik yang menguak imej akan hal-hal tidak bersahabat.

Adela masih setia di depan perapian.Menunggui Bian yang sibuk dengan aljabarnya.Guru matematikan sebuah SMU swasta itu tekun dengan pekerjaannya.Setumpuk kertas sedang di koreksi.

"Bi..kemarin pas ada tembang beginian Beno meninggal.Jangan-jangan malam ini ada yang meninggal lagi?"

Ucap Adela lirih sambil membenahi selimutnya.Merapat Bian.

"Hanya kebetulan aja,Dee.."

Jawab Bian kalem.Adela menghela nafas.

"Apa enaknya jadi guru,Bi?Kan kamu bisa kerja yang lain."

Ucap Adela lagi.Kan bisa jadi akuntan,manajer keuangan.

"Di syukuri apa yang ada,Dee..hidup itu lebih nyaman bila kita qona'ah."

Jawab Bian lirih,tidak melepas tatapannya pada kertas-kertasnya.

Adela menghela nafas.Ingin tidur di kamarnya tapi lebih nyaman di sisi Bian.Lagian malam ini hawanya aneh.

"Eh,Bii..menurutmu Arry itu gimana?"

Pancing Adela.Bian menjawab simple.

"Ganteng dan misterius."

Adela berkerut heran.Misterius gimana?

"Sering ngilang waktu kerja kata mas Azzam.punya bisnis lain mungkin.'

"Gitu doang misterius?"

Bian hanya angkat bahu.Sebelum mengakhiri pekerjaannya.Merenggangkan otot-ototnya.Menaruh tumpukan kertas di atas meja.Sebelum rebah tak jauh dari Adela duduk.Ia tidak ingin mengungkapkan bahwa cara pengobatan Arry pada dirinya 'aneh'.Sebelas dua belas dengan bu Shindu.Dan Bian lebih suka 'meruqyah'dirinya sendiri.

"Ati-ati aja sama Arry.Kamu belum kenal dia dengan baik."

Ucap Bian datar Adela tertawa manis.Menatap Bian dengan senyum.

"Kamu jealous?"

Tebaknya dengan tawa.Bian cuma tertawa.Mengadu saat pinggangnya di cubit Adela.

Suara kayu yang di makan api terdengar khas.Dengan aroma yang khas.Menjadi saksi canda tawa mereka.

Azzam yang baru pulang terbatuk-batuk melihat adiknya bersama Bian.

"Tidur,Dee..udah malam."

Tegurnya sambil berjalan masuk kamar.Adela mengiyakan.Melirik bu Shindu yang berjalan tanpa suara mengekor Azzam.

Dengan takzim mengatakan air panas untuk mandi sudah siap.Dan nampan di tangannya membawa secangkir susu jahe.

Bagaimana mungkin perempuan itu tahu mas Azzam pulang dan semua sudah siap?Seperti punya telepati saja.

"Mbak Adela dan mas Bian mau jagung rebus?"

Tiba-tiba saja bu Shindu di sisi mereka dengan piring saji bentuk persegi berisi jagung rebus yang masih mengepulkan asap.Aromanya nyata membuat perut meronta minta jatah.

Bian langsung bangkit dengan semangat.Mengucap terimakasih,memakanannya dengan lahap.

Adela mengikutinya.Menggigitnya sedikit.Rasanya manis dan empuk.Adela  mencoba melupakan semua tentang bu Shindu.Mendengarkan saat Bian antusias bercerita tentang sekolah tempat ia bekerja.Sebuah sekolah islam dengan konsep alam.

"Dee..tidur!Udah malaam..!!"

Terdengar teriakan Azzam dari dalam kamar.Adela mengiyakan.

"Masuklah,Bii..baru sembuh gitu..ntar masuk angin lho."

Ucap Adela sambil bangkit.Bian tertawa.

"Kamu mencemaskan aku kan?"

Goda Bian dengan tawa,tanpa menatap Adela.Memekik saat pinggangnya di cubit Adela gemas.

"Biii...!!"

Ganti teriakan Wina yang terdengar.Bian mengiyakan sambil bangkit.

"Tiduuur..!!"

Lagi,suara Wina.Bian mengiyakan.Membawa setumpuk kertas ke atas.Sementara Adela juga beranjak menyusuri lorong.Menuju kamarnya.

'Hem!"

Adela berdehem.Sekedar menyisir rasa tidak nyaman yang menggerayangi benaknya.

