Wound In A Smile [On Going]

By YesiAgustinaAgustina

5.7K 1.1K 242

[BIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ❗PLAGIAT DIHARAPKAN MENJAUH❗ ⚠️MENGANDUNG BAWANG ⚠️ ___ ___ ___ ___ ___ ___... More

Prolog♡
1.♡
2.♡
3.♡
4.♡
5.♡
6.♡
7.♡
8.♡
9.♡
10.♡
11.♡
12.♡
13.♡
14.♡
16.♡
17.♡
18.♡
19.♡
20.♡
21.♡
22♡
23♡
24.♡
25♡
26♡
27♡
28♡
29♡
30♡
31♡
32♡
33♡
34♡
35♡
36♡
37♡

15.♡

138 36 1
By YesiAgustinaAgustina

Happy reading!
Jangan lupa votement-nya, ya😊.

___ ___ ___ ___ ___ ___ ___

Secara langsung dia menolak dirimu.
Dan engkau mulai mengaguminya tanpa sadar diri.

***

Tanpa beristirahat, ia terus berjalan menuju rumahnya. Mengabaikan rasa pegal yang hadir di kedua kakinya. Yossi pikir pasti ayahnya akan marah karena pulang terlambat. Sama seperti kemarin, berangkat minggat pulang telat.

Dengan langkah gontai Yossi memasuki halaman rumah. Wajahnya pucat menahan lelah, haus dan lapar. Jika ingin mengeluh, percuma. Ayahnya tidak mungkin langsung memberikan perhatian begitu saja.

"YOSSI!"

Suara melengking Desta terdengar dari arah teras dengan raut wajah marah. Buru-buru Yossi mendekat ke arah Desta meskipun harus menahan pegal di kaki.

"I-iya, Ma?"

Plak!

Lagi-lagi pipi Yossi memerah dan perih akibat ditampar. Yossi tidak bisa membalas, Yossi hanya bisa menunduk dengan mulut yang bungkam, serta mata yang berair.

"Kamu lupa, ya sama tugas kamu?!"

"Maaf, Ma. Yossi ...."

"Berani jawab, ya! Pagi gak buat sarapan, pulang pun telat. Saya ini lapar. CEPAT MASAK!" perintah Desta membuat Yossi merasa keberatan.

"Yossi gak bisa masak, Ma," keluh Yossi meremas jari-jarinya sendiri.

"Ya belajar, dong! Kalau saya yang masak, kamu gak boleh makan!" Desta mendorong tubuh Yossi hingga terjatuh.

Tubuh yang gemetar itu berusaha dikuatkan. Yossi melangkah masuk meninggalkan Desta di teras tanpa berkata sedikitpun.

"Aku harus masak apa?" tanya Yossi pada diri sendiri ketika sampai di dapur.

Dia mengecek isi kulkas, di mana sayur-sayuran tersedia di dalamnya. Tapi Yossi tak mengenal apapun, selain cabai, daging, ikan, dan telur.

Setelah menutup kulkas, Yossi keluar dari dapur mencari seseorang. Secara kebetulan ada Tiara yang sedang duduk di sofa sembari memainkan ponsel.

"Kak Ara," panggil Yossi dengan lembut. Namun, yang dipanggil tak menoleh.

"Kak Ara bisa bantu masak, gak? Yossi gak bisa masak," lanjut Yossi dengan hati yang berdebar. Terlebih saat Tiara berhenti memainkan ponsel dan mendekat ke arah Yossi, membawa segelas air.

"Ternyata udah mulai berani sama gue," ujar Tiara menyiram wajahnya sendiri kemudian menjatuhkan gelas hingga pecah.

"Mama! Papa!" teriak Tiara tiba-tiba seraya berpura-pura menangis.

Yossi yang ada di dekat Tiara merasa ada yang tidak beres. Meminta bantuan seseorang di rumah ini adalah kesalahan fatal yang dengan bodohnya Yossi lakukan.

Hebatnya, Dodi dan Desta datang secara bersamaan mendengar jeritan Tiara. Jika saja Yossi yang berteriak, apakah mereka akan datang seperti ini dengan rasa khawatir yang sama?

"Tiara? Kamu kenapa? Kok basah?" tanya Desta.

"Aku tadi negur Yossi yang mau naik sebelum masak. Tapi Yossi-nya marah, terus nyiram aku," adu Tiara dengan tuduhan yang sama sekali tidak Yossi lakukan.

"Enggak, Ma, Yah. Yossi gak bisa mas -- aaaa, sakit Yah!" Belum sempat menjelaskan, rambut Yossi ditarik oleh Dodi.

"Anak kayak kamu harus diberi pelajaran!" Dodi menarik putrinya layaknya menarik seekor hewan.

"Yah, lepasin Yah. Yossi janji kalau bukan Yossi yang masak, Yossi gak bakal makan," pinta Yossi berderai air mata. Dia lebih memilih menahan lapar dibandingkan menahan sakit disakiti ayahnya.

"Oke. Mulai hari ini dan seterusnya, tidak ada makan untuk kamu!"

Brukk!

Yossi tersungkur ke lantai. Sakit di kepalanya saja belum reda, sudah ditambah sakit ketika terjatuh.

