CHEATING [ END ]

By BeautyLee9

3.7M 209K 57.4K

[ 18+ ] Bagaimana rasanya berselingkuh dengan kekasih sahabat sendiri? Deg-degan? Takut ketahuan? Merasa be... More

Prolog
00- First meet
01- Garis Takdir
02- Prioritas
03 - Clubbing
04 - Kebenaran yang terungkap
05 - Kebohongan Leon
06 - Kissing
07 - Cemburu
08 - Es batu mencair
09 - Hak milik
10 - Perisai
11 - Birthday Girl
12 - Guardian Angel
13 - Kembali Terluka
14 - Memories in Paris
15 - Heartbeat
16 - What a beautiful Maldives
17 - First Kiss
19 - Tidak Ada Kata Putus
20 - Egois
21 - Candu
22 - Ditengah Hujan Salju
23 - Akhir Kisah Juan dan Angel
24 - Her Boyfriend
25 - Believe
26- Broken
27 - Pernyataan Cinta Mattew
28 - Am I Bitch?
29 - Mafia's son
30 - Cinta, Sayang, atau Obsesi?
31 - Leon's parents
32 - Ketulusan Cinta Jevano
33 - Engagement
34 - Konsekuensi
35 - Best Care
36 - Terror
37 - Pertemanan Leon dan Nara
38 - Jebakan
39- Takut Kehilangan
40 - Kesalahpahaman
41- Trust me
42 - Kencan Yang Manis
43 - Who are you?
44- Penculikan
45 - It's you
46 - Trauma
47 - Healer
48 - Not my boyfriend
49 - Pregnant
50 - I Love You Jevano
51 - Aksi Kim Yura
52 - Akhir Dari Pengkhianatan
53 - Selamat Tinggal Semuanya
54 - Lost My Mind
55 - Meet Again
56 - I Got You
57- Regret
58 - Our Happiness
59 - Coming Home
60 - No Backsreet
61 - Jena's Birthday
62 - Sweet Family
63 - Proposal
64 - Wedding [ End ]
OPEN PO READERS MALAYSIA

18 - Feel Warm

59.1K 3.6K 1.6K
By BeautyLee9

[ Feel Warm ]

Hi Sijeuni, aku kembali hehe.
Apa kabar kalian?
Seneng banget bisa update lagi
Semoga kalian suka ya sama ceritanya

Warning : Mature content 18+

~~~ Happy reading ~~~

^^^^^

"Aku hanya berharap, setiap kehangatan yang ku terima saat ini tidak akan membakar ku di kemudian hari."

°°°°°°
















Begitu sampai di bandara, Leon langsung menuju rumah sakit. Benar, bukan karena masalah kantor dirinya tiba-tiba saja pulang ke Seoul. Tapi karena mendapat kabar bahwa Yura kembali dirawat di rumah sakit. Setelah sampai, Leon langsung disambut oleh Kunan dan Henry yang sedang menunggu kedatangannya.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Leon dengan raut khawatir.

"Keadaannya kritis, Pak," Jawab Kunan menundukkan kepalanya takut.

Leon menghela napas panjang, lalu mengusap wajahnya kasar. Kunan dan Henry langsung membungkuk secara bersamaan.

"Maafkan kami, Pak, karena telah gagal menjaga Nona Yura."

Leon menggeleng lemah, lalu duduk di kursi tunggu. Namun sedetik kemudian ia berdiri kembali saat Dokter keluar dari ruangan Yura. "Bagaimana, Dok, keadaannya?"

"Mari Pak, kita bicarakan di ruangan saya," kata Dokter itu yang langsung diikuti oleh Leon dengan langkah tergesa.

"Saya sudah memeriksanya. Kondisi jantung Nona Yura semakin lemah Pak. Kita tidak bisa terus-terusan bergantung pada obat-obatan saja. Secepatnya kita harus melakukan operasi," jelas Pak Dokter.

Leon menghela napasnya lagi. Rasa khawatirnya tidak bisa dihilangkan. "Apa ada cara lain agar kondisinya bisa membaik Dok?"

Dokter itu menggeleng. "Selain transplantasi jantung, hanya obat-obatan yang bisa mempertahankan kondisinya agar bisa stabil. Namun semua itu tidak bisa menjamin, karena mengonsumsi obat secara terus-menerus bisa menyebabkan kondisi jantung memburuk."

"Saya belum menemukan jantung yang cocok, Dok," lirih Leon bingung.

"Saya harap kita bisa segera menemukannya, agar Nona Yura bisa terselamatkan," ujar Dokter berharap.

Leon mengangguk lemah lalu keluar dari ruangan tersebut. Berjalan perlahan karena kini tubuhnya benar-benar lemas tidak bertenaga. Saat ia masuk ke dalam ruangan Yura, matanya menata nanar ke arah ranjang. Gadis itu sedang terbaring lemah tanpa bergerak sedikit pun. Hati Leon sakit seperti dicabik saat melihat beberapa peralatan rumah sakit melilit tubuh mungil kekasihnya.

"Maafin aku karena selalu pergi di saat kamu kesakitan kaya gini," lirih Leon mengelusi pipi Yura dengan lembut.

"Sayang, aku di sini," bisiknya menggenggam tangan Yura. "Kamu bisa dengar kan?"

Melihat Yura tidak mau bergerak, Leon langsung tertunduk menangis hebat. Hatinya sesak, melihat gadis yang ia cintai tidak bisa lagi membalas ucapannya. Suara ceria yang selalu jadi penyemangat hidupnya kini hilang begitu saja.

"Sayang, maafin aku, tolong buka mata kamu." Leon terus menggenggam tangan mungil itu erat, seakan takut kehilangannya.

Seberapa keras pun Leon memanggil namanya, gadis itu tetap bergeming. Tertidur lemah, tanpa satu orang pun tahu jika saat ini Yura sedang berjuang melawan maut yang terus datang menghampirinya.












