Salam Rindu dari Gus Rasyid

By evafujianti269

53.4K 3.2K 151

Bagaimana jadinya jika harus dipertemukan lagi dengan manusia yang bernama 'MANTAN'. Bertemunya kembali bukan... More

Antara Perjodohan dan Pinangan
Penolakan
Para Wanita Banyak Bicara
Barisan Para Mantan
Pandangan
Dia, Penambah Luka
Tumis Pare Bumbu Cinta
Kenangan tukang antar gas
Hilangnya Janda Bolong
Melamar Masa Lalu
Ijab Kobul
Lebih Baik Dicintai
Seharusnya Seperti Dulu
Suapan Makan Malam
Tamu Istimewa yang Cantik
Diturunkan di Jalan
Tentang Kejadian Semalam
Tidak Pulang
Penguasa Ranjang
Wanita Pengirim Pesan
Tergoyahkan
Pakar Gombalan Maut
Slide Water
Enak di Anda, Rugi di saya
Buah Cinta-nya dengan Nada
Kamar 212
First Kiss
Hak Suami dan Kewajiban Istri
Kejutan saat Pulang
Hasrat yang Memaksa
Sembilan Belas Detik
Hati yang Berduka
Pertama, Namun Menjadi yang Kedua
Cemburu yang Tak Adil
Ditinggal Pas Sayang-sayangnya
Baru diunboxing
Terungkapnya Tabir Kebenaran
Buaya Makan Kurma
Bajingan Amatiran
Awal dari Malapetaka
Kabar Kehilangan
Sakit, Kecewa, Sedih, tetapi Juga Bisa Bahagia
Visi Misi; 'Setia dan Menua Bersama'
Ekstra Chapter
Kapan Aku Bahagia
Insecure Terinfrastruktur

Jangan Pergi Cinta

925 62 3
By evafujianti269

🌷🌷🌷

Jangan tanyakan, apa yang aku rasakan sekarang!

Menyesal, sedih, takut, khawatir.

Semua melebur jadi satu, bersama cinta yang kehilangan pemiliknya.

 

Rasyid

**

 

Gus Rasyid memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Sejak semalam dia sudah tidak tidur, karena harus menangani salah satu karyawannya, yang membawa kabur uang mini market. Semalam dia langsung berangkat ke kota Bondowoso, menuju ke rumah orang tua karyawannya yang bernama Triatmoko, yang sering disapa Atmo. Setelah di selidiki ternyata Atmo sedang mengalami musibah, ayahnya di tahan di kantor polisi, atas kasus pencurian kayu.

Meski dirinya tidak membenarkan perbuatan Atmo, tetapi jiwa kepeduliannya membuatnya tidak tega jika harus menambahkan beban untuk Atmo kembali. Setelah lama berpikir, barulah dia putuskan, menganggap uang yang dibawa kabur Atmo sebagai pinjaman. Surat perjanjian tertulis sudah disepakati dan ditanda tangani oleh kedua belah pihak semalam.

Dalam perjalanan pulang, dirinya bergantian menyetiri mobil bersama kang Anam. Hingga bersamaan dengan Adzan waktu Subuh, dirinya baru tiba. Sebetulnya dirinya hendak beristirahat di toko, namun lagi-lagi harus gagal karena kedatangan Nada yang sudah menangis di pagi buta.

“Mas, tolongin aku, ya. Please ....”

Masih dengan mengenakan baju tidur Nada sudah berada di mini market milik Gus Rasyid. Gus Rasyid hanya diam menunggu Nada melanjutkan bicaranya.

“Aku hamil, Mas.”

Mata Gus Rasyid yang hampir redup langsung terbuka sempurna. “Kok bisa?”

“Iya, bisa aja Mas. Kan ada cowoknya.”

Gus Rasyid langsung menepuk jidatnya. Tidak habis pikir dengan pola pikir Nada yang seakan tidak takut akan dosa. Apalagi dosa berzinah yang termasuk dalam dosa besar. Jawaban Nada pun sangat konyol sekali, tetapi yang dia maksud “Siapa ayahnya?”