Adela meraba-raba tengkuknya yang meremang.Seperti ada sisiran angin aneh di belakangnya.Adela mempercepat langkahnya.Sepasang kaki melayang mengikutinya.Dan saat Adela berbalik untuk menutup pintu kamar...

Tes..tes..!

Apa yang menetes dari atas dan mengenai rambutnya?Bocorkah?

Adela raba-raba rambutnya yang basah sambil ia beranikan diri mendongak ke atas.

Nafasnya turun naik tidak teratur saat matanya di paksa melihat sosok yang seperti tergantung dengan kaki melayang di udara.Rambut panjangnya tergerai menutupi seluruh wajah.Dan tetes-tetes merah luruh dari sana.

Adela menutup mulutnya rapat-rapat.Cepat-cepat menutup pintu.Mulutnya komat-kamit membaca ayat-ayat suci.Sementara di antara deru angin di luar sana,suara kidung dan gamelan berkolaburasi.Menghadirkan instrumen magis yang menggidikkan bulu roma.

🍁
🍁

Bian terus muroja'ah meski bumi seperti bergoyang dan gempa.Suaranya menggema seisi rumah.Bahkan barang-barang di atas nakas bergetar hebat.

Entah apa saja yang berjatuhan.Bian terus berusaha konsentrasi.Di antara suara lengkingan perempuan yang sangat jauh.Tapi Bian tahu itu tandanya amat dekat.

Titik-titik keringat Bian sebesar biji jagung menghiasi keningnya.Berlelehan di sekitar wajah dan lehernya.Sekujur tubuhnya mandi keringat dingin.

Bian terus muroja'ah,getaran bumi kian menghebat.Bahkan tubuh Bian oleng ke kiri dan kekanan,sebelum jungkir balik.

Bumi seperti di jungkir balik.Mulut Bian tidak berhenti.Makin keras lengkingan muroja'ahnya makin jungkir balik dirinya.Bahkan seperti ada angin kencang yang membuatnya terseret ke pintu.

BRAKK!!

Tubuh Bian terbentur pintu.Bian tidak peduli.Entah apa saja yang melayang mengenai wajahnya.

BRAKK!!

Lagi,
Papan lawh yang biasa ia gunakan untuk muroja'ah terlempar membentur tembok.Pecah jadi dua.

"Om Biii...!!"

Suara Jenny yang mendatanginya tiba-tiba membuat semua kekacauan berhenti.

"Om Bii kenapa?Kenapa ribut sekali?"

Suara Jenny kian mendekat dengan ketukan tongkatnya.Susah payah Bian bangkit dengan seringaian.Menatap tak percaya kamarnya yang seperti kapal pecah dan terkena badai.

'Nggak apa-apa,Jen..hati-hati!"

Pekik Bian saat Jenny hampir menginjak patahan papan lawh.Andai Jenny bisa melihat pasti kebingungan melihat kamarnya berantakan.Apakah gempa tadi hanya Bian yang merasakan?

"Eh..tadi om berburu tikus."

Jawab Bian saat Jenny mengulang pertanyaannya.Jenny oh panjang.Menawarkan bantuan untuk membereskan tapi Bian menyuruhnya tidur.

Jenny menurut.Suara ketukan tongkatnya terdengar jelas.Lalu suara pintu di tutup.Sepi.Angin seakan mati.Tak ada suara apapun jua.

Bian merekam dan memotret semua kekacauan itu dengan hand phonennya.Semoga mas Azzam percaya.Harapnya.Lalu membereskan semuanya.Dengan dzikir tiada akhir.

🍁
🍁

"Kamu bangunkan mas subuh-subuh hanya untuk menunjukkan bukti yang bisa saja kamu rekayasa,Bii?!Bisa saja kamu berantakin kamar kamu sendiri untuk membela Adela."

Menggelegar suara Azzam.Memecah kesunyian pagi yang masih berkabut tebal.

"Apa mas pikir aku sakit mental sampai aku bisa berantakin kamar aku sendiri lalu aku bereskan lagi?Kurang kerjaan amat?!Jenny saksinya,Mas!!"

Bian protes dengan nada tinggi.Azzam tertawa ngakak.

"Kalau kamu jungkir balik sendiri di sana dan terekam aku baru percaya!Jenny bilang kamu berburu tikus!Tadi malam dia telfon aku agar aku beli obat tikus!"

Skak mat!

Bian menelan ludah.Salah alasan dia pada Jenny hingga...