*****

Hana tersenyum ke arah cermin saat melihat pantulan dirinya terlihat cantik mengenakan dress bercorak bunga dengan riasan tipis di wajahnya. Kepala Hana langsung menoleh saat mendengar ketukan pintu menggema di seluruh ruangan, dengan cepat ia membukanya.

"Hai." Hana tersenyum saat melihat siapa yang datang.

Benar, pria yang akhir-akhir ini selalu membuatnya bahagia lah yang kini berdiri tegap di depan pintunya.

Jevano tersenyum ke arah Hana saat mata mereka bertemu. "Udah siap?" tanyanya lembut.

Dengan cepat Hana mengangguk lalu menautkan jarinya pada lengan Jevano. Mereka berjalan berdampingan, meninggalkan kamar dengan tawa ceria.

"Kita mau ke mana, Kak?" tanya Hana penasaran, karena pria itu tidak mengatakan tujuan mereka sekarang.

"Nanti juga kamu tau," jawab Jevano tersenyum misterius.

Hana terkekeh lalu mengikuti Jevano dengan jantung berdebar.

Setelah sampai, Hana menganga tak percaya saat melihat satu buah helikopter kini terparkir di depan matanya. Dengan cepat ia menoleh, lalu menatap Jevano dengan mata menyipit. "Kakak mau bawa aku ke mana?"

Jevano tersenyum, lalu menarik lengan Hana untuk menaiki helikopter itu. "Kakak mau nunjukin sesuatu," ujarnya lalu membantu Hana mengeratkan sabuk pengaman saat mereka sudah terduduk di dalam helikopter. "Udah siap?" tanyanya serius.

Hana mengangguk lalu mengambil napas dalam-dalam. Ini pertama kalinya ia menaiki helikopter, butuh sedikit kesiapan untuk menghilangkan rasa takutnya.

"Oke, let's go!" seru Jevano langsung menggenggam tangan Hana erat.

Helikopter itu mulai bergerak, dan Hana semakin mengeratkan genggaman tangannya. Tapi lama kelamaan rasa takutnya mulai hilang, saat matanya menangkap sebuah pemandangan yang sangat indah di bawah sana.

Pulau Maldives terlihat begitu indah jika dilihat dari ketinggian seperti ini. Hana kembali berdecak kagum saat melihat hamparan laut yang terlihat biru dan tenang. Mulutnya menganga dengan mata berbinar, memperhatikan setiap pemandangan di bawah sana.

Jevano menarik sudut bibirnya ke atas. Memperhatikan wajah Hana yang terlihat senang melihat semua pemandangan itu. Hati Jevano membuncah hebat saat gadis itu tersenyum ke arahnya. Mata indah itu berbinar penuh kebahagiaan, wajahnya yang cantik terlihat begitu mengagumkan sekarang.

Setelah beberapa menit berkeliling mengitari pulau Maldives, tiba-tiba saja helikopter itu berhenti bergerak. Hana menatap Jevano bingung, karena takut dengan situasi ini. Tapi Jevano malah tersenyum lalu mengeratkan genggaman tangannya. "Coba liat ke bawah," titahnya lembut.

Hana langsung menoleh ke arah bawah melalui jendela kaca. Sedetik kemudian mulutnya kembali menganga saat melihat sebuah pulau yang berbentuk seperti hati. Mata Hana berbinar kagum, lalu tersenyum lirih ke arah Jevano. "Kak, pulau itu?"

Jevano menatap Hana lekat. "Can you see my sincere heart right now?"

Hana tertegun, matanya tidak bisa lepas dari tatapan teduh yang pria itu berikan. Siapa yang akan mengira jika pria sedingin Jevano bisa melakukan hal romantis seperti ini?

Hana semakin tercekat saat pria itu menciumi punggung tangannya dengan lembut. Sentuhan hangat yang Jevano berikan menjalar sampai ulu hatinya. Perasaan Hana yang membuncah hebat, membuat air matanya jatuh ke bawah. Merasa haru atas semua kebahagiaan yang ia terima saat ini. Untuk pertama kalinya, Hana merasa jika dirinya begitu berharga di mata seorang laki-laki.

"Aku harap kamu bisa rasain cinta tulus ini," ungkap Jevano sungguh-sungguh.

Wajah tampannya kini memancar senyum kebahagian, yang membuat Hana kembali terbuai untuk kesekian kalinya. Karena tidak bisa lagi menahan debaran hatinya, tanpa diduga Hana langsung menarik wajah Jevano untuk mengecup bibirnya dengan lembut.

Cup.

Mata Jevano membulat karena kaget dengan pergerakan tiba-tiba gadis itu. Namun sedetik kemudian senyumannya kembali hadir saat merasakan kehangatan di atas bibirnya. Hana tersenyum lebar, mengelusi pipi Jevano saat melepas ciumannya.

"Makasih banyak, Kak."

Jevano mengulum bibir untuk menahan debaran gilanya. Keduanya tertawa bersama, saat merasakan kebahagiaan luar biasa yang sedang mereka rasakan saat ini. Dengan tangan yang masih bertautan, kini keduanya kembali menatap ke arah jendela untuk melihat betapa indahnya pulau berbentuk hati tersebut.













*****

"Dari mana aja kalian?" Harsa bertanya saat melihat Hana dan Jevano datang berdampingan.

Sekarang mereka sedang menikmati pemandangan sore hari di tepi pantai.

"Kepo banget, sih," cibir Hana lalu duduk di sebelah Sonya.

Sementara Jevano hanya terkekeh lalu meminum segelas jus yang ada di atas meja. Jus milik siapa itu, dirinya tidak peduli.

Juan dan Revan saling bertatapan saat melihat air wajah mereka terlihat begitu cerah.

"Did something just happened?" tanya Juan bingung melihat ke arah Hana dan Jevano.

Hana yang sedang menyantap pizza-nya langsung menoleh. "Kakak nanya ke aku?"

"Hmm, muka kalian keliatan aneh banget senyam-senyum kaya gitu," sahut Juan memicing curiga.

