Salam Rindu dari Gus Rasyid

By evafujianti269

52.2K 3.1K 151

Bagaimana jadinya jika harus dipertemukan lagi dengan manusia yang bernama 'MANTAN'. Bertemunya kembali bukan... More

Antara Perjodohan dan Pinangan
Penolakan
Para Wanita Banyak Bicara
Barisan Para Mantan
Pandangan
Dia, Penambah Luka
Tumis Pare Bumbu Cinta
Kenangan tukang antar gas
Hilangnya Janda Bolong
Melamar Masa Lalu
Ijab Kobul
Lebih Baik Dicintai
Seharusnya Seperti Dulu
Suapan Makan Malam
Tamu Istimewa yang Cantik
Diturunkan di Jalan
Tentang Kejadian Semalam
Tidak Pulang
Penguasa Ranjang
Wanita Pengirim Pesan
Tergoyahkan
Pakar Gombalan Maut
Slide Water
Enak di Anda, Rugi di saya
Buah Cinta-nya dengan Nada
Jangan Pergi Cinta
Kamar 212
First Kiss
Hak Suami dan Kewajiban Istri
Kejutan saat Pulang
Hasrat yang Memaksa
Hati yang Berduka
Pertama, Namun Menjadi yang Kedua
Cemburu yang Tak Adil
Ditinggal Pas Sayang-sayangnya
Baru diunboxing
Terungkapnya Tabir Kebenaran
Buaya Makan Kurma
Bajingan Amatiran
Awal dari Malapetaka
Kabar Kehilangan
Sakit, Kecewa, Sedih, tetapi Juga Bisa Bahagia
Visi Misi; 'Setia dan Menua Bersama'
Ekstra Chapter
Kapan Aku Bahagia
Insecure Terinfrastruktur

Sembilan Belas Detik

823 54 6
By evafujianti269

“Abi ... apa Abi yakin, putra kita akan melakukan hal serendah itu?”

Kyai Lutfi menghela nafas panjang, dirinya juga masih dibuat bingung dengan apa yang didengar kemarin siang. Hingga kabar gus Rasyid yang telah menghamili seorang gadis membuatnya hilang kendali. Seumur-umur tak pernah sekalipun dia berani memukul putra maupun putrinya. Dan sekarang, hanya karena tuduhan tanpa bukti dia sudah melayangkan sebuah tamparan di pipi gus Rasyid.

“Abi boleh bersikap tegas, tapi Abi harus mendengar dari kedua belah pihak. Abi seharusnya mendengar terlebih dahulu penjelasan dari putra kita. Apa Abi tidak kasihan dengan menantu kita, pernikahan mereka masih seumur jagung. Bagaimana perasaannya saat mendengar berita buruk kemarin? Umi tidak tega lihat Bella, Bi. Bagaimanapun dia wanita pilihan kita.”

“Iya, Umi. Abi paham. Tapi bagaimana jika bukti sudah jelas-jelas ada. Biarkan Rasyid mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kalau soal Bella, Abi pasrahkan semua keputusannya sama dia. Bagaimanapun perihal dimadu, bukanlah hal yang mudah diterima oleh para istri di mana saja.”

“Maksud Abi, Abi Ridho kalau mereka berpisah, hanya karena wanita hamil yang tidak diketahui siapa ayahnya yang sebenarnya?”

“Bagaimana kalau itu benar-benar cucu kita, Mi?”

“Kenapa Abi bisa seyakin itu? Bukankah Abi selalu mengingatkan orang lain untuk bertabayun dulu, lalu kenapa Abi sekarang dengan mudahnya menerima tuduhan yang belum tentu benar.”

“Umi tidak tahu, bukan cuma foto yang jadi bukti. Video berdurasi sembilan belas detik pun ada, Umi. Lalu tidak jelas bagaimana? Abi malu, Abi juga merasa sangat berdosa di hadapan Allah, karena telah lalai dalam hal ini.”

“Tapi Bi ... bukankah hal seperti foto ataupun video mudah dimanipulasi di jaman sekarang. Sampai saat ini, Umi tidak akan percaya. Umi akan lebih percaya sama Rasyid, putra yang aku lahirkan.” Nyai Khoiriyah terisak di samping Kyai Lutfi.

Jika sudah seperti ini, situasinya semakin sulit untuk menemukan titik terang.