Ia lupa bahwa Jenny itu cerdas dan sangat menyayangi semua orang.Meski ia buta tapi Jenny bisa telfon meski dengan hand phone jadul yang bukan layar sentuh.

"Apa'an sih mbak pagi-pagi ribut?"

Adela yang masih bermukenah bertanya pada Wina yang akan ke dapur.

"Di kamar Bian ada tikus.Semalam dia berburu tikus sampai kamarnya berantakan."

Jawab Wina sambil berjalan ke dapur.Adela oh panjang.Ingin menyusul Bian yang tampak kesal tapi tidak berani.Karena Azzam masih ngomel-ngomel.Sempat di dengarnya Azzam yang menerima tekfon entah dari siapa.

"Apaa?!Wirda bunuh dirii?!"

Glek!!

Adela menelan ludah.Ada yang meninggal lagi?Karena bunuh diri?

🍁
🍁

"Wirda itu pekerja mas Azzam,mbak?"

Adela bertanya sambil mengamati iring-iringan jenazah yang baru pulang  dari balkon lantai dua.Mbak Mirna yang sedang menyapu mengiyakan.

Sudah Adela duga kidung dan gamelan semalam itu bukan kebetulan.Selalu ada kematian yang mengiringinya di esok hari.Kebetulankah?

"Iya,Mbak..yang bagian nyatat upah pekerja,absennya juga kayak anak sekolah."

Jelas Mirna.Adela hanya mengangguk-angguk.Di dalam rombongan itu ada mas Azzam,mbak Wina dan Arry.

"Katanya pak Tejo yang nemu mayatnya pertama kali mbak.Tapi kayak orang linglung.Gak bisa di ajak omong.Cuma bisa ngomong ampun gitu."

Cerita Mirna lagi.Adela hanya diam meski dalam hati sibuk bertanya-tanya.Benarkah Wirda mati karena bunuh diri?Katanya dekat dengan Arry dan patah hati karena Arry dekat dengan perempuan lain.Senaif itukah?

"Arry kan sekarang dekat dengan mbak Adela,mungkin stress,Mbak.Karena merasa kalah saing sama adik bos!"

Ceplos Mirna lagi membuat Adela melotot tak percaya.

"Hah?!Karena saya,Mbak?Yang bener aja!Siapa yang dekat sama Arry?!"

"Mbak Adela."

Jawab Mirna polos.

Adela terbahak.Tidak percaya bila kedekatannya dengan Arry akhir-akhir ini di sorot banyak orang.

Hampir saja Mirna cerita bahwa ia menemukan album foto aneh di kamar Jenny.Tapi Adela sudah beranjak turun.Di panggil mbak Wina,di cari Arry.Mungkin Arry mampir usai pemakaman Wirda.Tuh kan dekat sama Arry beneran.Guman Mirna.

Mirna meraba-raba tengkuknya yang merinding tiba-tiba.Tolah-toleh sekitar balkon.Seperti ada yang mengawasi.

Mirna menatap ke arah halaman samping.Berkerut heran saat melihat bu Shindu menanam sesuatu dalam bumi.Apa yang di tanam?Terlalu jauh untuk melihatnya.

🍁
🍁

Adela tersenyum pada Arry yang berdiri dekat bunga bugenvil Arry juga tersenyum,tatap lembutnya membuat Adela kelimpungan dan berdehem.Kenapa baru sekarang Adela menyadari bahwa pesona lelaki ini luar biasa?Melebihi Bian.

"Bian ngajar kan?"

"Eh..i..iya,ada perlu sama Bian?"

Adela menjawab dengan gugup dan kelimpungan.

'Mbak Adela ingin tahu sekolahnya?Ayo!"

Ajak Arry dengan senyum.Sekarang?Tapi Adela cuma pake celana pendek sama t-shirt putih lengan pendek.

"Aku ganti baju dulu sama pamit mbak Wina."

Ucap Adela.Risih kan pake baju beginian.Ketahuan Bian ia bisa di kritik habis-habisan.

"Saya sudah pamitkan tadi,mari..mumpung masih pagi."

Entah mengapa Adela menurut.Bahkan tanpa helm.Arry mengatakan biar ia bebas menikmati udara segar dan angin.

Dan benar,rambut Adela berkibaran di tiup angin.Ia bisa bebas melihat panorama memukau mata.

🍁
🍁

Bian menatap tak percaya kala melihat Adela tertawa-tawa di boncengan Arry,melewati area sekolahnya.

