Salam Rindu dari Gus Rasyid

Von evafujianti269

52.3K 3.1K 151

Bagaimana jadinya jika harus dipertemukan lagi dengan manusia yang bernama 'MANTAN'. Bertemunya kembali bukan... Mehr

Antara Perjodohan dan Pinangan
Penolakan
Para Wanita Banyak Bicara
Barisan Para Mantan
Pandangan
Dia, Penambah Luka
Tumis Pare Bumbu Cinta
Kenangan tukang antar gas
Hilangnya Janda Bolong
Melamar Masa Lalu
Ijab Kobul
Lebih Baik Dicintai
Seharusnya Seperti Dulu
Suapan Makan Malam
Tamu Istimewa yang Cantik
Diturunkan di Jalan
Tentang Kejadian Semalam
Penguasa Ranjang
Wanita Pengirim Pesan
Tergoyahkan
Pakar Gombalan Maut
Slide Water
Enak di Anda, Rugi di saya
Buah Cinta-nya dengan Nada
Jangan Pergi Cinta
Kamar 212
First Kiss
Hak Suami dan Kewajiban Istri
Kejutan saat Pulang
Hasrat yang Memaksa
Sembilan Belas Detik
Hati yang Berduka
Pertama, Namun Menjadi yang Kedua
Cemburu yang Tak Adil
Ditinggal Pas Sayang-sayangnya
Baru diunboxing
Terungkapnya Tabir Kebenaran
Buaya Makan Kurma
Bajingan Amatiran
Awal dari Malapetaka
Kabar Kehilangan
Sakit, Kecewa, Sedih, tetapi Juga Bisa Bahagia
Visi Misi; 'Setia dan Menua Bersama'
Ekstra Chapter
Kapan Aku Bahagia
Insecure Terinfrastruktur

Tidak Pulang

824 59 0
Von evafujianti269


"Suamimu ke mana, Nduk. Kok Mbah enggak kelihatan dia dari tadi.”

Simbah duduk di meja makan, aku langsung menuangkan nasi untuknya. Semenjak aku tinggal di rumah ini, memang aku sering membantu seperti memasak di pagi hari. Meski di rumah ini sudah tersedia satu pembantu, tapi sebagai menantu apalagi seorang istri, aku tetap berusaha menjalankan peranku sebagai seorang istri. Menyiapkan sarapan untuk suami sekaligus Simbah.

“Sudah Nduk, jangan banyak-banyak. Mbah kurang nafsu makan. Terima kasih ya Nduk.”

Enggeh Mbah, sama-sama. Tadi Gus Rasyid sudah berangkat sepulang dari masjid Mbah,” kataku, menjawab pertanyaan yang sebelumnya.

“Kok tumben anak itu berangkat pagi-pagi. Pasti dia belum sarapan?”

Aku mengangguk membenarkan, sebenarnya ingin menjawab namun mulutku sedang penuh dengan makanan.

Nduk, kamu masih panggil suamimu Gus, toh?”

Hatiku sedikit tersentil, mendengar perkataan Simbah. Memang tidak ada yang salah dari perkataannya. Karena memang aku seharusnya seperti pasangan yang lainnya, yang memanggil dengan panggilan kesayangan. Seperti sayang, mama papa, atau bisa juga mas dan dia memanggilku Adek.

Tapi aku rasa itu masih belum berlaku mengingat hubunganku yang masih tak sejalan dengannya.

Enggeh Mbah,” kataku tersenyum malu.

“Kamu enggak mau merubah panggilanmu, Nduk.”

Aku menggeleng. “Belum kepikiran Mbah.”

Simbah mengangguk, “Sebenarnya dia enggak suka loh Nduk, kalau ada orang yang panggil dia Gus.”

“Kenapa Mbah, seharusnya dia kan bangga,” tanyaku yang sedikit penasaran.

“Iya, bagi kebanyakan orang memang itu suatu kebanggaan. Tapi dia enggak suka, sebab dari panggilan itu dia harus mengemban beban berat yang harus dia pikul. Dia selalu khawatir jika perilakunya akan membuat buruk nama panggilan itu sendiri, yang nantinya akan merembet ke nama baik keluarganya. Dia juga takut tidak bisa memberikan contoh yang baik kepada orang lain. Maka dari itu dia selalu menghindar jika di suruh pulang ke pesantren. Selalu ada saja alasannya. Kata dia, lebih enak jadi orang biasa.”

Aku tersenyum geli mendengarkan cerita simbah. Memang perilaku Gus Rasyid dulu sangatlah melenceng dari statusnya. Pasti orang lain tidak akan percaya jika dia keturunan seorang Kyai, jika perilakunya seperti dulu.

Apalagi soal wanita di sekelilingnya, yang tidak akan pernah ada habisnya.

Hm... jika mengingat soal wanita, aku masih yakin, jika hanya satu wanita yang masih bersemayam di hatinya. Terbukti, saat tanpa sengaja aku menjatuhkan selembar foto gadis manis di buku diarihnya, sewaktu aku membersihkan meja belajarnya. Memang aku sudah lancang membaca isinya tanpa pengetahuan dari pemiliknya. Tapi karena rasa penasaranku yang besar mendorongku untuk membuka dan membacanya.