Jevano hanya mengangkat bahunya tak acuh, lalu merebahkan dirinya di kursi. Sementara Hana hanya tersenyum kikuk lalu kembali memakan pizza-nya.

Juan menyeringai karena yakin jika mereka berdua baru saja melakukan sesuatu. Apalagi melihat bibir Hana yang agak bengkak, Juan tidak bisa lagi berpikir positif.

Setelah cukup lama bersantai, Jevano berdiri lalu menjulurkan tangannya ke arah Hana.

"Mau ke mana?" tanya Hana bingung melihat lengan Jevano terulur ke arahnya.

"Kita liat sunset," ajak Jevano yang langsung mendapat anggukan bahagia dari Hana.

Keduanya langsung berjalan ke arah pantai, meninggalkan sahabat-sahabatnya yang kini menatap lekat ke arah mereka.

"Ada apa sama mereka berdua? Kemarin aja saling menghindar, sekarang lengket banget kaya prangko," cibir Revan heran.

Sementara Juan malah tersenyum sendu. Melihat keduanya mesra seperti itu, membuat hatinya senang sekaligus tidak tenang. Karena ia tau jika cinta segitiga ini baru saja di mulai.

"Gue seneng banget kalau Hana bisa tersenyum kaya gitu," ucap Harsa menatap Hana yang kini tengah tertawa bahagia bersama Jevano.

"Hem, gue paling nggak bisa liat dia sedih, apalagi galau kaya kemarin," tambah Sonya. "Lagian kenapa sih, si Leon kok jadi kasar kaya gitu sekarang?" Sonya mendengus kesal.

"Gue juga nggak paham sama perubahan sikap dia akhir-akhir ini," sahut Revan menaikan kedua bahunya.

"Tapi menurut gue, Hana lebih cocok sama Jevano, tau," celetuk Angel tiba-tiba.

"Eyyy, jangan ngomong yang engga-engga kaya gitu, ah," sanggah Harsa seakan tidak suka dengan gagasan Angel tadi.

Angel hanya mengedikan bahunya. Sementara yang lainnya masih setia memandangi Hana dan Jevano yang sedang berlarian di tepi pantai menikmati keindahan sunset.

Senyuman Hana adalah sumber kebahagiaan mereka. Apa pun yang terjadi, mereka akan menjaga senyum manis itu agar tidak hilang.












*****

"Hi Kakak-kakakku sayang, main yuk?" ajak Hana langsung membelah rangkulan Juan dan Angel.

Mereka semua baru saja selesai makan malam di restoran, dan semua orang langsung kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat.

"Kamu ngapain ngikutin kita?" tanya Angel heran. Kamar mereka jelas berlawanan arah.

"Ikut ke kamar kalian, aku nggak ada temen," sahut Hana tersenyum lebar.

"Engga-engga! Udah sana ah, balik ke kamar kamu aja," sungut Juan mengusir Hana tega. Ia tidak ingin adiknya itu mengacaukan semua rencana yang sudah ia siapkan untuk Angel.

"Ahhhh, tapi aku nggak ada temen." Hana merengek seperti biasa. "Aku mau tidur sama kalian aja," ujarnya tanpa beban.

"Enak aja! Kasur kita sempit, kamu mau tidur di lantai?" tanya Juan menoyor kapala Hana yang terus bergelayut manja di lengannya.

"Aw, sakitttttt." Hana langsung merengek meskipun itu sebenarnya tidak sakit. Gadis itu sedang berakting agar mereka mau diajak main.

"Udah sana, ah!" Juan mendorong tubuh Hana agar pergi.

Sebelumnya Juan tidak pernah seperti ini pada Hana. Biasanya Juan akan mengikuti semua kemauan gadis itu. Tapi untuk sekarang ia harus tega, atau semua rencananya akan kacau.

"Kak Juan jahat banget, katanya sayang sama aku!" gerutu Hana menghentakkan kakinya kesal.

Angel hanya tertawa melihat perdebatan adik-kakak itu.

"Iya sayang sih, tapi jangan ganggu Kakak sekarang juga," seru Juan greget sendiri. Bagaimana bisa anak manja itu tidak membaca kode yang sudah Juan beri dari tadi?

"Pilih aku atau Kak Angel?" tanya Hana tiba-tiba.

Astaga, Juan harus mempunyai kesabaran ekstra untuk menghadapi bocah manja ini.

"Ya, pilih Angel lah, masa iya Kakak pilih kamu. Udah ah, sana pergi!" Juan memelototi Hana. Lama-lama ia ingin melempar adiknya itu ke dalam laut jika terus seperti ini.

Hana berdecak kesal lalu memeluk tubuh Angel yang dari tadi tertawa. "Kakak pilih aku atau Kak Juan?" tanyanya menatap Angel penuh harap.

Tawa Angel semakin lepas. Ia tidak tahu jika Hana yang sudah berumur 23 tahun itu akan semanja ini. "Tentu aja Kakak pilih Juan," jawab Angel tanpa berpikir lagi.

Hana langsung menatap keduanya sebal. "Padahal kita udah jadi bestie loh. Kok Kakak lebih pilih Kak Juan sih?" tanya Hana tidak terima.

Kepala Angel langsung mendekat ke arah telinga Hana. "Karena kamu nggak akan bisa ngasih Kakak kehangatan kaya Juan," bisiknya menyeringai.

"Ih, dasar mesum!" Hana refleks memukul lengan Angel saking kagetnya mendengar perkataan itu.

Angel langsung tertawa terbahak-bahak lalu menarik tangan Juan untuk lari dari sana. "Ayo sayang kabur, kita tinggalin bocil ini di sini!"

"IH KAKAK, TUNGGUIN!" teriak Hana mengejar keduanya.

Angel dan Juan terus-terusan tertawa di tengah larinya menuju kamar. Setelah sampai mereka langsung mengunci pintunya dari dalam.