Sampai sekarang Kyai Lutfi masih saja merasa ragu dengan perubahan sikap gus Rasyid. Dengan kejadian ini, dirinya ingin menguji sebagai besar keseriusan putranya dalam menyelesaikan masalah ini. Jika memang, bukanlah gus Rasyid pelakunya, semoga putranya itu bisa segera menemukan pelaku yang sebenarnya.

Tok-tok-tok!

Kyai Lutfi langsung bergerak ke arah pintu, meninggalkan Nyai Khoiriyah yang masih menghapus bekas air matanya.

“Ngapunten Abi Kyai, Simbah pingsan di kamar,” ucap salah seorang kadamah yang sering dibawanya pergi.

Dengan segera Kyai Lutfi pergi dan diikuti Nyai Khoiriyah di belakangnya. Sesampainya di kamar sudah terlihat Bella yang sedang menangis, dengan memangku kepala simbah di lantai. Tak menunggu lama, simbah langsung dibawa ke rumah sakit terdekat.

**

“Mas aku mohon, bantu aku sekali ini saja,” kata Nada yang bersimpuh di kaki Rasyid.

Gus Rasyid semakin merasa tidak nyaman, karena sekarang dia sudah menjadi pusat perhatian seluruh pengunjung cafe, tempat yang sudah mereka janjikan sebelumnya.

Siang ini, dia ingin segera menyelesaikan urusannya dengan Nada. Dia tidak ingin kerenggangan hubungannya dengan sang Istri, malah menyebabnya keretakan pernikahan mereka.

“Aku tidak bisa mengorbankan perasaan istriku, Nad. Aku mohon, kamu bisa mengerti. Aku juga tidak mungkin mempertanggungjawabkan perbuatan orang lain.”

Dengan gerakan cepat Nada berdiri. “Ok ... fine!” teriaknya.

“Aku memang nggak ada artinya bagi kalian para pria. Aku memang pantas selalu kalian sakiti," katanya sambil menunjuk dadanya dengan keras.

Kemudian Nada berlari dengan kencang mengarah ke jalan raya yang kondisinya sedang ramai dan dia berhenti tepat di tengah-tengah. Gus Rasyid yang mengejar langsung menarik dengan kuat tangan Nada.

Suara decitan bersama klakson mobil terdengar silih berganti, semakin menambah suasana tegang di siang ini.

Gus Rasyid mencengkeram dengan kuat lengan Nada. Membawanya menjauh dari keramaian suasana jalanan. Perbuatan keduanya sedari tadi menjadi pusat perhatian orang yang berlalu lalang. Tak jarang ada beberapa orang yang sudah mencaci maki perbuatan mereka yang mengganggu konsentrasi para pengendara.

“Mau kamu apa!” bentak gus Rasyid sambil menghempaskan dengan kasar lengan Nada yang sebelumnya dia cengkeram.

“Mas nikahi aku, sampai aku melahirkan saja. Setelah itu Mas bisa ceraikan aku. Itu saja, Mas, tidak lebih.”

“Kamu pikir pernikahan itu main-main. Jangan gila kamu.”

“Kalau gitu, jadikan aku istri kedua Mas, selamanya.”

“Tidak bisa, Nada.”

Nada mengambil sesuatu dari dalam tasnya, lalu mengarahkan sebuah pisau tepat di pergelangan tangannya.

Gus Rasyid membulatkan mata dan mendekati Nada, hendak merampas pisau dalam genggamannya. Namun, Nada malah berteriak, “Jangan Mendekat!”

“Nada, tenanglah, jangan berbuat nekat seperti ini,” rayu Gus Rasyid.

Namun Nada tak mendengarkan, perlahan tangannya mulai menggoreskan pisau tersebut. Hingga semburat darah segar mulai mengucur dari ujung pisau yang berkilat. Dengan sekali gerakan gus Rasyid bisa mengambil alih pisau yang sebelumnya dikuasai Nada. Lalu melemparnya ke sembarang tempat.

Darah yang mengalir semakin deras dan tak berselang lama tubuh Nada ambruk dalam pelukan gus Rasyid.

**

Gus Rasyid turun dari mobil yang dikendarainya, mobil yang sengaja dia bawa, karena berhubung istrinya sedang libur bekerja. Setelah membuka pintu samping, dibopongnya tubuh Nada yang sudah lemas dan tak berdaya.

“Tolong, Sus,” teriaknya kepada perawat yang berada di loby.

Dia turunkan tubuh Nada ke atas ranjang pesakitan yang dibawa oleh salah satu perawat. Setelahnya perawat tersebut membawa Nada ke ruang UGD untuk mendapatkan penanganan.