“Gerald,” jawab Nada lesu.

“Pacar kamu? Yang kapan hari kamu minta bantuan aku, untuk mengeluarkan dia dari tahanan?”

Nada mengangguk dua kali.

“Ya udah, kenapa enggak langsung nikah?”

“Masalahnya, Papa enggak ngerestuin hubungan aku sama Gerald, Mas. Mangkanya aku butuh bantuan, Mas. Mas pura-pura yang hamilin aku, terus ninggalin aku karena enggak mau tanggung jawab. Jadi, Gerald datang yang jadi penyelamat aku, terus nikahin aku.”

Gus Rasyid tambah melongo mendengar rencana Nada, yang jelas-jelas akan merugikan dirinya. Seperti kata pepatah ‘Dia tidak makan nangkanya, tapi dia yang kena getahnya’. Iya kalau pihak keluarganya Nada bisa menerima Gerald setelahnya, lalu bagaimana jika malah kekeh dirinya yang harus bertanggung jawab. Apalagi melibatkan hukum, bisa-bisa dia akan terjerat kasus yang akan merugikan keluarganya.

“Aku enggak bisa bantu rencana gilamu itu. Aku punya istri yang sangat aku cintai. Aku enggak mau."

“Mas ....” Nada memohon sambil menangis lebih kencang.

“Biar aku yang ngomong sama orang tuamu,” kata Gus Rasyid, kemudian mulai memfokuskan ke layar komputer, yang menampilkan laporan keuangan mini marketnya.

“Terus Mas kapan mau datang ke rumah menemui orang tuaku.”

“Sabar dulu, kita cari jalan keluarnya.”

“Tapi bagaimana dengan janin yang aku kandung, Mas. Semakin hari dia akan semakin bertumbuh, dan perutku juga semakin membesar. Aku malu mas.” Nada berbicara sambil sesenggukan.

Gus Rasyid memutar bola matanya malas, seharusnya dari awal Nada mempertimbangkan apa yang akan dia perbuat. Risiko sebesar apa yang akan dia tanggung, akibat perbuatannya. Berani berbuat seharusnya bisa menerima hasilnya.

“Kalau kamu malu karena perutmu yang besar, di hadapan orang lain. Lalu bagaimana kamu tidak malu, saat Allah tahu apa yang kamu perbuat. Padahal Dia yang lebih tahu segalanya.”

Nada menunduk dalam, pundaknya semakin bergetar menahan isakan tangis. Seperti tertampar dengan kenyataan. Dirinya menyesal dengan kebohongan yang dia lakukan.

“Kalau Gerald memang tulus sama kamu, dia akan menanggung segala risiko atas perbuatannya. Bukan dengan mencari bala bantuan orang lain dan kamu malah sengaja mengkambing hitamkan aku.

“Assalamualaikum, Gus.” Terlihat kang Anam yang berdiri di ambang pintu.

“Waalaikumsalam, Kang. Ada apa?”

Ngapunten, mau ngasih titipannya Ning Bella untuk Gus.” Kang Anam menaruh rantang nasi di atas meja Gus Rasyid. Tersenyum sekilas ke Nada, kemudian menunduk kembali.

“Istriku?”

Kang Anam mengangguk menjawab pertanyaan Gus Rasyid.

“Beliau tadi ke sini, mau mengantarkan sendiri. Tapi enggak jadi, katanya Gus sedang si....”

Belum juga kang Anam menyelesaikan bicaranya, Gus Rasyid sudah berlalu pergi. Berlari sekencangnya menuju parkiran. Ada setitik rasa lega melihat mobil yang dinaiki istrinya masih terparkir. Kepalanya menoleh ke sana-kemari mencari sosok perempuan yang menjadi istrinya.

