---- Beauty In The Dark ----
***
Zhan tersentak saat melihat sosok yang menatapnya dari balik kaca toko.
"Le-Leo?" bisiknya lirih. Zhan langsung mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Yibo dan putranya di dalam toko. Setelah tahu di mana mereka berada, dia kembali menatap Leo. Tapi ternyata Leo sudah pergi.
Gratak
"Tuan? Ada apa?" tanya bodyguard Yibo saat melihat Zhan berdiri dari duduknya dengan tiba-tiba.
Zhan melenggang pergi melewati para bodyguard yang menjaga dirinya.
Grep
Zhan menghentikan langkahnya ketika tanganya dicekal oleh salah satu bodyguard Yibo. Dia menoleh menatap pria yang mencekal lengannya, "Lepaskan tanganku."
"Maaf, kami ditugaskan untuk menjaga anda, kami tidak diizinkan membiarkan anda pergi kemanapun tanpa Tuan Wang," tegasnya.
Zhan menggigit bibirnya, lalu menoleh ke arah kaca depan toko. Leo sudah menghilang dari pandangannya.
"Zhan ... apa yang kau inginkan, bukankah Leo sudah tidak membutuhkanmu? Bukankah kau sudah memiliki Yibo di sisimu?" Zhan menghela napas panjang. Akhirnya dia kembali duduk di kursi, menunggu Yibo dan Xianxian selesai belanja mainan.
Bodyguard itu segera melepaskan cekalan tanganya, "Maafkan saya, Tuan. Ini demi kebaikan anda," terangnya.
Zhan hanya mengangguk, lalu kembali menatap jalanan yang ternyata turun hujan deras.
.
.
Di tempatnya berdiri, Yibo menatap dingin mainan yang ada di depan matanya. Dia masih mengingat saat Zhan hendak pergi keluar ... menuju seseorang yang berdiri di depan toko. Dan dia tahu siapa orang itu. Yibo ingin menangkap Leo, tapi tidak di depan Zhan dan putranya. Dia takut Zhan akan berubah pikiran, tetapi perbuatan Zhan tadi sudah membuatnya kecewa.
"Chanchan mau ini, paman," ucap Xianxian sambil menunjuk mainan.
Yibo tersenyum, "Ok, aku akan membelikannya untukmu jagoan," ucap Yibo berat.
.
.
.
Setelah acara jalan-jalan selesai, mereka kembali pulang. Zhan langsung pergi menuju ke dalam kamar untuk membaringkan Xianxian yang sudah tertidur.
"Kalian istirahatlah," ucap Yibo lalu segera berbalik pergi.
"Tu-tunggu!" panggil Zhan, dia segera turun dari tempat tidur dan berjalan menghampiri Yibo.
"Ada apa?" tanya Yibo datar.
Zhan merasa ada yang aneh dengan Yibo, "A-apa kau tidak tidur di sini?"
Yibo menatap Zhan lama, "Tidurlah, malam ini aku akan tidur di kamar lainnya," ucap Yibo, lantas melangkah pergi meninggalkan Zhan.
Zhan menatap kepergian Yibo dengan hati mencelos.
"Ada apa dengannya?" gumam Zhan, lalu dia menutup pintu kamarnya.
Dia menyeret kakinya lagi untuk mendekati ranjang. Zhan merasa Yibo seperti marah kepadanya.
"Yibo ... "
.
.
.
.
Yibo mengumpulkan para anak buahnya di sebuah ruangan meeting di dalam rumahnya.
"Bos, tadi kami-"
"Ya, aku juga tahu ... maka dari itu aku mengumpulkan kalian."
Ruangan itu menjadi hening, mereka semua menunggu perintah dari Yibo.
"Perketat penjagaan di rumah ini, aku yakin ... mafia yang berhasil menangkap Leo pasti berniat untuk mengambil Zhan dariku," ucapnya dingin.
"Siap bos!!"
"Jangan biarkan Zhan atau putranya tertangkap oleh mereka, aku tidak menerima kegagalan.Kalian sudah tahu betapa berartinya mereka untukku, anggap mereka sebagai diriku. Lindungi mereka dengan nyawa kalian."
"SIAP BOS!!"
"Dan aku peringatkan sekali lagi, kalau ada di antara kalian yang berkhianat, maka kalian akan berhadapan denganku."
Mereka kembali berseru, berjanji akan selalu setia kepadanya.
