Salam Rindu dari Gus Rasyid

By evafujianti269

52.3K 3.1K 151

Bagaimana jadinya jika harus dipertemukan lagi dengan manusia yang bernama 'MANTAN'. Bertemunya kembali bukan... More

Antara Perjodohan dan Pinangan
Penolakan
Para Wanita Banyak Bicara
Barisan Para Mantan
Pandangan
Dia, Penambah Luka
Tumis Pare Bumbu Cinta
Kenangan tukang antar gas
Hilangnya Janda Bolong
Melamar Masa Lalu
Ijab Kobul
Lebih Baik Dicintai
Seharusnya Seperti Dulu
Suapan Makan Malam
Tamu Istimewa yang Cantik
Diturunkan di Jalan
Tentang Kejadian Semalam
Tidak Pulang
Penguasa Ranjang
Wanita Pengirim Pesan
Tergoyahkan
Pakar Gombalan Maut
Slide Water
Enak di Anda, Rugi di saya
Buah Cinta-nya dengan Nada
Jangan Pergi Cinta
Kamar 212
First Kiss
Kejutan saat Pulang
Hasrat yang Memaksa
Sembilan Belas Detik
Hati yang Berduka
Pertama, Namun Menjadi yang Kedua
Cemburu yang Tak Adil
Ditinggal Pas Sayang-sayangnya
Baru diunboxing
Terungkapnya Tabir Kebenaran
Buaya Makan Kurma
Bajingan Amatiran
Awal dari Malapetaka
Kabar Kehilangan
Sakit, Kecewa, Sedih, tetapi Juga Bisa Bahagia
Visi Misi; 'Setia dan Menua Bersama'
Ekstra Chapter
Kapan Aku Bahagia
Insecure Terinfrastruktur

Hak Suami dan Kewajiban Istri

1K 77 4
By evafujianti269

Dihisap dalam-dalam gulungan tembakau yang terbakar di bagian ujungnya. Mengecap rasanya sambil diembuskan perlahan asap putih dari mulutnya. Tidak ada manis-manisnya, hanya saja membuatnya ketagihan saat pikirannya sedang kacau. Dibuangnya puntung rokok ke bawah lalu diinjak sekuat tenaga, sebagai pelampiasan atas rasa cemburunya.

Melihat sepasang kekasih yang terlihat romantis, dengan ditambah bidadari kecil yang cantik di gendongan si Pria. Mereka bahkan bisa tertawa bahagia di atas sesaknya orang lain, bahkan menganggap dirinya seakan tidak ada.

Beginilah nasib jadi orang yang suka gegabah, tanpa bertabayun terlebih dahulu. Seharusnya dia bertanya dan mencari informasi yang terpercaya terlebih dahulu. Jadi, dia bisa menyiapkan mental sebelum berperang dengan batinnya.

Ck ... parah, nyesel ... bener-bener nyesel. Tapi aku lebih enggak Ridho, kalau wanitaku bisa satu tempat dengannya, tanpa sepengetahuanku.

Pasangan yang sangat romantis terus menjejali hatinya dengan rasa iri. Mereka yang tak lain Ilham dan Asma, di mana sekarang si Ilham sedang menyanyikan sebuah lagu yang membuat telinganya sakit dan bawaannya mau muntah, karena asam lambung yang tiba-tiba naik. Entah kenapa menjadi tidak sinkron tubuhnya, apa telinga sama perut sudah berbesan? Telinga yang sakit, tapi mulutnya yang mau muntah karena asam lambungnya naik. Aneh bukan?

“Cinta kita melukiskan sejarah

Menggelarkan cerita penuh sukacita

Sehingga siapa pun insan Tuhan pasti tahu

Cinta kita sejati”

Gus Rasyid memutar bola matanya, malas melihat adegan Asma yang menghapus air matanya. Sedangkan Ilham masih terus saja bernyanyi dengan mik yang dipegang oleh Asma.