“Ngapunten Gus, Ning Bella tadi menitipkan ini juga.”  Kang Anam berbicara dengan suara tersengal-sengal karena berlari mengejar Gusnya.

Gus Rasyid melirik sesuatu yang disodorkan oleh kang Anam. Mendadak hatinya seperti terimpit benda yang keras, membuat dadanya sesak. “Tadi Ning Bella lama di sini Kang?” tanyanya sambil mencengkeram kuat lengan Kang Anam.

“Lumayan Gus,” jawabnya merasa takut, melihat mata Gus-nya yang mulai memerah. Dirinya juga merasa takut, karena sedikit banyak dirinya yang mengakibatkan kesalahpahaman antara Gus Rasyid dan Ning Bella. Dia bisa melihat jelas raut wajah kecewanya Ning Bella setelah menghampiri ruangan Gus Rasyid. Benar saja, setelah mendengar jawabannya Gus Rasyid sampai mendorong tubuhnya hingga terjatuh di tanah, panik.

Gus Rasyid mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Matanya tidak ada henti-hentinya memperhatikan sekitarnya, berharap menangkap sosok tubuh istrinya di sepanjang perjalanan. Tujuan pertamanya adalah rumah. Sesampainya di rumah dia langsung berlari masuk ke dalam rumah tanpa mengucapkan salam.

Seperti orang yang sedang kesetanan, dia bergerak dengan cepat mencari di segala penjuru rumahnya, namun tidak ada. Terakhir dia mencari di kamar, namun istrinya juga tidak di temukan. Pandangannya tertuju di atas lemari, di mana terdapat benda kotak besar milik istrinya yang selalu berada di sana. Kosong. Secara otomatis dia langsung membuka lemari. Memperhatikan baju istrinya yang tertata rapi, namun sedikit berkurang dari biasanya.

Astaga, Bella kamu ke mana, jangan pergi! Jangan tinggalkan aku.

“Mohon maaf nomor yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan, harap hubungi sesaat lagi.”

“Sial!” umpat Gus Rasyid yang sudah kesal, karena selalu gagal menghubungi istrinya.

Dia yakin jika istrinya sudah salah paham kepadanya. Bersusah payah dia berusaha mengembalikan kepercayaan istrinya semenjak awal menikah. Meski Bella tidak pernah secara terang-terangan mengungkapkan rasa ke tidak-percayanya terhadap Gus Rasyid. Namun Gus Rasyid bisa merasakan dari cara bicara istrinya yang selalu meragukannya.

Astagfirullah ... Bella sayang ... kamu di mana?

Kali ini percayalah, aku sudah berubah. Aku bukan Roland lagi, pria yang kamu kenal sebagai The King of Playboy. Aku Rasyid, suamimu, yang akan menjadikan kamu wanita satu-satunya teman hidupku, selamanya. Hingga maut memisahkan kita.

Jangan pergi cinta!

Batin Gus Rasyid menjerit, dia kantuk-kantukkan kepalanya ke setir mobil. Berharap otaknya bisa mendapatkan petunjuk atas keberadaan istrinya.

Bersambung ....

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 6.7K 14
Area panas di larang mendekat 🔞🔞 "Mphhh ahhh..." Walaupun hatinya begitu saling membenci tetapi ketika ber cinta mereka tetap saling menikmati. "...
4.5M 134K 88
WARNING ⚠ (21+) 🔞 𝑩𝒆𝒓𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒘𝒂𝒏𝒊𝒕𝒂 𝒚𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒌𝒆 𝒕𝒖𝒃𝒖𝒉 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒅𝒂𝒏 �...
27.5K 784 33
Adinda tau tentang perasaan yang dipendam oleh suaminya. Pria yang ia nikahi karena perjodohan massal di pesantren ternyata mencintai orang lain yang...
188K 8.1K 42
Syarief Maulana meninggalkan kampung halaman dan mulai mengadu nasib di luar kota. Dia juga mau melupakan masa lalunya. Dia kemudian menikah dengan s...