Hana menggedor pintu kamar mereka. "Kak, buka pintunya! Kenapa kalian tega banget sama aku?" Hana menggerutu kesal. Karena tidak mendapat jawaban apa pun, akhirnya ia pergi dari sana setelah menendang pintu kamar mereka dengan keras.

Angel dan Juan yang sedang mengatur napas, langsung tertawa mendengar tendangan pintu itu. "Capek banget ngurusin dia, ya ampun," seru Angel ngos-ngosan.

Juan mengangguk setuju. "Dia emang anak ajaib," ucapnya terkekeh.

Juan tersenyum ke arah Angel, lalu mengelap keringat yang bercucuran di keningnya. "Maaf ya, kamu jadi capek gini gara-gara adik aku."

Angel tersenyum lirih. "Justru aku suka banget, Na, rame," sahutnya lalu tertawa. Ini pertama kalinya Angel merasakan hal seperti ini. Lari kejar-kejaran bersama seorang adik. Benar-benar lucu.

Juan menatap Angel yang masih mengatur napasnya di balik pintu. "Kamu wanita pertama yang bisa menerima keluarga aku kaya gini," lirihnya terharu.

"Oh ya? Berarti aku wanita beruntung yang bisa ngerasain kebahagiaan ini dong. Keluarga kamu benar-benar asik, Na, aku suka banget," puji Angel tersenyum lebar.

Hati Juan menghangat. Ia menangkup pipi Angel lalu mendaratkan satu kecupan manis di bibirnya. "Makasih banyak, ya, Sayang." Juan menatap Angel dengan tatapan penuh damba.

Angel terdiam sejenak karena kaget diserang mendadak seperti itu. Jantungnya berdetak lebih cepat karena melihat senyuman manis yang Juan berikan.

"Aku sayang kamu," bisik Juan yang membuat Angel terbang melayang. Apalagi jarak mereka hanya terpisah beberapa senti saja.

Juan tersenyum puas saat melihat reaksi Angel. Wajah linglung gadis itu membuatnya gemas sendiri.

"Aku mau tunjukkin sesuatu ke kamu." Juan menarik tangan Angel lalu berjalan ke arah balkon kamar.

Angel mengikuti Juan dengan hati berdebar. Setelah sampai di balkon, Juan langsung berseru keras.

"SUPRISEEEEEEE."

Angel menganga kaget saat melihat kejutan yang telah Juan siapkan. Seluruh balkon itu dipenuhi oleh bunga lili kuning. Bahkan di atas kolam renang pun, terdapat tulisan yang dibentuk oleh bunga-bunga itu. Angel tersenyum haru saat melihat tulisannya.

Welcome to my life, please stay with me forever.

"Na, kamu tau dari mana kalau aku suka banget sama bunga lili kuning?"

( Anggap aja kaya gini ya. Anggap aja bunganya Lily kuning terus tulisannya sama )


Juan mengelus wajah Angel, lalu tersenyum tulus. "Aku tau semua tentang kamu Sayang."

Angel kembali menatap tulisan yang tertulis di atas kolam renang. "Welcome to my life, please stay with me forever," gumamnya dengan mata berkaca-kaca. "Na----" Angel menatap mata Juan lekat. Hatinya sedang membuncah hebat.

Juan menarik pinggang Angel, menghapus jarak di antara mereka. "Apa, Sayang?" tanya Juan berbisik.

"Makasih banyak," ucap Angel dengan penuh kebahagiaan. Ia sangat bersyukur karena bisa mendapatkan pria semanis Na Juan.

"Kamu tau nggak, apa arti dari bunga lili kuning itu?" tanya Juan.

Angel mengangguk. Tentu saja ia tahu karena bunga lily kuning itu adalah bunga favoritnya. "Rasa bahagia atau rasa syukur," jawabnya yakin.

"Itu yang mau aku ucapkan ke kamu. Aku benar-benar beruntung karena bisa miliki kamu. Aku benar-benar bahagia karena kamu mau nerima aku dan keluarga aku. Aku benar-benar bersyukur untuk itu, Njel. Makasih banyak karena udah datang ke hidup aku ya Sayang." Juan mengatakan semua itu dengan tatapan yang begitu teduh.

"Na----" Angel tampak termangu kehilangan kata-kata.

"Please stay with me forever, Njel. Aku janji akan berusaha membahagiakan kamu," mohon Juan dengan tatapan sungguh-sungguh.

Angel langsung menganggukkan kepalanya. "Hmm, aku juga janji akan bahagiain kamu," ucapnya tersenyum bahagia.

Juan tersenyum lega saat mendengar jawabannya. Hatinya diliputi rasa hangat. Juan menarik wajah Angel untuk mempersatukan bibir mereka lagi. Menyalurkan sebuah rasa syukur, karena untuk pertama kalinya ia dapat merasakan kebahagiaan seperti ini.

Sebelumnya Juan tidak pernah merasakan hal ini pada siapapun. Juan tidak pernah memberikan kejutan setulus ini pada wanita lain. Juan sendiri tidak tahu, mengapa ia mau melakukan hal ini pada Angel. Selama hidupnya, Juan tidak pernah merasakan ketertarikan sebesar ini pada wanita. Hanya Angel yang mampu mengubah segala hal tentang dirinya.

Ciuman Juan semakin dalam saat Angel membalas pelukannya. Rasa hangat yang tercipta di antara mereka benar-benar membuat malam itu terasa semakin indah. Pulau Maldives memberikan satu kesan yang sangat bermakna untuk keduanya. Dan mereka tidak akan pernah melupakan hal itu.













*****

LeeHana_

️ ♥️167.500 Likes.

Good vibes, good place dan good person ✨

View all coment

Jiandra_ Yang lagi liburan nggak ingat kerjaan kah? 🤔

LeHarsa_ Berisik lo bocil @Jiandra

Mattew12_ Beb kapan pulang? Miss you so bad 😥

Lalisha_ Wow tangan siapa tuh?