Dasar tukang pamer! Heh ... buaya, buaya. Batinnya tidak terima.

Sebenarnya bukan itu yang menyesakkan hatinya, tapi melihat Bella yang ikut baper dengan lagu yang dibawakan oleh Ilham. Posisinya sangat mendukung sekali, di mana istrinya itu sekarang sedang berdiri di samping Ali. Membuatnya berpikir, jika istrinya masih mengharapkan pria di sampingnya. Ternyata semenyusahkan ini ya, menahan rasa cemburu.

“Gus, ngerokok lagi?” tanya Bella yang sudah duduk kembali di samping Gus Rasyid.

Gus Rasyid mengangguk. “Lagi pengen,” jawabnya datar.

Dahi Bella mengerut, merasa aneh dengan kebiasaan merokok suaminya yang pernah terjadi saat SMA dulu, namun semenjak menikah tak pernah sekalipun dia memergoki suaminya merokok ataupun menyimpan rokok di dalam sakunya. Selama sebulan menikah, mengetahui hal yang sudah lama Gus Rasyid ditinggalkan dan sekarang kambuh lagi, cukup membuatnya heran.

Gus Rasyid tersenyum kala rombongan keluarga bahagia berkumpul kembali di meja besar yang menjadi tempatnya berdiam sedari tadi. Di mana dia terus menyaksikan adegan yang lebih menyiksa dibandingkan disiksa oleh ibu tiri.

Entah apa kabar dengan hatinya, yang dia yakini sedang tidak baik-baik saja. Bagaimana tidak, barusan mereka—Ilham, Asma, Bella dan Ali—maju ke depan, melangsungkan acara pemotongan pita bersama dan dilanjut dengan pamer kemesraan dari Ilham. Parahnya mereka tidak ada satu pun yang mengajaknya. Tapi ... jika dipikir-pikir, siapa dirinya?

Meski dirinya tidak akan mengambil bagian lagi, di antara Ilham dan Asma. Setidaknya miliknya tidak perlu menjadi bagian dari kegiatan mereka, apalagi dengan melibatkan masa lalu istrinya.

“Alhamdulillah ya, Gus. Akhirnya kerja sama kita membuahkan hasil. Semoga ke depannya bisa terus bekerja sama dengan Gus.”

“Iya Alhamdulillah, Dek Ilham. Semua berkat kerja kerasmu, aku cuma titip modal saja.”

Gus Rasyid tidak menimpali sekalipun, dia hanya melihat gus Ali dengan Ilham yang tertawa, bergantian.

Pagi menjelang siang ini, sedang berlangsung acara pembukaan cabang restoran yang dikelola oleh Ilham dan kebetulan gus Ali juga sebagai investornya. Wajar mungkin, mereka tak ada yang mengajaknya, lalu bagaimana dengan Bella? Apa Bella juga ikut andil di dalamnya?

“Ini untuk gadis kecilku.” Seorang anak kecil laki-laki datang dan langsung memberikan bunga kepada anak Ilham dan Asma.

Hal itu mengubah atensi gus Rasyid yang sedari tadi hanya fokus berpikir hal-hal yang buruk.

“Anaknya Mas Fadil meresahkan ya, Bund,” kata Bella, membuat Ali dan Asma tertawa, berbeda dengan Ilham yang menatap tak suka. Sedangkan anak Ilham dan Asma hanya memainkan bunga itu, di pukul-pukulnya ke meja dan kursi bergantian.

“Arka, Delisa itu nggak suka sama bunga, dia masih kecil. Belum waktunya dia dikasih bunga, kalau kamu ngasih kue mungkin Delisa akan suka. Lagian kamu dari mana aja, sih? Terus bunga itu, kamu dapat dari mana?” Ilham menceramahi keponakannya yang sudah berumur sepuluh tahun, karena tiba-tiba dia menghilang tanpa pamit terlebih dahulu kepada dirinya.