Setelah selesai menyusun rencana, Yibo membubarkan mereka.
Dia tetap duduk di ruangan itu, merenungkan kejadian tadi siang.
"Leo ... kau akan menjadi batu sandungan untukku ... seharusnya aku melenyapkanmu."
Yibo menyandarkan kepalanya di kursi lalu memejamkan matanya.
Dia belum bisa melenyapkan Leo, itu karena Yibo memikirkan Zhan dan Xianxian. Dia tidak mau melihat keduanya membencinya karena telah membunuh Leo.
Tok tok tok
Yibo membuka matanya, alisnya bertaut di tengah-tengah saat mendengar ketukan.
"Masuk!" serunya.
Pintu itu terbuka, Yibo terkejut saat melihat Zhan berdiri di ambang pintu.
"Zhan? Ada apa?"
Zhan meringis, suara Yibo terdengar dingin di telinganya.
"Mmm, a-apa aku mengganggumu?"
"Tidak, ada apa? Kenapa kau belum tidur?" tanya Yibo ketus.
Zhan menggigit bibirnya, dia benar-benar yakin kalau Yibo sedang marah padanya.
"Mmm, maaf. A-aku kembali ke kamar saja. Selamat malam, Yibo."
Zhan segera keluar dari ruangan itu.
Dia berjalan kembali menuju kamarnya, niatan untuk bertanya kepada Yibo sudah tidak ada lagi. Karena nada suara Yibo sudah menunjukkan apa jawabannya.
Saat Zhan akan membuka pintu kamarnya tiba-tiba tangannya dicengkeram oleh seseorang.
Zhan hampir memekik keras, namun segera dia tahan karena orang yang mencengkeram tanganya adalah Yibo.
"Yi-Yibo ... "
Yibo menarik tangan Zhan, lalu membawanya menuju ke sebuah ruangan.
Zhan hanya mengikuti Yibo dalam diam.
.
.
Yibo membawa Zhan ke sebuah ruangan yang terdapat meja billiard.
Dia melepaskan cengkeraman tangannya dari pergelangan tangan Zhan. Lalu berjalan menuju meja counter untuk mengambil sebotol wine.
Zhan berdiri di tengah-tengah ruangan, dia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.
'Sebenarnya ada berapa ruangan di dalam rumah yang besar ini?' batin Zhan. Hujan deras membuat dalam ruangan itu terasa dingin, hingga membuatnya memeluk tubuhnya sendiri.
Yibo kembali mendekati Zhan sambil membawa dua gelas wine.
"Ini minumlah," ucapnya dingin.
Zhan menerima gelas yang disodorkan oleh Yibo padanya, kemudian menyesapnya.
Dia melirik ke arah Yibo yang melenggang pergi mendekati meja billiard.
"Mmm ... kau marah padaku, Yibo?" Zhan mencoba memberanikan diri untuk bertanya.
Yibo menoleh menatap ke arah Zhan, "Menurutmu?"
Zhan meremat gelasnya, dia menjadi gugup. Baru kali ini dia mendapati sifat Yibo yang dingin. Karena dia sudah terbiasa dengan sifat konyol dan mesum Yibo padanya.
"Ma-maafkan aku, kalau ... kalau aku telah membuatmu marah."
Yibo berbalik lagi untuk memunggunginya. "Memangnya kau tahu apa salahmu?" sindir Yibo.
Zhan menggigit bibirnya, dia menggelengkan kepalanya. "A-aku ... "
Yibo memutar tubuhnya untuk menghadap Zhan, lantas menyandarkan pantatnya di meja billiard.
"Hmm? Aku kenapa?"
Zhan menunduk, "Aku tidak tahu ... "
Yibo menatap Zhan tajam, "Apa kau ingin kembali kepada Leo?"
Deg
Mata Zhan membelalak lebar, lalu mendongak untuk menatap Yibo. Dia terkejut melihat ekspresi Wajah Yibo yang terlihat dingin dan mengerikan.
"Ke-kenapa ... a-apa-apakah kau-"
Yibo menyesap winenya sambil menatap tajam ke arah Zhan.
"Apa kau sudah ada uang untuk membayar hutang Leo?"
Hati Zhan mencelos, cincin yang melingkar di jarinya seolah membakarnya saat mendengar ucapan Yibo. "Aku tidak punya uang ..."