Tak banyak yang tertuliskan di sana. Hanya beberapa lembar yang tertuliskan seperti sebuah surat cinta yang ingin ditujukan kepada seseorang. Yang tak lain Asma, pemilik foto gadis manis yang dia simpan.

Jika memang dia sudah tak memiliki rasa lagi, tidak mungkin juga dia akan tetap menyimpannya, bukan?

Aku tahu tadi perbuatanku memang sudah keterlaluan kepadanya. Tapi ini salah satu caranya untuk membentengi diriku lagi, dari yang namanya terluka. Boleh kalian bilang aku egois. Terserah. Karena aku memang sudah trauma dengan yang namanya terluka karena cinta. Aku tidak ingin terjatuh di lubang keterpurukan untuk yang ketiga kalinya.

Jika dia berusaha untuk membuka hatinya untukku, aku juga akan berusaha seperti yang dia lakukan. Tapi rasanya dia memang tak ingin ada kemajuan di hubungan ini.

“Kamu yakin, Nduk., mau mulai kerja lagi hari ini.”

“Iya Mbah. Enggak enak juga aku libur sudah hampir sebulan, semenjak direnovasi.”

“Hati-hati ya.”

Engge Mbah. Saya berangkat dulu, Assalamualaikum,” aku menyalami tangannya dan langsung berangkat.

Dulu setiap berangkat kerja aku memang sering mengendarai mobilku sendiri. Tapi kali ini sedikit berbeda, aku mengendarai mobil Gus Rasyid yang masih kredit. Setahuku mobil ini di kredit tiga hari sebelum pernikahan. Entahlah enggak tahu alasannya yang pasti, yang jelas dia dari semalam sudah bersikukuh menyuruhku mengendarai mobil ini. Sedangkan dia, lebih memilih menggunakan sebuah motor jaman dulu yang masih terawat. Alasannya sih, karena jarak dia lebih dekat daripada tempat kerjaku.

Sore ini aku pulang lebih cepat dari butik dan rencananya, aku akan memasak masakan kesukaan Gus Rasyid di rumah. Kata orang perasaan juga bisa berawal dari makanan yang cocok di lidah terus turun ke hati.

Ups... salah ya, seharusnya kan turun ke perut. Tapi memang aku pernah mendengar, masakan istri yang enak bikin suami semakin betah di rumah.

Tepat sebelum waktu Magrib masakanku sudah matang dan tertata rapi di meja makan. Semangkuk tumis pare untuknya. Anggap saja ini penebus kesalahanku, tapi tetap aku masih meminta waktu kepadanya. Bukan berarti ini salah satu tanda aku yang sudah luluh kepadanya. Tapi aku merasa kasihan, karena sedari pagi dia tidak sekalipun makan di rumah.

Waktu semakin berjalan, masakanku sudah berubah menjadi dingin. Namun belum juga ada tanda-tanda kepulangan dari Gus Rasyid. Berkali-kali aku berjalan ke luar rumah, mengecek motornya di garasi. Namun belum terparkir juga. Sekarang sudah hampir jam sepuluh malam membuatku lelah plus tidak tenang menunggunya.

Apa aku telefon saja dia?

Ah... tapi malu, nanti dia besar kepala lagi.

Apa memang sudah terbiasa dia pulang sampai larut malam? Di ponselku juga tak ada satu pun notifikasi dari dia yang mengirimkan pesan, untuk mengabariku.

Dia ke mana?

Ting

Sebuah notifikasi pesan masuk di tengah-tengah kegiatanku yang sedang menunggunya, aku langsung membukanya. Dan benar saja, pesan itu darinya.

Gus tampan suamiku:

Maaf, aku enggak bisa pulang malam ini. Kamu enggak perlu tunggu aku.

Aku menatap tak percaya dengan nama yang tertera untuknya. Aku yakin jika ini pasti kerjaannya yang sudah merubah namanya sendiri.

Dia tidak pulang. Apa dia ingin menghindariku juga, ya? Baiklah dengan senang hati, aku bisa tidur bebas malam ini. Tanpa khawatir keberadaannya.

Astagfirullah, ampuni hamba ya Allah. Hamba sudah sangat berdosa sekali.

Bersambung....


Jangan lupa kasih krisar ya teman-taman semuanya.

Maaf ceritanya masih datar ya. Biar gak terlalu tegang dulu. Sambil perlahan-lahan pemanasan nanti.

Dan satu lagi,

Jangan lupa tekan ⭐, komentar, dan juga follo akunku. Nanti aku bakal folback akun kalian.

Sampai jumpa.

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

89.3K 3.6K 20
FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!! AYESHA 1 TAMAT Ayesha adalah wanita kuat yang harus membiayai kedua anaknya yang masih disekolah dasar dan juga janin y...
2.1M 10.2K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
1M 154K 50
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
29.7K 2.4K 23
Cinta pertama itu memang sulit dilupakan. Meskipun sudah banyak kali terluka, tapi tetap saja menggemakan kata cinta. Nadira, bukan karena bodoh dia...