Tingkat Dua

By coochocinoou

1.4M 155K 3.4K

Bagi Arunika yang tidak shining simmering splendid, berkenalan dan menjadi dekat dengan seorang Raditya adala... More

Part 1 • Arunika
Part 2 • Arunika
Part 3 • Arunika
Part 4 • Arunika
Part 5 • Arunika
Part 6 • Arunika
Part 7 • Arunika
Part 8 • Arunika
Part 9 • Arunika
Part 10 • Arunika
Part 11 • Arunika
Part 13 • Arunika
Part 14 • Arunika
Part 15 • Raditya
Part 16 • Raditya
Part 17 • Raditya
Part 18 • Raditya
Part 19 • Raditya
Part 20 • Arunika
Part 21 • Arunika
Part 22 • Arunika
Part 23 • Raditya
Part 24 • Raditya
Part 25 • Raditya
Part 26 • Raditya
Part 27 • Arunika
Part 28 • Arunika
Part 29 • Raditya
Part 30 • Arunika
Part 31 • Arunika
Part 32 • Arunika
Part 33 • Raditya
Part 34 • Raditya
Part 35 • Arunika
Part 36 • Raditya
Part 37 • Raditya
Part 38 • Arunika
Part 39 • Raditya
Part 40 • Arunika
Part 41 • Arunika
Part 42 • Arunika
Part 43 • Raditya
Part 44 • Raditya
Part 45 • Arunika
Part 46 • Raditya
Part 47 • Arunika
Part 48 • Arunika
Part 49 • Raditya
Part 50 • Raditya
INFORMASI PENTING!

Part 12 • Arunika

28.1K 3.6K 101
By coochocinoou

Jangan biarkan kesalahan masa lalu menentukan kehidupan kita di masa sekarang dan yang akan datang

***


Entah mengapa aku tiba-tiba teringat akan perkataan guru sejarah di tempatku sekolah dulu. Tentang alasan penggunaan bahasa latin dalam kesejarahan karena bahasa tersebut sudah tidak digunakan lagi secara umum. Sehingga tidak dimungkinkan untuk berkembang dan menghasilkan istilah baru yang mungkin saja dapat memicu kebingungan.

Bahasa adalah sesuatu yang dinamis. Berkembang mengikuti zaman, dan terus bertambah sesuai situasi dan kondisi yang sedang terjadi.

Salah satu pengaruh dari perkembangan bahasa yaitu maraknya penggunaan bahasa gaul (prokem). Prokem adalah variasi bahasa informal yang dipakai dan digemari oleh kalangan remaja. Dan pada umumnya, bisa sedikit aneh dan memiliki makna yang cukup berbeda dari kedengerannya. 

Sebut saja kentang, bukan jenis ubi yang biasa dikenal melainkan sebuah akronim dari kena tanggung atau situasi nanggung alias situasi yang bisa dikatakan berada di tengah-tengah. Contoh realnya, aku sendiri. 

Arunika. Arunika si mahasiswa kentang. Seorang mahasiswa biasa tanpa embel-embel shining simmering splendid yang melekat dalam dirinya, tetapi disisi lain bukan juga mahasiswa kuper yang anti sosial. Aku adalah satu dari tujuh miliar manusia di bumi ini yang tidak spesial. Tidak dikenal banyak orang selain dalam circle tempatku bersosialisasi, serta tidak memiliki followers ribuan karena jarang sekali upload foto atau ig story di instagram. 

So, ini adalah disclaimer yang aku tunjukan untuk memberikan kesadaran pada diri sendiri bahwa  kisah cintaku juga mungkin hanya akan menjadi one side love story yang tidak menarik untuk diikuti. 

"Yo, lo yakin gue nggak harus ngapa-ngapain kan?" Tanyaku saat kami berjalan bersisian setelah keluar dari sholat ashar tadi. 

Rio hanya mengangguk, sembari mengangkat lengan kirinya untuk melihat jam di pergelangan tangannya. "Buruan Run, kita udah telat." Ucapnya sembari mempercepat langkahnya. 