Jevano_ ❤️

Jennykim Selalu bahagia sayang 😘

Juan Na_ I love you sister 🤗

Angel _ My sissy always pretty 😘

Hana berguling ke kanan dan ke kiri kasur saat rasa bosan menghampirinya. Ia menatap layar ponsel dengan kesal, karena bingung harus melihat apalagi setelah terus-terusan membuka YouTube, Instagram, Tiktok, dan Twitter secara bergantian. Waktu baru saja menunjukkan pukul 9 malam, tapi ia harus berdiam diri di dalam kamar seperti ini.

"Tega banget Kak Juan sama Kak Angel tadi ngusir aku," gerutunya karena mengingat betapa menyebalkannya pasangan mesum itu, saat mengunci kamar mereka karena tidak mau diganggu olehnya.

"Kak Revan juga, masa lagi liburan gini harus belajar terus, sih." Hana tidak habis pikir dengan kebiasaan kakaknya itu. Di mana-mana hanya belajar dan belajar. Emang semua dokter seperti itu kah?

"Kak Sonya lagi apa, ya? Ke kamarnya aja kali ya biar aku ada temen," gumam Hana langsung berjalan ke arah kamar Sonya dan Harsa.

Setelah sampai di depan pintu kamar mereka, Hana langsung mengetok pintunya tergesa.

Tok tok tok.

"Lo ngapain di sini?" suara menyebalkan Harsa menyambut kedatangannya.

Hana langsung mencebik kesal, tapi sedetik kemudian matanya melotot, menatap horor ke arah Harsa karena pria itu sedang bertelanjang dada. "Kalian lagi ngapain? Kenapa Kakak nggak pake baju kaya gitu?" tanyanya kaget.

"Anak kecil nggak perlu tau urusan orang dewasa. Udah sana ah, ganggu aja!" usir Harsa lalu menutup pintu itu, tapi dengan cepat Hana menahannya.

"Ahhh, aku cuman mau ketemu Kak Sonya," rengeknya manja.

Harsa menghela napas, lalu menatap adiknya itu malas. "Dia lagi mandi, nggak bisa diganggu!"

"Ya udah, aku tunggu di dalam ya?" Hana langsung nyelonong masuk melewati Harsa dengan santai.

Sementara Harsa menggeram pasrah, lalu menutup pintu kamarnya dengan keras. Hana langsung duduk di atas kasur, lalu mengulas senyum saat Harsa menghampirinya.

"Terserah lo, mau nunggu di sini atau mau pergi!" kesal Harsa lalu berjalan ke arah kamar mandi.

Tapi sebelum pintunya terbuka, Hana langsung menarik pergelangan tangannya dengan cepat. "Kalian mau mandi bareng?"

Harsa menatap gadis itu jemawa. "Menurut lo?"

Hana menganga kaget, sementara Harsa langsung menyeringai kecil saat ide jahil menghampiri otaknya. Sepertinya menjahili gadis itu sekarang akan sangat menyenangkan.

Harsa berjalan maju, dengan refleks Hana melangkah mundur. Dahinya menekuk heran karena ekspresi Harsa saat ini sangat menakutkan.

"Kenapa? Mau ikut mandi bareng juga?" tanya Harsa tersenyum jahat.

Hana langsung bergidik ngeri, lalu menjauhkan muka Harsa menggunakan telapak tangannya. "Wah, kalian udah benar-benar gila!" sergahnya takut, lalu pergi dari kamar itu dengan langkah tergesa.

Gelak tawa Harsa langsung terdengar memenuhi isi ruangan. Merasa senang melihat respons adiknya yang kelewat lucu itu. "Ah, anak itu benar-benar polos," gumamnya lalu menggedor pintu kamar mandi. "Babe, ih, cepetan mandinya. Lama banget sih!"

"Bentar Sayang, aku lagi pake baju dulu," jawab Sonya dari dalam.

Harsa duduk kembali di atas kasur, sambil terus tertawa kerena mengingat wajah syok Lee Hana tadi.

Sementara itu, Hana sedang marah-marah sendiri di jalan. "Wah, gila si Harsa. Mereka semua benar-benar udah nggak punya akal sehat," gerutunya ngeri terus berjalan ke arah kamarnya.

Mau tidak mau ia harus menghabiskan malam ini dengan kesepian. Tapi setelah melewati kamar Jevano, senyumnya langsung merekah. Semoga saja pria itu bisa diajak main, tidak seperti sahabatnya yang lain.

"Kak Jeje udah beres belum, ya mandinya?" gumamnya karena tadi Jevano berkata akan mandi sebentar.

Hana mengetuk pintunya beberapa kali, tapi tidak ada jawaban. Karena ternyata pintunya tidak dikunci, maka tanpa permisi ia langsung masuk ke dalam kamarnya. "Kak?" panggilnya pelan seraya menengok ke seluruh ruangan. "Kak Jeje-----?"

"Isshh, ini orang ke mana sih?" dengus Hana sebal melihat kamar mandi ternyata kosong.

Kepala Hana menoleh saat melihat pintu balkon terbuka. Dengan cepat ia berjalan ke sana untuk mencari Jevano. Tapi nihil, pria itu tidak terlihat dimana pun.

Saat Hana membalikan tubuhnya hendak pergi, tiba-tiba saja ia terperanjat kaget karena mendengar Jevano memanggilnya.

"Hey----" panggil Jevano pelan.

Hana bergidik ngeri saat mendengar itu, suasana berubah mencekam karena di sana tidak ada siapa pun. Sepertinya yang dikatakan Harsa memang benar, ternyata resort ini berhantu. Saat Hana akan kabur, suara itu terdengar lagi.

"I'm here, Babe," seru Jevano dari bawah balkon.

Hana langsung menengok ke bawah karena suara itu berasal dari sana. Ia berteriak kaget saat melihat Jevano sedang berenang di dalam laut. Jadi kamar mereka di resort ini memang berada di tengah-tengah laut.

"Kakak ngapain malam-malam gini berenang di sana?" tanya Hana heran, lalu berjalan ke arah tangga yang ada di sisi balkon.

"Seger tau, wanna come in?" tanya Jevano sambil menyugar rambutnya yang basah.