Bian yang akan pindah kelas itu berhenti.Menelfon Adela.Entah mengapa rasa cemas tiba-tiba menyeruak benaknya.Entah mengapa ia tidak percaya pada Arry dan merasa ada sesuatu yang ganjil dalam diri Arry.Ayo..Dee..angkat!Angkaat!Pekik hatinya jengkel.Bian tidak tahu bahwa Hand phone Adela di dalam kamar.Tidak Adela bawa.

"Arry itu kerja hampir bersamaan dengan bu Sindhu,Mas..entah kebetulan atau tidak.Dan dia bukan adik kandung pak Rommy."

Terngiang kata-kata pak Tejo.Apa tujuan Arry mendekati keluarganya?Dan mengapa pak Tejo shock setelah menemukan mayat Wirda?Atau jangan-jangan Wirna tidak bunuh diri?Tapi di bunuh?Dan pak Tejo saksinya?

Menyimpulkan itu membuat Bian makin kacau.Ia terus berusaha menghubungi Adela.

🍁
🍁

Gemericik air sungai Arum dhalu terdengar syahdu.Kicauan burung-burung yang hinggap didahan pepohon riuh mendayu.

Arry membimbing tangan Adela untuk turun ke sungai.Hati-hati menapaki bebatuan yang bercuatan di sana sini.

Kulit putih mulus Adela yang telanjang kaki terasa sejuk saat menyentuh beningnya air sungai.

"Mbak Adela kerasan tinggal di sini?"

Arry bertanya dengan senyum.Lesung pipitnya memukau Adela.Rambut gondongnya yang di ekor kuda menampakkan jelas raut wajahnya.Seperti sebuah pahatan yang sempurna.Mengapa Adela baru menyadarinya?

"Eh..kata Mirna pak Tejo seperti shock.Jangan-jangan pak Tejo tahu sesuatu?"

Cepat-cepat Adela mengalihkan pembicaraan.Tidak mau tenggelam dalam kharisma Arry.
Yang tiba-tiba sempurna dalam ranah kekagumannya.

"Kematian Wirda adalah suatu kepastian,Mbak.Kita semua kan akan mati.Dengan cara yang berbeda."

Ucap Arry dengan senyum.Menatap Adela lembut.Adela gelagapan.Tiba-tiba ia ingat kata-kata Bian agar berhati-hati dengan Arry.

Tapi Arry sama sekali tidak berbahaya.Hanya karena ia sering ngilang waktu kerja?

"Ooh..itu saya ada kerja lain juga,Mbak.Jika tugas saya ngantar mas Azzam cari bibit atau stor barang beres ya saya pergi,Mbak.Saya selalu izin jika sudah tidak di butuhkan."

Jelas Arry saat Adela bertanya.Adela oh panjang.Berarti Bian yang jealous.Adela tersenyum sendiri.Entah mengapa ia senang Bian cemburu.

"Kerja apa kalau boleh tahu?"

Buru Adela ingin tahu.Arry tidak memjawab.Menatap Adela tegang.

"Awas,Mbak.Jangan bergerak!"

Cekatnya lirih dan datar.Membuat Adela ikut tegang dan bingung.Belum sempat Adela bertanya ada apa tiba-tiba Arry merangsek ke depan Adela.Gerakannya sangat cepat,seperti ingin menubruk Adela dengan pelukan.Adela memekik kaget.

Matanya nanar menatap Arry yang membetot seekor ular.Ular itu berkelejotan saat Arry meremas kepalanya hanya dengan satu tangan.Darah muncrat mengenai wajah Arry.Sebelum dengan sekali lempar ular itu terdampar di hulu sungai.Mati!

Adela masih bengong.Menatap Arry yang cuci tangan dan cuci muka.Sebelum mengajak Adela pergi.

"Auww!!"

Karena buru-buru Adela menginjak bebatuan yang runcing.Ia lupa tidak memakai sandalnya yang di bawakan Arry.

"Mbakk!Ati-ati!"

Buru Arry,memapah Adela yang terpincang-pincang.Duduk di atas batu andesit.Jejak kakinya berdarah.

Arry jongkok di bawah Adela,mencabut serpihan batu granit yang menancap di telapak kaki Adela.Mengusap darahnya dan membersihkannya dengan air.

"Tunggu sebentar.Mbak!"

Ucap Arry,berlari masuk rerimbunan semak.Sebelum kembali lagi dengan batang dan daun talas.

"Tahan ya,Mbak.Agak perih."

Ucapnya sambil menempelkan getah daun talas.Adela mendesis.

"Ini aman?Daun apa ini?"