“’Kan romantis Ayah, ih ... Ayah ini gimana? Pasti Bunda gak pernah dikasih bunga. Cuma dinyanyiin terus, Ayah nggak pernah modal. Ayah pelit.”

Sontak omongan Arka membuat Gus Rasyid dan lainnya tertawa. Untuk anak seumurannya, bagaimana dia bisa mengetahui hal itu selayaknya anak ABG yang sudah terpapar virus Perebucinan.

“Pasti ketularan Pamannya ya, Bund?” tanya Bella kepada Asma.

Asma mengangguk membenarkan. “Iya, nih ... gara-gara Mas Ilham, suka ngajarin yang aneh-aneh sama Arka. Lihat sekarang kesel sendiri, ‘kan?” ucapnya seraya mendorong pelan lengan Ilham.

“Aku curiga Mbak Zahra dulu ngidamnya apa ya? Kok Arka bisa mirip Om-nya, atau jangan-jangan, pas waktu hamil dia benci kamu Ham,” kata Bella.

“Kamu salah, aku tahu mbak Zahra itu ngefans sama aku, saking ngefansnya dia ngarep anaknya mirip aku.”

“Ngomong apa sih, kamu Mas? Gak lucu.”

Ilham malah tersenyum. “Bidadariku lagi cemburu, ya?” goda Ilham kepada Asma.

Asma memutar bola matanya malas, membuat Ilham semakin gencar menggodanya.

“Arka umurnya sudah berapa?” tanya gus Ali yang langsung menjadikannya pusat perhatian dari penghuni meja itu.

“Sembilan tahun, Om.”

“Arka sudah bisa apa aja di umur sembilan tahun?” tanya gus Ali kembali.

“Makan sendiri, terus mandi sendiri, apa lagi ya?” berpikir sejenak. “Jaga Delisa juga bisa Om.”

“Arka sudah hafal surat apa aja?”

Arka menggeleng lemah. “Belum ada yang lancar, Om,” jawabnya dengan nada lesu.

“Kamu pernah denger nggak, kalau ingin jodoh yang baik harus perbaiki diri sendiri dulu. Arka harusnya juga gitu, selagi Arka masih kecil, Arka harus belajar yang rajin. Ngajinya sama sekolahnya, ditingkatkan lagi.”

“Harus gitu ya, Om,” tanyanya lagi dan disetujui dengan anggukan gus Ali.

Mendadak wajah Arka berubah lesu. “Jadi, Arka selama ini salah, ya?”

“Arka belum terlambat kok, kamu bisa perbaiki semuanya dari sekarang. Masa depan Arka itu masih panjang. Nah, mulai sekarang harus lebih ditingkatkan lagi belajarnya,” ucap Bella sambil tersenyum.

Gus Rasyid merasa tersentil kembali hatinya. Sikap Bella berubah di situasi seperti sekarang, berbeda jika hanya mereka berdua, sikapnya tak pernah sehangat ini terhadap dirinya. Lihat kan, dia bisa sekompak itu dengan gus Ali, seperti orang tua yang sedang menasihati anaknya saja.

“Tunggu Abang jadi orang pintar dulu ya, Del.”

Semua penghuni meja itu tertawa melihat wajah lesu Arka yang sarat akan rasa bersalah. Berbeda dengan gus Rasyid yang memilih diam dan fokus kepada makanannya, yang sudah dihidangkan oleh pelayan barusan.

**

Sepanjang perjalanan kembali ke hotel, gus Rasyid lebih banyak diam, membuat Bella sedikit heran melihat perubahan sikap gus Rasyid. Hingga dia berpikir, apa mungkin efek setelah ketemu Asma?

Ternyata suaminya masih sulit, untuk melupakan cinta pertamanya. Jadi benar perkataan orang yang selalu bilang, “Cinta pertama sulit untuk dilupakan”. Dan sekarang suaminya yang sedang mengalami hal itu. Namun, kenapa berbeda dengan dirinya? Bukankah gus Rasyid cinta pertamanya, atau perasaannya dulu hanya sebatas obsesi, bukan cinta.