"Sudah kubilang, kalau kau tidak punya uang untuk membayar hutang Leo, jangan harap bisa pergi dari sini," ucap Yibo dingin.
Zhan terhenyak, "Yi-Yibo ... "
PRANG
Zhan memekik keras saat Yibo melempar gelas berisi wine ke arahnya, hingga pecahan gelas itu mengenai kakinya. Dan gelas yang dia pegang tadi terlepas dari genggamannya karena terkejut.
Yibo berjalan mendekati Zhan, dan spontan Zhan mundur ke belakang. "Yibo ... "
"Kau masih menginginkan bajingan itu?"
Zhan menggelengkan kepalanya, dia tahu siapa yang dimaksud oleh Yibo.
"Kau masih peduli padanya."
Itu bukan pertanyaan tapi pernyataan. Dan Zhan terdiam. "Kau melihatnya ... " gumam Zhan.
Yibo menyeringai sinis, "Ya ... aku melihatmu ... dan aku juga melihatnya."
Zhan mengeratkan rahangnya, "Yibo, aku-"
"Apa lamaranku tidak berarti untukmu?"
"Tentu saja berarti. Aku-"
"Ah, mungkin kau hanya menginginkan uangku. Setelah kau mendapatkan uangku, kau akan kabur dengan bajingan itu."
Tubuh Zhan membeku, telinga dan wajahnya memanas mendengar ucapan Yibo. Tanpa sadar dia melayangkan tangannya untuk menampar wajah Yibo dengan keras.
PLAAKK
Yibo bergeming mendapatkan pukulan keras dari Zhan. Matanya nyalang menatap Zhan.
"Bajingan, berani sekali kau menamparku!!" raung Yibo.
Zhan kembali menampar wajah Yibo untuk yang kedua kalinya.
PLAAKK
"Kalau kau tidak ingin aku mencuri uangmu, kenapa kau tidak membunuhku saja, Tuan Wang?" ucap Zhan berat, amarah dan sakit hati telah menyelimuti dirinya.
Yibo menatapnya tajam.
Zhan mendengus, lalu melepaskan cincin pemberian dari Yibo. Kemudian melemparnya ke wajah Yibo.
"Sekarang aku orang lain, aku hanya seorang sandra yang tidak tahu diri. Kau ingin membunuhku? Silahkan," tantang Zhan.
Yibo mengeratkan rahangnya, lalu melenggang pergi melewati Zhan begitu saja.
Zhan menggigit bibirnya lagi, dengan kesal dia segera menyusul Yibo dan meraih lengan Yibo lalu membaliknya.
Yibo hendak mengumpat, namun ucapannya tertahan karena Zhan melumat bibirnya.
Dia mencoba mendorong tubuh Zhan namun Zhan malah memasukkan lidahnya ke dalam mulutnya.
"Mmnn ... cium aku, Yibo," bisik Zhan di dalam mulut Yibo.
Tubuh Yibo menegang, dia berusaha menahan diri agar tidak termakan rayuan Zhan. Namun ciuman basahnya membuat Yibo tidak bisa berpikir jernih. Akhirnya pertahanannya runtuh, keinginan untuk memiliki Zhan lebih besar dari apapun. Direngkuhnya tubuh Zhan ke dalam pelukannya.
Yibo melumat bibir Zhan dengan rakus, menggigitnya sampai berdarah.
"Eungh~"
Yibo menggendong tubuh Zhan lalu membawanya ke arah meja billiard. Dia mendudukkan Zhan di atas meja.
Kemudian Yibo menyambar bibir tipis Zhan, yang sedari tadi sudah menggoda nya untuk segera dilahab habis. Bibirnya semakin merangsang Zhan, sehingga dirinya tidak sadar kalau tangan Zhan sudah berada tepat di penisnya.
"Dasar kelinci binal," desis Yibo membuat Zhan reflek meremas lembut bagian tubuh Yibo yang sudah mengeras.
Yibo yang merasakan pun mendesah nikmat.
Dia mendekatkan bibirnya ke telinga Zhan, "Malam ini aku akan menghukummu."
Zhan menelan ludah kasar, bayangan peralatan seks yang di ruangan penyiksaan berkelebat di kepalanya. Membuat tubuhnya menggelenyar nikmat.
Setelah mengucapkan kalimat itu, Yibo berniat menurunkan celana Zhan. Namun sebuah suara keras menghentikannya.
DOR DOR
----- To be Continued -----
***