Hana menggeleng pelan. "Engga ah, dingin."

"Serius, ini seger banget, kamu pasti suka," bujuk Jevano sambil berenang ke arah Hana.

Hana tersenyum simpul. "Awas aja kalau bohong," ancamnya.

Jevano terkekeh. "Engga, Sayang, sini," ia melambaikan tangannya yakin.

Akhirnya Hana berdiri lalu membuka jaketnya perlahan. Jevano yang menyaksikan itu hanya bisa menahan napas. Debaran di dadanya mendadak gila. Dengan santainya gadis itu melepas jaketnya hingga menyisakan pakaian tipisnya saja. Mirip seperti baju tidur, sebuah piyama rok yang benar-benar sangat tipis.

Hana tersenyum saat melihat sorot damba Jevano. Ia tahu jika pria itu sedang terpesona sekarang. Jevano menelan salivanya dengan susah payah, saat Hana dengan sengaja mengikat rambutnya ke atas.

Apakah Lee Hana tidak tahu, jika leher jenjangnya itu adalah kelemahan Jevano?

"Kak?" Hana mengulurkan tangan ke arah Jevano.

Jevano yang masih tenggelam dalam dunianya langsung tersentak saat dirinya dipanggil. Dengan cepat ia menarik Hana agar masuk ke dalam laut itu perlahan.

"Gimana, seger, kan?" tanyanya antusias.

Hana mengangguk, lalu menenggelamkan kepalanya ke dalam laut sampai rambutnya basah. Wajahnya berubah ceria saat merasakan kesegaran air laut kini menjalar ke seluruh tubuhnya. Hana berenang ke dalam, mencoba menjelajahi laut, walau kini pandangannya terlihat gelap di bawah sana.

"Huh, seger banget, Kak," seru Hana saat muncul kembali ke permukaaan.

Jevano tersenyum, lalu menarik pinggang Hana agar mendekat padanya. Hana mengalungkan lengannya pada leher Jevano saat ombak laut terus menerjang tubuhnya. Mencari perlindungan pada tubuh kekar pria itu.

"Kalau tau sesegar ini, pasti dari kemarin aku nyemplung ke laut," seru Hana bahagia.

Jevano melebarkan senyumnya secerah mungkin. Tanpa sadar garis bibir Hana ikut menipis saat melihat wajah cerianya itu. Pria dingin seperti Jevano ternyata bisa tersenyum sehangat ini. Jevano yang dulu ia kenal hilang entah ke mana. Pria batu dan menyebalkan itu, telah berubah menjadi pria manis yang selalu memberinya kehangatan.

Kini tatapan mereka bertemu, Jevano dapat merasakan debaran di dadanya berdetak lebih cepat saat Hana menatapnya dengan penuh dambaan seperti ini. Embusan napas hangatnya menerpa permukaan wajah Jevano saat jarak mereka semakin terkikis.

Sial, sepertinya kewarasan Jevano akan segara hilang saat tatapan lembut gadis itu berubah jadi tatapan sayu.

Ketika Jevano hendak mengambil inisiatif untuk mempertemukan bibir mereka, ternyata Hana lebih dulu mengikis jarak lalu mencium bibir Jevano tanpa permisi. Jevano tersenyum di sela-sela ciuman mereka, karena tidak menyangka seorang Lee Hana akan menciumnya seperti ini.

Sementara itu Hana terus merutuki dirinya sendiri karena tidak bisa menepis rasa candu terhadap bibir tipis yang sedang menciumnya itu.

Ada apa dengan dirinya?

Bahkan dulu ia enggan membahas hal-hal tabu seperti ini. Tapi sekarang Hana tergila-gila dengan ciuman Jevano.

Akal sehat keduanya seolah terbang terbawa angin, saat pagutan yang tadinya terkesan manis berubah jadi pagutan panas yang cukup intens. Lengan Jevano perlahan mengusap punggung Hana di dalam air, merasakan kehangatan dari setiap sentuhan saat kulit mereka bertemu.

Hana semakin kewalahan saat pergerakan Jevano semakin agresif. Maka dengan cepat Hana melepas ciumannya untuk menghirup oksigen sejenak. Dahi Jevano berkerut samar karena tidak rela saat tautan bibir mereka terlepas. Jevano bisa melihat jika wajah gadis itu memerah saat kepalanya mendongak untuk menghirup oksigen.

"Babe," bisik Jevano serak sembari mengecup leher Hana berkali-kali. Bagian favoritnya itu ternyata membuatnya candu.

"Hem?" sahut Hana dengan napas terengah, tubuhnya terasa terbakar padahal ia sedang berada di dalam air.

Jevano tersenyum manis, menatap wajah Hana dengan penuh cinta. Kini tangannya bergerak perlahan mengelus pipi Hana yang memerah. "I love you so damn much," bisiknya lalu kembali mencium bibir ranum Hana dengan seduktif.












•••©©©•••

Hana membuka kedua matanya saat sinar matahari mulai menerangi kamar. Senyumnya terukir saat merasakan napas hangat Jevano menerpa permukaan wajahnya. Semalam mereka nonton film horor, hingga keduanya memutuskan untuk tidur bersama. Sebenernya itu hanya akal-akalan Jevano saja, karena ia tahu jika Hana pasti akan takut tidur sendirian setelah menonton film horor.

Tapi demi Tuhan, mereka tidak melakukan apa pun. Mana mungkin Jevano berani melakukan hal aneh-aneh pada Hana.

Iya, kan? Iya, kan?

Tapi tentang ciuman semalam?

Ah sudahlah, lupakan, Hana benar-benar malu saat mengingat ia mencium Jevano lebih dulu.

Hana memiringkan tubuhnya untuk menatap wajah Jevano. Pria yang menciumnya semalam, kini sedang tertidur pulas seperti bayi kecil. Tangan Hana terangkat untuk merapikan poni Jevano yang berantakan.