Kenapa malah gus Ali yang selalu berhasil menggoyahkan imannya, hingga membuatnya selalu hampir tergelincir dengan rayuan setan. Astagfirullah ... siapa saja pasti tidak akan membantah tentang pesona gus Ali. Sikap dewasanya barusan saat menasihati Arka, wanita mana saja pasti adem lihatnya.

Bella merebahkan tubuhnya di atas kasur, tubuhnya terasa lelah setelah seharian menghadiri acara peresmian restoran milik sepupunya. Sedangkan suaminya entah pergi ke mana, selesai menunaikan shalat Isya berjamaah tadi dia langsung keluar.

Perlahan mata Bella mulai meredup, namun kembali terbuka saat merasakan pergerakan di kasurnya. Dia yakin suaminya sudah kembali, tetapi dia tetap memilih melanjutkan tidurnya dengan posisi memunggungi sang Suami.

Belum juga mata itu kembali terlelap, sekarang harus terbuka kembali saat tangan suaminya melingkar di tubuhnya dan dibarengi dengan bibir yang tidak henti-hentinya menciumi leher yang masih ditutupi kerudung.

“Gus!” peringatan dari Bella, guna menghentikan kegiatan suaminya, saat mulai merasai ada gelenyar aneh dalam tubuhnya. Hawa panas mulai memenuhi tubuhnya bersamaan dengan sensasi geli akibat perbuatan gus Rasyid.

Bukannya berhenti, gus Rasyid tetap dengan aktivitasnya. Bella langsung membalikkan tubuhnya menghadap gus Rasyid. Justru hal itu semakin menguntungkan bagi gus Rasyid, dia tidak menyia-nyiakan kesempatan. Melumat kembali bibir yang menjadi sarapannya pagi tadi.

“Bel, izinkan aku meminta hakku malam ini,” pinta gus Rasyid dan setelah mendapatkan anggukan dari Bella, dia mengangkat kedua tangannya lalu merapalkan sebait doa. Dia pun melanjutkan kembali kegiatannya yang merupakan ladang pahala bagi mereka berdua.

Perlahan kerudung yang menutupi mahkota indah Bella terlepas dan sudah terkapar di lantai. Tidak ada yang bisa Bella lakukan selain pasrah untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang istri. Karena bagaimanapun juga, malam seperti ini pasti akan terjadi, di mana sang Suami akan menjamah tubuhnya.

Malam itu merupakan malam yang panjang bagi mereka berdua. Malam yang indah bagi yang mengharapkan. Setitik demi setitik air mata Bella luruh, bersama sebuah robekan yang membuatnya menjadi seorang istri seutuhnya. Menjadikannya kepemilikan dari seseorang yang sesungguhnya.

Teringat kembali dengan Nada, entah siapa lagi wanita yang pernah dijamah suaminya. Dan entah menjadi wanita yang ke berapa dirinya.

Tapi, bukankah suaminya sudah mengaku jika anak yang dikandung Nada bukanlah anaknya.

Dirinya semakin dibuat bingung, haruskah dia percaya atau mencurigai?

Bersambung ...



Jangan lupa, tekan ❤, komen, dan follow akun author ya.
Terima kasih

Ig: @efa_fujianty

 

Continue Reading

You'll Also Like

19.9K 1.2K 25
Apa kamu benar benar sudah membenciku?sampai sampai kau tak pernah kembali padaku. Bukan tak pernah melainkan tak akan pernah kembali pada raga ini,t...
47.6K 3.7K 47
Terkadang dirinya merenung, mengapa hidup bisa berlaku sadis. Tersiksa rindu oleh sang gadis hingga tak tersisa kecuali perih tanpa habis. Angannya m...
2.6M 39.2K 51
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
29.7K 2.4K 23
Cinta pertama itu memang sulit dilupakan. Meskipun sudah banyak kali terluka, tapi tetap saja menggemakan kata cinta. Nadira, bukan karena bodoh dia...