My Lisp Girlfriend [ REVISI ]

By lindamall

477K 29.4K 1.2K

Awalnya benci sekarang jadi cinta. Awalnya ngga level sekarang jadi berharga. Awalnya muak sekarang jadi gema... More

Prolog
1. Bara Marah
2. Satu Rumah?!
3. Diceburin ke Kolam
4. Bakso Biadab
Cast
5.Company
6.PDKT
7.TOD
8.Gimana hari ini?
9.Cemburu?
10.Perasaan yang sama
11.Dilema
12.Ular Tangga
13.Salju Hilang?
14.Kuda-kudaan
15.Telat
16.Gemoy
17.Borong Mainan
18.Petak Umpet
19.Nasi Goreng Telor Mata Panda
20.Olos dan Cireng
21.Tayo
22.Nginep Lagi
23.Kecelakaan
24.Ternyata
25.Larangan
26.Kekhawatiran Bara
27.Potoin
28.Galak Amat
29.Donat & ABCan
30.Kejutan Romantis
31.Sunset
32.Penyesalan
Chat
33.Salju pengen keliatan galak
34.ke Mall bareng
35.Berangkat
36.Dunia Lain
37.Sampai di Puncak
38.Kesurupan
40.Pedes
41.Elena lagi?
42.Putus:)
43.Di kurung sama mantanšŸ˜²
44.Ehem
45.Tragedi di kolam renang
46.Lagi?
47.Hukuman
48.Hari yang indah
Pengumuman!!!
WAJIB BACA! ( PERUBAHAN CAST)ā¤

39.Phobianya Salju

4.7K 306 22
By lindamall

Maapkeun up nya lama 😁


Happy reading❤

Gara-gara ke gep guru tadi siang, Bara dan Salju diceramahi habis-habisan oleh Bu Dona dan akhirnya mereka dihukum. Dihukum mencari kayu bakar di sekitar puncak untuk api unggun. Tapi tidak boleh sampai masuk hutan karena ditakutkan bisa tersesat. Padahal kayu bakar untuk membuat api unggun sudah terkumpul cukup banyak disana. Tapi yang namanya guru, belum puas jika tidak menghukum anak didiknya.

Mereka mencari kayu bakar yang tergeletak di semak-semak yang tidak terlalu tinggi. Jika semaknya tinggi-tinggi, takutnya ada ular.

"AAAAAAKH"

Lagi fokus-fokusnya mencari kayu bakar, Bara dikagetkan dengan teriakan kekasihnya dan tiba-tiba menclok di punggungnya. Dengan sigap Bara menahan bokong Salju dibelakangnya agar kekasihnya itu tidak terjatuh. Untung Bara kuat. Jika tidak, pasti mereka sudah tersungkur kesemak-semak.

"Ada apasih?!"

"Ada ulet bulu! HUAAA"

"Ck cuma ulet bulu doang heboh banget!" decak Bara. Mencoba menurunkan tubuh Salju yang bergelayut dipunggungnya, tapi Salju malah semakin memperatnya.

"Salju takut hiks hiks. Kita balik aja yuk hiks hiks" Salju menangis tersedu-sedu di bahu Bara membuat Bara mengernyit bingung. Cuma liat ulat bulu kan? Kenapa nangis?

"Mana ulat bulunya? Biar gue buang" Bara menyapu seluruh pandangannya pada semak-semak di depannya.

Salju menggeleng cepat "Salju mau balik aja! Hiks hiks"

"Tapi kita baru dapet kayu tiga, Sal. Bu Dona kan tadi nyuruhnya minimal dua puluh kayu. Masa balik? Tambah dihukum ntar. Lo mau?"

"Iya gapapa" angguk Salju. Memang benar. Lebih baik menyapu seluruh kawasan puncak daripada harus berlama-lama di semak-semak yang banyak ulat bulunya seperti ini. Salju ingin segera meninggalkan tempat ini. Bayangan ulat bulu kecil yang mengerikan terus bergulat dipikirannya membuat keringat dingin tak terasa sudah membasahi keningnya.

Salju phobia dengan yang namanya ulat bulu. Dulu, sewaktu Salju kecil suka sekali memanjat pohon jambu yang tumbuh di belakang rumahnya bersama kakaknya - Satria. Dan pada suatu hari, Salju melihat buah jambu yang sudah agak masak di pohon itu. Terlihat sangat segar dan Salju ingin sekali memetiknya. Akhirnya Salju beranikan diri untuk memanjat pohon jambu itu sendiri tanpa di temani sang kakak. Saat sudah hampir sampai ke batang yang terdapat jambu incarannya, Salju terpeleset dan reflek berpegangan pada batang pohon jambu yang ternyata banyak sekali ulat bulu kecil sedang berkumpul disana. Salju kaget dengan telapak tangannya yang terasa tertusuk banyak sekali jarum. Melihat tangannya, Salju berteriak histeris dan langsung melepas pegangannya. Alahasil. Kedubrakk. Salju terjatuh dari pohon jambu itu. Tergeletak ditanah dengan kondisi yang sudah tak sadarkan diri. Entah karena jatuh atau karena saking takutnya dengan ulat bulu.