"Hmmm----" Jevano melenguh saat merasakan sentuhan di kepalanya. Dengan susah payah ia membuka kedua matanya perlahan. "Morning, Baby," sapanya dengan suara serak.

Hana terkekeh, lalu mengelus pipinya lembut. "Morning juga," sahutnya manis.

Jevano mengukir senyuman bahagianya. Ini adalah suatu hal yang paling ia tunggu selama lima tahun terakhir. Melihat wajah cantik Lee Hana di saat ia terbangun dari tidurnya. Benar-benar indah.

"Cantik banget pacarnya aku," puji Jevano blak-blakan.

Hana tersenyum malu saat mendengar pujian itu. "Makasih, Sayangku."

"Jam berapa sekarang?" tanya Jevano mengeratkan pelukannya di pinggang Hana.

"Kayanya jam 9, deh. Ayo bangun kita harus siap-siap sebelum mereka ngomel lagi." Hana menepuk punggung Jevano beberapa kali.

"Pesawat jet-nya nggak akan datang sebelum aku kasih perintah," ujar Jevano bergumam.

"Ah, bener juga," seru Hana terkekeh.

"Jadi, kita pelukan lagi aja karena sekarang masih pagi," pungkas Jevano lalu menarik pinggang Hana agar jarak di antara mereka semakin terhapus.

Jevano kembali mendekap tubuh Hana hangat. Kepalanya kini bersandar di dada Hana dengan manja. Gadis itu tersenyum lalu memainkan rambut Jevano dengan lucu. "Kak?"

"Hmm?"

"Aku sayang banget sama Kakak," ungkap Hana tulus yang langsung mendapatkan atensi penuh dari Jevano.

Kini pria itu tersenyum sambil mengangguk gemas. "Kakak juga sayang banget sama kamu," sahutnya lembut. Jevano memanyunkan bibirnya manja. "Morning kiss?"

Hana tertawa lalu mengecup bibir Jevano dengan mesra.

Cup.

"Hmmm, nyaman banget," gumam Jevano lalu ngedusel di dada Hana lagi.

"Bangun ah, udah siang. Nanti mereka nunggu kasian."

"Cium dulu," rengek Jevano seperti anak kecil.

"Kan tadi udah," sergah Hana heran.

"Mau lagi," rengeknya menjadi-jadi.

Hana melebarkan matanya tidak percaya. Sejak kapan pria batu itu bisa merengek seperti ini. "Sejak kapan Kakak jadi manja kaya gini?"

"Dari dulu juga aku emang manja. Tanyain aja ke Daddy kalau nggak percaya," cicitnya pelan.

Memang benar. Jika sedang bersama Devano maka pria dingin itu akan berubah menjadi anak yang sangat manja. Untuk makan saja, Jevano masih sering disuapi oleh Daddy-nya. Harap dimaklumi, karena memang ia anak satu-satunya dari keluarga Lee Houten.

Hana geleng-geleng tak menyangka. "Udah ah, ayo bangun," serunya menarik tangan Jevano. Ini terlalu siang untuk mereka terus bergulung di dalam selimut.

"Ah, padahal masih ngantuk," rengek Jevano memanyunkan bibirnya cemberut.

Hana terperangah, semakin gemas melihat tingkah laku Jevano yang baru saja ia lihat. "Gemes banget nggak kuat, utututu." Hana menguyel-uyel muka Jevano lalu mengecupi pipinya.

Jevano tertawa senang. Pagi hari ini benar-benar sangat indah untuknya. Jevano ingin merasakan kebahagiaan ini setiap hari.

Jevano langsung bangun setelah diberi energi. Hari ini jadwal mereka pulang ke Korea Selatan. Liburan yang indah ini akan segera berakhir. Dan sekarang kedua manusia sedang bersiap-siap di kamar masing-masing.

Setelah selesai membersihkan diri, kini Hana sedang terduduk di depan cermin dengan raut kesal. Ia sangat kaget saat melihat tanda hickey tercetak jelas di lehernya. Padahal seingatnya Jevano tidak pernah mencium lehernya sekasar itu. Tapi kenapa tanda hickey itu bisa ada. Ini benar-benar bahaya.

"Ugh sial, kenapa tanda merah ini nggak hilang-hilang sih?" dengusnya sambil terus menghapus tanda itu dengan kapas yang dibasahi micellar water.

Harap dimaklumi. Ini pertama kalinya Hana mempunyai tanda hickey. Jadi ia bingung harus bagaimana.

"Kenapa? Ada masalah?" tanya Jevano saat masuk ke kamar Hana. Ia bingung karena melihat Hana marah-marah sendiri di depan cermin.

Hana berbalik lalu menatap pria itu tajam. "Kamu apain aku kemarin sampai ini tanda merah nggak bisa hilang?" bentaknya kesal.

"Tanda merah?" Jevano menatap leher Hana dengan raut bingung. Ia bahkan tidak sadar telah melakukan hal itu.

"Maaf, kayanya kemarin aku nggak sengaja," cicit Jevano sangat pelan karena aura Hana benar-benar terlihat menyeramkan.

"Ck, kalau mereka lihat ini gimana?" decak Hana sebal.

Jevano langsung memanyunkan bibirnya saat mendengar omelan itu. Tapi sedetik kemudian senyumnya mengembang saat sebuah ide terbesit di otaknya.












*****

"Lo ngapain pakai syal di tengah siang bolong gini?" tanya Harsa heran.

Hana mendelik kesal ke arah Jevano. Idenya yang konyol ini membuat dirinya kepanasan. Jevano langsung menundukkan kepalanya karena takut melihat tatapan galak Hana.

"Nggak panas, Babe? Cuaca hari ini terik banget, loh," gumam Sonya khawatir.

Hana tersenyum kikuk lalu menggeleng. "Panas apanya sih, Kak? Justru aku kedinginan gini." Hana pura-pura menggigil.

Juan yang sedang berdiri di samping Hana langsung terkekeh saat melihat keringat kini bercucuran di pelipis Hana. Dengan cepat ia mengelap keringat itu dengan tangannya.

