Little Promise ( AS 3 )

By Salwaliya

6.3M 1.1M 1M

Di mana ada Nathan, di situ ada Zia. Nathan tidak bisa melepas Zia, itulah masalahnya. Berada di samping cewe... More

Prolog ⛅️
1 🌥
2⛅️
3.⛅️
4.🌥
5⛅️
6⛅️
7⛅️
8⛅️
9🌥
10🌥
11 ⛅️
12⛅️
13⛅️
14🌥
15🌥
16🌥
17🌥
18🌥
19🌥
20🌥
21🌥
22🌥
Let's date?
23🌥
24🌥
25🌥
26🌥
27🌥
28🌥
29⛅️
30🌥
31🌥
32⛅️
33🌥
34⛅️
35🌥
36🌥
37⛅️
38🌥
39🌥
40🌥
41⛅️
42⛅️
43⛅️
44🌥
45
46⛅️
47🌥
48🌥
49🌥
50🌥
51🌥
52 🌥
53⛅️
54🌥
55🌥
56🌥
57🌥
58🌥
58🌥
60🌥
61⛅️
62⛅️
63🌥
64🌥
65🌥
SEASON 2
1 (2) ⛅️
2 (2)
3 (2) 🌥
4 (2) 🌥
5 (2)
6 (2) 🌥
7🌥
8🌥
9⛅️
10🌥
11🌥
12🌥
13🌥
14🌥
15⛅️
16🌥
ANAK ZIA NATHAN
212 Days
ALEGA SERIES 10 BESOK!

THE END

134K 15.7K 28.3K
By Salwaliya

nulisnya sambil mewek....


BTW HAPPY 3M READERS!!!

. Last Chapter






5 tahun kemudian

17 November 2030






Zia mengusap blazer silvernya, membuka pintu kafe dari kaca itu. Langsung mendengar lagu dari One Direction dengan aroma kopi yang khas di indra penciumannya.

Gadis berambut panjang dengan make up tipis itu tersenyum kecil, memandang sosok tampan yang sedang mengekstrak kopi dengan apron di tubuhnya.





"Nath," panggilnya.

Cowok itu menoleh, menaikan alis sesaat. "Tumben cepet datengnya."

Zia menggedikan bahu. "Kerjaan lagi kosong."

Nathan mengangguk, meminta Zia untuk duduk dulu di meja sementara dia menyiapkan hidangan. Selang beberapa menit cowok itu sudah siap dengan secangkir kopi kesukaan Zia. Melepas apronnya dan meletakkan di meja.

"Nih," kata Nathan sambil duduk. Menatap cewek itu dari atas sampai bawah. "Apa kabar?"

Zia menatap sekitar sesaat, lalu mengangguk dan terkekeh. "Lumayan... baik."

"Papah?"

Zia meraih cangkirnya. "Baik juga," jawabnya sambil menyeduh pelan minuman itu. Tersenyum kecil karena rasanya tak berubah.

Nathan menyenderkan punggungnya di kursi. "Kerjaan gimana?"

"Ada banyak meeting, makanya nggak bisa lama-lama." jawab Zia. "Kafe gimana? Lancar?"

Nathan mengangguk samar. "Makin rame, sekarang jam 10 udah tutup."

"Bagus dong."

Nathan mengangguk singkat. Ia kemudian menunduk. "Bentar, Zi," katanya sambil meraih hp. "Halo?"




Zia mengangguk, menopang dagu dan diam memperhatikkan cowok itu.




"Iya sayang, tunggu bentar. Aku tunggu di dapur kafe aja," ucapnya sambil berdiri. Nathan menoleh sesaat pada Zia.

"Duluan ya, ada urusan." pamit Nathan.

Zia menaikan alis, lalu mengangguk sambil tersenyum tipis. Cewek itu memandang punggung Nathan yang perlahan menghilang.




Lalu menghembuskan napas berat sambil terkekeh.




Zia juga menunduk untuk meraih hpnya yang berdering, menempelkan benda pipih itu di telinga. Kemudian mengulas senyum. "Iya sayang, aku udah dateng dari tadi tau."

"Aku nunggu di sini,"

"Wait." Zia beranjak dari kursi sambil memperhatikkan seluruh ruangan, memeriksa apakah ada orang. "Halo?"

"Jangan lama-lama bisa? Aku nggak kuat nunggunya."