Aku hampir seperti berlari karena tidak mampu mengimbangi langkahnya. Dan sialnya ketika aku sudah berusaha begitu besar, nyatanya kami tetap saja terlambat ketika melihat pintu ruangan tujuan kami yang sudah tertutup rapat. 

"Assalamu'alaikum," Rio mengetuk pintu sembari membukanya sedikit untuk mengintip situasi dan kondisi di dalam sana. 

Aku sendiri berdiri di belakangnya, sambil berdoa supaya orang di dalam sana tidak terlalu banyak karena mungkin saja aku akan merasa sangat malu. 

"Punten, tadi sholat dulu." Rio mengkonfirmasi alasan keterlambatan kami yang aku duga masih bisa ditoleransi. 

Aku tidak tahu orang-orang di dalam ruangan itu mengangguk atau tidak. Tapi dengan melihat respon Rio yang tenang dan melenggang masuk dengan tanpa beban pun membuatku langsung yakin jika keterlambatan kami tidak perlu diperdebatkan. 

Aku berjalan menunduk di belakang Rio tanpa memperdulikan orang-orang di sekitar. Langsung menarik satu buah kursi yang tepat berada di sebelah kanan kursi yang ia duduki, tanpa sadar bahwa di sisi yang lain telah duduk sesosok laki-laki yang belakangan ini sering mengisi pikiran ini. 

"Hai." Suara di sebelah langsung membuatku menoleh tanpa ragu. 

Mulutku mungkin melongo karena terlalu syok akan kenyataan ini. "Abang.. " Beoku yang dibalasnya dengan senyuman. 

"Lucu banget sih... " Lanjutnya yang samar-samar kudengar dengan ragu. 

"Eh, kenapa Bang?" Tanyaku memastikan dengan suara pelan, tapi tetap jelas agar dapat dengan mudah untuk di dengar. 

"Nggak papa.. " Jawabnya sambil menggeser gelas aqua yang ada di depannya padaku. 

Aku menautkan alis ragu. Lalu menatap ke arahnya yang di balasnya dengan senyuman maut yang membuat kerja jantungku berdetak dua kali lebih cepat. 

Namun alih-alih menjelaskan tindakannya, Bang Radit justru kembali memandang ke ujung meja tepat dimana salah seorang kating yang tidak kuketahui namanya itu sedang memimpin rapat. 

Aku menghembuskan nafas, dan tidak mengambil pikir perbuatanya barusan. Lalu akhirnya juga memilih untuk memperhatikan pemimpin rapat agar mendapatkan sedikit info agar keberadaanku sedikit berguna di dalam ruangan ini. 

***

"Minum, Ka. Biar nggak ngantuk." Sebuah tulisan di atas kertas HVS yang berisikan rundown acara sementara yang dibagikan tadi, tergeletak manis di depanku. 

Aku menoleh ke samping kiri, dan menemukan sosok yang menuliskan pesan tersebut masih terlihat fokus memperhatikan penjelasan. 

Aku mengulum senyumku, lalu menarik kertas tersebut mendekat dan menuliskan jawaban. "Makasih, Bang. Tapi gue nggak ngantuk kok." Tulisku dengan yakin. 

"Lo dari tadi udah nguap terus, Ka. Bosen ya?" Tidak sampai satu menit pesan itu sudah berbalas. 

Aku meringis. Kebohongan soal mengantuk tadi ternyata langsung Bang Radit sadari. Memang Arunika yang hobi rebahan dan scrol-scrol instagram ini sudah bosan dalam taraf akut dan mulai merasa mengantuk sedari tadi. Dan tidak terduganya, aktivitas menguapku yang seperti kudanil itu ternyata disadari oleh orang sebelah yang langsung membuat keki. 

Aseli maloe banget... Ucapku dalam hati. 

Memilih untuk tidak menjawabnya, aku justru meraih gelas aqua yang tadi diberikannya padaku untuk diminum. Dan benar saja, rasa kantuk ku bisa sedikit berkurang dengan adanya cairan yang masuk ke dalam tubuh. 

"Thanks, :)" Lalu kembali ku geser kertas tersebut ke arahnya. 

***

"Balik sama siapa, Ka?" Rio bertanya saat rapat baru saja berakhir. 