"Daun talas,Mbak.Aman.Senyawa flavonoid dan anti inflamasinya bagus untuk luka.Senyawa tarinnya sebagai adstringen membuat pori-pori mengecil dan
meminimalkan pendarahan."

Adela tersenyum,sudah ia duga Arry itu bukan pemuda desa biasa.

"Kamu banyak tahu,Ry..kuliyah?"

Buru Adela,penasaran.Arry cuma tersenyum.Melempar batang daun talas yang telah usai ia buat pengobatan darurat.

"Apakah orang yang banyak tahu harus kuliyah,mbak?"

Adela tertawa dengan jawaban itu.

"Di sini banyak batu-batu ya?"

Adela berkata sambil menatap sekitarnya.Batu apung dan batu granit terserak di bawah kakinya.Dan yang ia duduki ini batu andesit.Karena warnanya abu-abu kehijauan.Halus.

"Yang melukai mbak itu batu granit."

Ucap Arry lagi,jongkok di bawah Adela.Memakaikan sandal Adela.

"Iya,karena dia kasar bentuknya."

Tanggap Adela,berusaha berdiri tapi oleng.Arry memeganginya.

"Maaf,Mbak."

Ucap Arry sebelum membopong Adela,meninggalkan sungai.Adela tak berontak dan tak menolak.Aneh.Ia nyaman dan aman bersama Arry.

🍁
🍁

"Bagaimana mungkin kamu bisa lupa bawa hand phone dan enjoy saja berduaan dengan Arry di tempat sepi,Dee?Bagaimana kalau dia apa-apain kamu?!"

Omel Bian berang.Ia pulang cepat demi Adela dan darahnya mendidih melihat Adela pulang dengan kondisi terluka.Di gendong Arry lagi.

"Apa'an sih,Bi?!Lebay tahu!Toh aku masih hidup dan masih utuh!Cuma kena batu!"

Omel Adela jengkel,terpincang-pincang duduk di sofa.

Bian melepas jaketnya.Melemparnya kepangkuan Adela.Untuk menutupi paha mulusnya.

"Umbar terus aurotmu itu!Biar memancing mata jahat!"

Omel Bian,berlari menaiki tangga.Ihg!Apa'an sih?!Dasar aneh!Omel batin Adela.

BRAKK!!

Terdengar Bian banting pintu kamar dengar kasar.Wina datang dengan perlengkapan P3K.Bu Shindu membawa baskom air hangat.

"Bian itu suka sama kamu,Dee.."

Duga Wina kalem.Adela hanya menghela nafas.

"Ngapain nggak suka sama Inaya tuh yang aurotnya ketutup."

Omelnya,masih jengkel.Ia pernah bertemu Inaya yang bezuk Bian waktu Bian sakit.

"Bian itu sayang kamu,Dee..nggak pengen kamu kenapa-napa."

Ucap Wina kalem.Memeriksa luka Adela.Sudah kering?

"Arry tadi yang ngobati pake getah daun talas.Kalau dia niat perkosa aku udah dari dulu dia lakuin mbak,Banyak kok kesempatan."

Dengus Adela jengkel.Di hus Wina.Adela terus ngedumel.Melihat bu Shindu keluar rumah.

🍁
🍁

"Sreekk!"

Bian menggeser gorden kamarnya,mengamati bu Shindu yang sepertinya berbincang dengan Arry di gerbang.Sejak kapan mereka akrab?Bukannya hanya saling senyum dan mengangguk kalau ketemu?

"Mas!Nih di minum dulu..biar adem kepalanya."

Ucap Mirna yang masuk membawa jus apukat.Meletakkannya di meja.

"Oh ya,Mas..saya nemu album aneh di kamar Jenny.Foto-fotonya merem semua kayak orang tidur.Ada foto mirip Beno juga,Mas."

Ceplos Mirna,Bian yang menyeruput jusnya berhenti.Berkerut.Album aneh?

"Iya,Mas.Warnanya item.Trus pernah saya nemu foto di kolong ranjang.Belum saya lihat udah di rebut bu Shindu."

Bian tidak berkomentar,langsung ke kamar Jenny.Di ikuti Mirna yang terus ngoceh ngalor ngidul.Bercerita tentang kematian beruntun yang terjadi akhir-akhir ini.

"Mana,Mbak?Nggak ada."

Guman Bian sambil meneliti satu-satu koleksi buku Jenny.

"Kalian cari ini?"

"Eh..copot!Copot..Copot!!"