Zia tertawa kecil, lalu menepuk salah satu barista yang lewat. "Jangan ada yang masuk dapur dulu ya," bisiknya membuat barista tadi mengiyakan.

Zia kemudian membuka pintu dapur, melangkah dengan senyuman tipis. Masih menempelkan hpnya di telinga. "Masa nunggu bentaran aja nggak bisa sih?"

Sosok Nathan yang sedang duduk di atas meja menahan senyum. "Udah seharian nggak ketemu. Kangen."

Zia berjalan mendekat sambil menurunkan hpnya begitu pula Nathan. Pria itu melirik Zia yang sedang mengambil gelas membuatnya terkekeh. "Hei,"

Zia menoleh sambil menaikan alis. "Hm?"

Nathan terkekeh, langsung turun dari meja. Berjalan untuk memeluk wanita ini dari belakang. Menyembunyikan kepalanya di leher Zia sekaligus mencium aroma yang sudah ia hafal. "Zi."

"Hm."

"Jihan sendirian di rumah?" tanyanya.

"Enggak, ada Tante Aura yang jagaiin," ucapnya. Ia kemudian menoleh, hendak bicara tapi Nathan membungkamnya dengan bibir pria itu untuk sejenak. Lalu melepasnya dengan senyum penuh arti.

"Nath!" Zia melotot sambil memukul lengannya.

Nathan cengengesan kecil. "Aku panggil fotografer buat nanti sore, kamu masih harus ke kantor?" tanyanya.

Zia berfikir sesaat, kemudian menggeleng sambil tersenyum. Mengalungkan kedua tangannya di leher Nathan. "Aku berhenti kerja." jawabnya.

"Kok?" Nathan menyerngit.

"Ada yang lebih penting buat diurus." ucapnya membuat Nathan samar-samar tersenyum.

"Aku nggak ketemu kamu sehari kangen banget masa," keluh Nathan dengan ekpresi sedih.

"Nggak ketemu sehari aja langsung nanyaiin kabar ya, berasa pisah bertahun-tahun." ucap Zia seraya mencubit hidung Nathan dengan gemas.

"Nath—"

"Bisa nggak sih panggilnya yang romantis dikit?" decak Nathan sambil membuang muka. "Aku suami kamu tau nggak."

Zia mendelik sambil tertawa. "Biasanya nggak mempermasalahin tuh mau dipanggil apa, kok tiba-tiba banget?"

Nathan masih cemberut membuat Zia tersenyum gemas, meraih wajah suaminya agar menatap dia utuh. "Sayang." panggilnya.

Ekspresi Nathan langsung berubah sumringah, pria berumur 30 tahun itu menunduk sambil tertawa malu. "Ihh malu malu? Katanya tadi biar lebih romantisss." ucap Zia sambil mendorong bahu Nathan.

"Langsung pulang aja yuk?" tanya Nathan dengan nada merengek.

"Kenapa?"

"Ya kan kangen," gerutu Nathan. "Udah lama loh."

"Lama apa??" Zia melotot sambil menahan tawa.





Nathan meraih pinggang Zia, lalu mengangkat cewek itu ke meja. Menatap wajah cantik dengan lekat. "Jihan pengen punya adek, kasih buat hadiah ulang tahunnya nanti ya?"






🌥🌥🌥🌥🌥







Zia dan Nathan saling mengobrol ketika masuk ke dalam rumah, membicarakan soal rumah baru mereka yang akan dibeli untuk bulan depan nanti. Karena lokasinya cukup jauh dari rumah lama jadi akan sulit mendapat ijin dari orang rumah.

"Papah???" Zia membuka pintu rumah. "Sepi banget, Nath."

"Pada pergi kali," jawab Nathan sambil melepas jaketnya. Mengikuti Zia yang hendak pergi ke kamar.



"MOMMY! DADDY!"


Gadis berkuncir kuda dengan dress pink dan boneka unicorn di tangannya berlari kecil menuruni tangga, mendengar teriakan nyaring tadi membuat sepasang suami istri itu tersenyum kecil.

"Jihan jangan lari-lari sayang," tegur Zia. Mendelik saat putrinya berlari untuk naik ke gendongan sang suami.

"Duh anak papah," Nathan tertawa kecil, membawa sang putri ke dalam gendongan. "Udah pake gaun aja nih, cantik sekaliii."