"Katanya dingin, tapi kenapa keringetan kaya gini?" bisik Juan menahan tawa.

"Issh, berisik!" sungut Hana mendelik sebal.

"Gimana, J, udah siap?" tanya Revan saat Jevano baru selesai menelepon seseorang.

"Ayo berangkat sekarang, pesawatnya siap 20 menit lagi," seru Jevano yang dapat anggukan dari sahabat-sahabatnya.

Mereka bergegas pergi sambil membawa koper masing-masing. Hana melewati Jevano saat pria itu berniat ambil alih kopernya. Sepertinya gadis itu benar-benar marah.

Juan yang berjalan paling akhir langsung tertawa saat melihat Jevano diabaikan Hana. "Lo apain adek gue woy, sampe tuh anak pakai syal kaya gitu?" tanyanya menyeringai.

Jevano mendelik sebal, lalu memukul bahu Juan. "Berisik monyet, jangan sampai Hana denger terus ngamuk," bisiknya penuh penekanan.

Juan tertawa keras, merangkul Jevano antusias. "Akhirnya berhasil juga, J."

"Ck, bacot mulu! Awas, ah!" dengus Jevano melepaskan rangkulan Juan lalu lari menyusul Hana.

Juan tersenyum lega saat melihat Jevano merangkul Hana dengan lembut. Hatinya merasa tenang karena adiknya yang sangat ia sayangi, kini berada dalam pelukan seseorang yang tepat.



















Update-an mereka selama liburan di Maldives

^
^
^
^

••••©©••••

LeeHarsa_

♥️ 98.976 Likes

I love you so damn much baby ❤️

View all coment

Revan56_ Alay 🤮

Sonya15_ Iri tanda tak mampu @Revan56_😜

LeeHana_ My parents 👨‍👩‍👧

LeeHarsa_ Kalau nggak rame gue take down lagi 🤸

Juan Na_ Wkwk komen ah kasian 😪

Jevano_ 👍

Sonya15_ Haus banget komen lo 😑

Angel_ males banget 🙃

LeeHana_ Kalau di usir dari kamar, gue nggak akan nampung 😂

LeeHarsa_ Nggak mungkin di usir, Sonya nggak bisa hidup tanpa gue 🤭

Sonya15_ Najis 😤 @LeeHarsa









••••©©••••

Angel_

♥️ 234.125 likes.

My new bestie @Sonya15 💞

All view coment

LeeHana_ My sisters 👯

LeeHarsa_ 🔥🔥

Sonya15_ My badass gurl 😎

Juan Na_ Kesayangan gue dua-duanya 💖











••••©©••••

Revan56_

♥️ 67.870 Likes.

Happy Family

View all coment

LeeHana_ I love you guys 🤗

Jevano_ ❤️

Juan Na_ Sayang kalian banyak-banyak 😘

Sonya15_ Guenya burem nggak suka 🙃

Angel_ Good place and good people 🏖️

LeeHarsa_ @Sonya15 lebay 😪

Sonya15_ Tidur di luar lo! @LeeHarsa












••••©©••••

Jevano_

♥️ 34.789 likes.

My happiness ❤️

View all coment

LeeHarsa_ Tumben? 🙄

Revan_ Tadi nggak salah minum obat kan? 😲

Juan Na_ Ehem batuk 🤭

Sonya15_ Kapan gue debut di IG lo J? Cemburu nih 😑

Angel_ Cocok banget asli 💯

LeeHarsa_ @Angel_ eyyyy lo pengen di amuk pawangnya? @Leon

Revan56_ Wkwk mustahil si orang sibuk buka IG @Leon_ 😴

LeeHana_ Berisik banget, sana pada tidur! 😠

Juan Na_Hehe good night baby 😘 @LeeHana

LeeHarsa_ @LeeHana 2 😘

Revan56_@LeeHana 3 😘

Juan Na_ Heran banget pada males ngetik 😪

LeeHana_ Thanks Hana Lovers hehe🤭❤️

LeeHarsa_Di kasih hati ngelunjak 😤 @LeeHana

Sonya15_ Sayang jadi nggak? Kalau engga mau di pake lagi nih? Malah sibuk main IG 😡 @LeeHarsa

LeeHarsa_ Heh jadi dong sayang! Udah, bye jangan ganggu gue, kita mau honeymoon dulu 🤸

Revan56_ Wow....jadi apa tuh? 😜

Juan Na_ Jadi nge....... (Sebagian text menghilang) wkwk🤣

Revan56_ wkwkw paham kok paham😜 butuh obat kuat nggak Sa?

Jevano_ Bangsat! @JuanNa @Revan56

Lee Hana_ Hahahaha ketawa banget 🤣

Jevano_ menghapus postingan

Hahaha langsung di hapus dong karena bahaya banget komentar mereka ini 🤧😩



















Btw aku malu banget nulis chapter ini hehe 🤭

Maafin Jevano yaaa, karena sekarang Jevano bukan anak polos lagi huhu.

Benar kata Harsa, semua pria akan mesum pada waktunya wkwk.

Mau minta pendapat kalian soal chapter ini dong???

Apakah chapter ini terlaku vulgar atau justru kurang hot?

Atau udah pas?

Komen ya gengs, biar aku bisa tentuin untuk chapter selanjutnya kaya gimana bagusnya.

Hehe terimakasih, sampai ketemu di chapter selanjutnya yaa 🙏

Continue Reading

You'll Also Like

522K 5.6K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
104K 10.1K 27
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
120K 18.6K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
22.8K 3.6K 51
[COMPLETE] WARNING! Bagi yang masih di bawah umur tidak dianjurkan membaca ini.) Ketika mental dan psikologis manusia dijadikan mainan semata. Sisi g...