Latah Mirna langsung kambuh begitu bu Shindu muncul tiba-tiba.Bukannya tadi di bawah?Bian melongok Jendela.Tidak ada siapa-siapa di gerbang.

"Eh..itu,Bu..Mirna cerita tentang album tua.Iseng aja pengen lihat."

Ucap Bian sambil nyengir.Garuk-garuk kepala.Bingung harus ngomong apa saat bu Shindu menyodorkan sebuah album hitam.

Dengan cepat Mirna mengambilnya.Menjamahi tiap lembarnya.

"Waah..ini Jenny waktu bayi ya ..Buu..imut sekalii.."

Seru Mirna antusias,Bian menghela nafas.Katanya isinya foto-foto aneh orang pada merem kayak tidur.Dasar Mirna,Halu!

"Aduuh..serius,Mas..kemarin isinya nggak gitu."

Protes Mirna sambil ngintil Bian usai bu Shindu pergi.

"Saya mau mandi,Mbak.Mau ikut?!"

Ucap Bian serius,Mirna menjawab tidak sambil terbirit-birit keluar.Bian hanya tersenyum.Dasar mbak Mirna!

🍁
🍁

Angin mengalir giris,kabut tebal melingkupi jagad misteri.Gerimis kecil yang luruh satu-satu menyentuh bentala yang di bungkus kelam.

Mata bening dan jernih Zaheen tak berkedip menatap sosok yang tengah menari di sudut halaman.Mengelilingi sesosok tubuh yang tergeletak lemah di sana.Siapa?Sepertinya itu tante Adela di lihat dari bajunya.Dan yang menari adalah...

"Kak...Kaak..!!"

Zaheen mengguncang kasar tubuh Amira yang berbalut selimut.

"Heemm.."

Amira cuma berguman lirih.Malas menanggapi.

"Bu Shindu menari mengelilingi tante Adela,Kak.Kemarin Zaheen juga lihat bu Shindu menari mengelilingi tante Wirda trus tanye Wirda mati."

Amira langsung tersentak bangun.Yang bener?Zaheen menyeret kakaknya mengintip lewat gorden yang di buka sedikit.

"Kalian belum tidur?"

Deg!!

Jantung kedua bocah itu seperti copot.Bu Shindu tiba-tiba di belakang mereka.Zaheen menelan ludah.Sepasang kakinya gemetar.Ia pegang erat-erat tepian gorden.Nyata jari-jarinya gemetar.

"It..itu,Bu..Za..Zaheen minta antar pipis.Iya kan Za?"

Jawab Amira tergagap.Zaheen mengangguk sekenanya.

"Me..Mengapa bu Shindu masuk kamar kami?"

Amira bertanya gugup.Bu Shindu
hanya tersenyum.Berlalu tanpa suara.Dan di mata Zaheen itu seperti melayang tidak menapak bumi.

"Tidurlah,Ibu tadi hanya memasang obat nyamuk elektrik."

Ucap bu Shindu sambil menutup pintu.Dengan senyum.Sementara Zaheen sudah terkencing di tempat.Saat ia kuak gorden dan melihat bu Shindu lain masih menari dengan sebilah keris terhunus.Mengelilingi tante Adela.Bagaimana mungkin bu Shindu jadi dua?

"K..Kak..aku..aku pipis di celana.anterin ganti."

Cekat Zaheen.Amira tepuk jidat.Beranjak mengambil baju ganti untuk Zaheen.Tapi..

PETT!!

LISTRIK PADAM!!
Kedua bocah itu serentak memekik histeris.

"Mamaaa...!!

🍁
🍁

(KAMIS,26 AGUSTUS 2021)

Continue Reading

You'll Also Like

41K 3K 17
Hal tak masuk akal di alami oleh Lenora, gadis itu menabrak cogan dan berakhir terjatuh ke danau dan tiba- tiba di terkam buaya. Ketika membuka mata...
164K 468 6
(FIKSI) Vivi terbangun dari tidurnya dalam kondisi tanpa busana... cairan lendir yg masih merembes dari Lubang surgawi miliknya membuat gadis itu pah...
147K 8.4K 35
Reina Amora, gadis berparas ayu khas pribumi, salah satu yang beruntung diterima di Black Campus melalui jalur beasiswa, kehidupan damai berubah begi...
9.1K 1.2K 24
Renjun tau, bahwa ada diantara sahabatnya yang di karuniai sebuah hal istimewa tentang bagaimana mereka bisa melihat dunia yang tidak bisa di jelaska...