"Thank you, Dad." ucap Jihan dengan senyum manis. "Aku dimake-up in sama Kak Bulan, kan kita ada foto hari ini."

"Kan foto-fotonya nanti sore sayang," Zia datang dan mengecup pipi Jihan. "Apa nggak gerah? Hm?"

"Ehhh nggak ada sore ya, fotografernya abis ini dateng!" seru Bulan sudah siap juga dengan gaun yang sama seperti milik Jihan. "Kalian pada siap-siap gih!"

"Lah belom mandi," ucap Nathan.

"Mandi bareng aja lama," sahut Bintang yang baru keluar dari kamar. Sudah siap juga dengan jas lengkap dan rambut tertata rapi.

"Heh pada ngaco ya," Zia melotot sambil tertawa. "Btw papah mana? Udah dikabarin kan kalo ada foto??"

"Udah lah," Tak lama kemudian Arion muncul dengan setelan jas juga. Zia dan Nathan langsung melemparkan senyuman miring."Ganteng nggak?"

Mereka masih tinggal bersama papah setelah beberapa tahun menikah, dan Nathan sengaja membangun rumah di samping rumah ini agar mereka tidak berjauhan. Arion pun perlu menjalani banyak terapi di umurnya yang sekarang, dan mengandalkan Bintang atau Bulan masih belum cukup.

"Kakek ganteng banget..." ucap Jihan sambil bertepuk tangan. "Mau gendong!!"

"Duh sini sini," Arion mengambil alih Jihan dari Nathan. "Kalian pada siap-siap sana jangan ngaret!"

"Titip Jihan ya, Pah." ucap Nathan sambil mengusap rambut sang putri. Ia kemudian mengajak Zia untuk naik ke atas sekalian siap-siap.

Tak butuh waktu lama bagi mereka siap-siap. Kini semua anggota keluarga sudah berkumpul di ruang tamu untuk berfoto sesuai keinginan Zia karena mereka belum ada foto bersama sang putri.

"Gaya formal dulu yaaa," Fotografer yang datang sejak sepuluh menit lalu sudah berdiri di depan mereka sambil memegang kamera.

"Papah tengah lah tengahhh,"

"Ehhh Jihan dipangku papah coba!"

"Bintang yang kanan aja tinggi soalnya!"

"Bintang sama Bulan pojok semua! Baru yang duduk Nathan sama Zia, Jihan biar dipangku papah dahhh."

"Iya gitu aja gitu cepett."

Usai perdebatan posisi akhirnya Ariom duduk paling tengah memangku Jihan, lalu di samping kanan ada Nathan dan Bintang sementara di samping kiri ada Zia dan Bulan.

"Saya hitung yaaa."

"Satu..."

"Dua..."

"Tiga!"


Krik!



Mereka tampak tersenyum bahagia di foto.



"Lagi ya, satu dua tiga!!!"

Nathan dan Zia saling menatap, lalu melemparkan senyuman. Papah di tengah-tengah mereka tampak bercanda ria dengan Jihan.



Nathan sudah menepati janji kecilnya.



Untuk menjaga Zia, selamanya.











THE END

THANK YOU ALEGARS 😁🌥



gue selalu ketawa tiap bacaiin komen "keingat part 1" padahal endingnya udah gue tulis dari cerita ini pertama dibuat HAHAHAHHA, maaf ya bikin mikir


SEPERTI BIASA JAWAB KUIS! Tulis komen kalian terus kasih username di akhir komen ( yang terbaik aku follback biar mutualan!)

1. Apa alesan kamu suka LP

2. Siapa tokoh paling kamu suka dan alesannya?

3. Satu scene di mana kamu senyum-senyum sendiri sampe gila

4. Satu scene kamu sedih sampe pengen nangis

5. Satu scene kamu baper, deg degan, campur aduk

6. Satu scene terngakak!


sekarang ke AS 4 yu, ketemu sama Helga dkk!!

Continue Reading

You'll Also Like

284K 27.4K 31
Arvi dan San adalah sepasang kekasih. Keduanya saling mencintai tapi kadang kala sikap San membuat Arvi ragu, jika sang dominan juga mencintainya. Sa...
774K 10.2K 31
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
1.2M 41.5K 55
Sial bagi Sava Orlin setelah melihat lembar penetapan pembimbing skripsinya. Di sana tertulis nama sang mantan calon suaminya, membuat gadis itu akan...
159K 11.7K 26
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...