Inikah perlakuan seorang Ayah? Kekejaman inikah yang harus anak perempuan dapatkan ketika sang Ibu tak ada lagi di dalam keluarga?

Orang lain mungkin tak sekuat Yossi yang tetap bertahan meskipun berkali-kali dianiaya oleh ayahnya sendiri. Yossi bisa saja pergi, namun amanah dari bundanya tidak bisa ia ingkari begitu saja.

***

Dinding adalah tempatnya bersandar, angin tempatnya bercerita, sepi tempatnya melamun, dan air putih untuk mengganjal perut. Tidak ada siapapun yang peduli, selain diri sendiri. Dan tidak ada yang ingin mengerti, kecuali memiliki maksud.

Esok hari, nampak Yossi yang sudah jauh berjalan seorang diri, akhirnya mendapatkan angkot meskipun duduk berdesak-desakan.

Dia membayar angkot dan turun di depan gerbang sekolah yang masih sangat sepi.

Selesai mengikat tali sepatu yang lepas, Yossi berjalan menuju kelas. Mengambil sapu, lalu mulai membersihkan kelas. Iya, hari ini adalah jadwal piketnya. Hari di mana siswa yang piket sering masuk terlambat.

Ketika kelas mulai diisi oleh sebagian siswa, tidak ada yang peduli jika lantai baru saja dipel. Bahkan, sampah yang masih di tong sampah tidak ada yang membantu membuang.

Yossi mengalah, dia mencoba mengangkat tong sampah itu. Tiba-tiba ada seorang pemuda yang menghentikannya.

"Kalau gak kuat, suruh orang lain aja yang angkat."

Yossi mendongak, mendapati Zio di depannya. Bodohnya, mulut Yossi tiba-tiba bungkam saat berada di dekat Zio. Ketika Zio membawa tong sampah tadi saja tak Yossi larang.

"Kenapa aku gugup saat berada di dekat kamu, Kak?" tanya Yossi dengan lirih. Menyayangkan kesempatan yang berkali-kali ada di depan mata.

Lalu, bagaimana Yossi meluluhkan hati Zio kalau mulutnya tak dapat berkata?

Pelajaran pertama, yaitu Sejarah. Pelajaran yang tidak Yossi sukai. Sejarah itu ia anggap masa lalu, dan masa lalunya sangat pahit. Dia benci hal ini.

Setiap kali guru menjelaskan, Yossi selalu mengantuk. Perutnya yang keroncongan karena belum makan sama sekali menambah kantuk sampai Yossi tertidur di kelas.

"Bapak tidak suka kalau ada yang tidur di jam pelajaran Bapak, ya!" Guru yang sedari tadi menjelaskan menegur Yossi yang sudah berapa kali didapati tidur pada jam pelajaran.

Yossi terbangun kala seseorang memegang bahunya. Bukan Tanara, melainkan seorang gadis yang duduk di belakang Yossi.

"Kamu semalam begadang, ya?" tanya Guru itu mendekat ke bangku Yossi, "Kenapa pakai masker? Lepas!"

Yossi melepas maskernya. Beruntungnya, memar di pipinya sudah mulai menghilang. Meskipun masih, lebam itu ditutupi oleh helaian rambut.

"Awas kalau tidur lagi, ya!"

"Baik, Pak," jawab Yossi pasrah.

Pada jam istirahat, untuk pertama kalinya Yossi tak duduk di lantai. Dengan rasa kantuk, gadis ini keluar mencari pemuda yang menjadi target tantangannya. Tapi, diam-diam Yossi mulai merasa penasaran dengan pemuda itu.

Di koridor perpustakaan, Yossi menemukan pemuda itu dan mulai mengekori sampai di koridor kelas. Langkah Yossi terhenti ketika Zio berbalik.

"Kenapa ngikutin aku?" tanya Zio memperlihatkan ekspresi wajahnya yang kesal.

"M-mau kenalan, Kak." Yossi menjawab dengan gugup kemudian mengulurkan tangan, "Aku Yossi Alzazila."

Zio menyambut uluran tangan, "Zio Narendra."

Setelah saling melepas genggaman, Yossi tak lagi bicara.

"Udah, 'kan?"

"Eummm, aku ... mau ngomong sesuatu," ujar Yossi meremas ujung bajunya.

"Pulang nanti, bareng, yuk, Kak." Setelah Yossi berkata, semua siswa kelas 12 justru menyoraki Zio.

"Cieee, Zio."

"Udah, gas aja, Zi!"

"Jarang-jarang cewek cantik ngajak duluan."

"Terima! Terima!"

"Maaf, aku sibuk!" Zio meninggalkan Yossi di antara sorakan orang-orang.

"Huuuu! Kasian ditinggal."

Dalam hati, Yossi menyukai nama Zio. Dia tak peduli jika hari ini dia ditolak, karena masih ada hari esok untuk mulai mendekat.

"Aku mengagumimu, Kak. Aku ingin mengejarmu, tapi saat ini aku sedang lapar."

Bersambung ....

Gimana part kali ini? Komen, ya!

Jangan lupa votement-nya, Readers! Aku sama dengan penulis lain yang kalau dapat vote itu makin semangat😳.

Sampai jumpa di part selanjutnya ....

Nona Bakso

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 41.9K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
561K 27.1K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
464K 50.4K 22
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
1.7M 76.4K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...