"Ojol sih kayaknya. Si Popo gue tinggal di kontrakan soalnya tadi." Aku membereskan beberapa kertas selagi Rio sudah duduk santai di kursinya. 

"Lo nggak ada niatan nganterin gue?" Tanyaku karena Rio hanya mengangguk-anggukkan kepalanya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. 

"Sebenernya niat awalnya sih gitu Run tadi. Tapi si Salsa tiba-tiba minta nonton, jadi kayaknya gue bakal langsung otewe ke kosannya dan langsung cus ngedate." Jelasnya sambil menunjukkan room chat whatsapp nya kepadaku. 

Aku mendengus kesal. "Lupa temen ya lo semenjak punya pacar. Padahal gue punya andil sangat besar dari keterbebasan lo dari belenggu kejombloan." Jawabku sinis yang syarat akan sindiran.  

Aku memang orang yang secara langsung berkontribusi terhadap hubungan Rio dan Salsa. Karena meski kami bertiga sama-sama satu kelas, kedua orang itu sebelumnya tidak pernah mengobrol sebelum aku sering mengajak Rio untuk ikut nongkrong bersamaku dan Salsa. Dan apa sekarang balasannya? Aku langsung dibuang oleh si cupu Rio setelah dirinya punya pacar. Dasar! 

"Jangan ngambek dong, Run," Mohon nya setelah melihatku terus saja mendumel tidak jelas tanpa henti. 

Aku mengabaikan perkataannya, dan melanjutkan aktivitasku untuk memasukkan kertas-kertas tersebut ke dalam ransel hijau tosca yang hari ini aku gunakan. 

"Gue ganti deh ongkos ojolnya!"

Dan satu kalimat yang keluar dari mulut pedas Rio, membuat ku menoleh dengan ikhlas padanya dengan mata berbinar. 

"Bener ya, tapi 50k nggak nawar!" Aku tersenyum memandang saat dia mengatakan akan mengirimiku gopay sebagai kompensasi mengajakku rapat dan tidak bisa mengantarku pulang. 

"Lah, mahal amat. Perasan kontrakan lo nggak jauh-jauh!"

"Ini kan udah jam tujuh-an Yo, macet lah pasti."

"Emang macet bikin ongkos driver ojol nambah?" Tanyanya sembari meletakkan ponsel di atas meja dan menoleh ke arahku. 

"Ya enggak. Tapi kan kalo macet jadi lama, terus jadi sebel, bete, dan pengen jajan. Jadi itu entar sisa duitnya mau buat gue beliin boba." Lanjutku sembari menutup resleting ransel. 

"Itu mah alesan lo aja, Run. Nggak mau gue. 25k pokoknya. Tadi gue udah cek, pake gojek cuman 20k nyampe depan kontrakan. Jadi yang goceng bisa buat lo beliin es krim. Nggak boba-bobaan. Hemat!"

Dasar pelit! -  aku mengumpat yang hanya berakhir didalam hati.

"Bodo amat, gue nggak peduli. Kalo nggak 50k mending nggak usah kirim aja. Entar palingan Salsa diemin lo karena ga tega sama sahabat baiknya ini." Ancamku pada Rio yang langsung membuat wajahnya berubah pias.

Aku bangkit berdiri dan berniat untuk keluar ruangan. Namun sebelum beranjak dari posisi, notifikasi dari ponsel berlogo apel tergigit di tangan kananku berhasil menarik sudut bibirku ke samping. "Thanks Rio kesayangannya Salsa, gue pamit balik dulu. Lo baek-baek ya nge-datenya." Lanjutku sambil tetap mempertahankan senyum dan meninggalkannya yang sedang mendengus kesal. 

Continue Reading

You'll Also Like

6.1M 262K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
3.9M 234K 41
Meninggalkan Indonesia dengan hati yang patah, Ana memulai kehidupannya lagi di Amerika. Melupakan urusan cinta, perasaan dan hatinya. Ahh apa sih ci...
2.4M 141K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
998K 78.8K 54
Awalnya Selina punya misi untuk tidak jatuh cinta pada Banyu, sahabatnya. Kemudian malah terjebak dengan perasaan cinta itu, sehingga misinya berubah...