Gus Rasyid menjadi semakin bingung, dirinya hanya bisa mondar-mandir di depan pintu. Pikirannya semakin buntu, membuatnya sulit menemukan jalan keluar yang tepat. Dia tidak ingin jika keputusannya akan merugikan salah satunya.

Bertepatan dengan itu, tanpa gus Rasyid sadari, Bella berdiri di ujung lorong rumah sakit. Sedari tadi dia sudah menyaksikan adegan di mana gus Rasyid yang datang dengan membopong tubuh Nada. Lalu sekarang bertambah dengan melihat raut khawatir dari wajah suaminya. Membuatnya berpikir, jika gus Rasyid sangat mengkhawatirkan keadaan Nada.

Rasa sesak semakin mengimpit hatinya yang selalu menampik tentang perasaan yang telah hadir kembali. Semakin besar rasa kecewanya, saat sampai siang ini, gus Rasyid tak ada sekalipun membalas pesannya.

Jangankan dibalas, dibaca saja tidak..

Rupanya ini, yang menyebabkan suaminya melewatkan sarapan pagi buatannya. Menelantarkan puluhan pesan yang dia kirim. Lalu mengabaikan orang yang sangat menyayangi dia, sedang terbaring lemah di ranjang pesakitan.

Baiklah, semua sudah jelas sekarang. Setelah ini dia akan lebih berhati-hati dan tak akan mudah lagi terbujuk dengan omongan manisnya.

“Loh, kok cepet Nduk? Kamu nggak jadi makan?”

Bella tersenyum, lalu menghampiri mertuanya yang sedang duduk di sofa. “Nggak jadi Umi, di kantin full pembelinya,” alibinya.

Rasa lapar yang sebelumnya terasa langsung berubah menjadi kenyang. Nafsunya melenyap bersama dengan pemandangan yang tak sengaja dia lihat.

“Kenapa nggak dibungkus saja, kamu ‘kan bisa makan di sini.”

Bella berganti tertawa, berpura-pura tidak pernah terjadi sesuatu dengan hatinya. Agar sang Mertua tidak tahu dengan apa yang dia alami barusan. “Iya, ya Umi. Kok, aku nggak kepikiran.”


Nduk, Nduk, kamu pasti kepikiran sama Simbah, ya?” Umi ikut tertawa, sekedar untuk berusaha mengobati kekhawatirannya. Meski hatinya belum juga tenang, menunggu sang Ibu yang belum terbangun dari pingsannya.

“Meskipun kamu sedang banyak beban, jangan lupakan soal kesehatanmu, ya! Kesehatan diri sendiri itu juga penting,” lanjutnya.

Bella mengangguk patuh.

Maaf, Umi. Bukan maksudku ingin suul adab terhadap Umi. Biar hanya aku saja yang menanggung beban ini. Beban Umi sudah cukup berat sekarang. Tak mungkin aku menambahkan beban Umi, yang hanya menyangkut perasaanku saja.

“Suamimu sudah dihubungi, Nduk?”

Bella gelagapan, bingung mencari jawaban yang tepat tanpa membuat Umi curiga. “Sudah, Umi. Sekarang di tokonya masih sibuk dan kebetulan ada polisi datang yang ingin mengurusi masalah Atmo kemarin.”

Beruntung Bella bisa mendapatkan ide yang langsung melintas di otaknya.

“Rupanya belum kelar juga ya, masalah itu.”

Bella mengangguk membenarkan demi mencari aman.

Semoga saja, Gus Rasyid segera membaca pesan dariku.

Bersambung ....



Maaf ya kalau kemarin ada yang salah paham.
Sudah tahu kan alasannya 😁

Jangan lupa ya tinggalkan jejak

Tekan ⭐, komentar, dan follow akunku

Terima kasih

 

Continue Reading

You'll Also Like

194K 4.2K 11
#KARYA 8 #Sequel 2 Mr. Baret Merah Berawal dari keinginannya lanjut S3, Quinsha malah dijodohkan dengan seorang perwira cerdas peraih Adhi Makayasa d...
23.7K 1K 36
Shiren adalah satu diantara banyaknya wanita yang mendapatkan undangan untuk menjadi calon kandidat istri Lancaster, pria misterius yang katanya adal...
17M 755K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
2K 262 23
Suatu kejadian yang tak diinginkan terjadi, membuat gadis bernama Khalisa Putri Aisyil itu tidak percaya diri dan selalu menyalahkan-Nya. Kejadian it...