Mila dan Satria heboh dengan Salju yang tak kunjung kembali ke rumah. Padahal sudah menjelang senja. Mereka sudah mencari Salju di semua tempat. Hingga Satria teringat suatu tempat yang belum sempat ia temui. Belakang rumah. Satria menuju kesana. Ternyata benar, Salju disana. Dan betapa terkejutnya Satria saat mendapati adiknya yang sudah tergeletak di tanah dengan kondisi mengenaskan. Rambut panjangnya di penuhi daun-daun kering. Wajahnya begitu pucat seperti... mayat. Dan ya, tangan Salju. Tangan Salju bengkak berwarna merah dan dipenuhi bulu-bulu hitam. Sudah seperti rambutan jumbo.

Satria memanggil ibunya dan langsung membawa Salju ke klinik terdekat. Setelah diperiksa, Salju tidak baik-baik saja. Tangannya kebas dan gatal yang begitu menyiksa. Dan kondisi jantungnya juga tidak baik-baik saja. Sejak saat itu Salju mengidap phobia ulat bulu. Dan sejak saat itu juga Salju akan merasakan takut yang luar biasa jika melihat ulat bulu. Lihat saja takut apalagi sampai pegang? Salju tak bisa bayangkan itu. Entah itu ulat bulu atau ulat apapun itu, Salju sangat takut. Sama takutnya seperti melihat kuntilanak mungkin.

"Gue sih ogah"

"Salju mau balik, Bala. Hiks hiks hiks S-saljuh takut disini ada ulet bulu hiks hiks" Salju meraung di gendongan Bara. Kakinya ia ayun-ayunkan dengan cepat berharap Bara cepat beranjak dari tempat mengerikan itu.

"Cuma ulet bulu, Sal. Gue buang juga bisa" Bara mencoba membujuk kekasihnya itu. Tapi sepertinya tidak akan berhasil. Salju tetap bersikeras untuk kembali ke tenda.

"Ngga mau! Salju mau balik!" suara Salju teredam dibahu Bara. Salju tidak mau lagi menatap kemanapun selain bahu Bara.

"Sal" panggil Bara pelan. "Nggausah manja, bisa kan?" tanya Bara. Bara belum tahu saja alasan Salju kenapa bisa setakut itu dengan ulat bulu.

Salju merasa ngilu di hati mendengarnya. Salju bukannya manja. Tapi Salju memang benar-benar takut. Tapi dengan teganya kekasihnya menilainya manja. Jahat memang Bara ini.

Salju beringsut turun dari gendongan Bara. Mengusap pipi basahnya dengan kasar. "Yaudah. Salju balik sendili"

"Berani emang?" tanya Bara yang tangannya sibuk memunguti kayu bakar tak seberapa yang jatuh tadi. Bara tau Salju tidak akan berani kembali sendiri. Apalagi jalan dari tempatnya mencari kayu bakar menuju kawasan camping itu cukup sepi.

"Belani" jawab Salju mantap. Salju berbalik badan dan langsung melangkah pergi meninggalkan Bara di tempat itu.

"HEY JANGAN BALIK SENDIRI!" teriak Bara. Melempar kayu bakar yang baru saja ia pungut dan langsung mengejar kekasihnya. Bara kira Salju hanya berpura-pura. Tapi ternyata Salju benar-benar berani kembali sendiri. Apa yang membuat Salju mendadak senekat itu? Pikir Bara.

Bara berhasil menangkap bahu Salju. "Lo kenapa sih?" tanya Bara. Menarik bahu Salju agar menghadapnya.

"Kalo Bala nggamau ngantelin Salju balik, gapapa. Salju bisa balik sendili. Awas!" Salju menggerakan bahunya, menepis tangan Bara yang bertengger dibahunya.

Bara mencekal tangan Salju yang hendak pergi dari hadapannya. "Lo mau balik, oke kita balik. Tapi apa alesan lo kekeuh mau balik, hah?"

"Sal-"

Baru saja Salju mau menjawab, Bara malah memotongnya. "Gara-gara ulet bulu yang kecilnya ngga seberapa itu?". Bara menggeleng sinis. Bara tau Salju itu perempuan, tapi tidak semuanya harus menye-menye kan? Apalagi sampai meninggalkan kewajiban seperti ini. Bara tidak suka. Ya meskipun tadi Bara tidak memperbolehkan Salju memunguti kayunya. Tapi Bara ingin Salju menemaninya. Itu saja.

Bara melepas cekalannya dipergelangan tangan Salju lantas berujar, "Lebay tau ngga". Setelah mengucapkan kata yang menusuk hati Salju itu, Bara langsung pergi meninggalkan Salju.

Salju mematung di tempat. Matanya terasa buram karena menggenang banyak air mata. Hatinya ngilu beriringan dengan luruhnnya air dari matanya. Salju meremas dadanya sesak. Jantungnya masih berpacu dengan tak wajar karena kejadian melihat ulat bulu tadi. Di tambah hatinya yang berasa tertusuk dengan perkataan tajam dari Bara barusan. Ternyata didalam sikap posesiv Bara masih tersimpan sikap kurang peka.

Salju memang sering dicibir Bara dengan kata-kata tajamnya. Salju tidak peduli itu selama yang Bara ucapkan itu benar dan hanya sekedar candaan. Tapi kali ini kata-kata Bara benar-benar membuat Salju sakit hati.

Bara jahat!

"Salju lebay ya? hiks hiks"

***

Sejak kejadian disemak-semak dan pertengkaran singkat dengan Bara tadi, Salju berdiam diri ditendanya. Bukan karena merajuk pada Bara, melainkan karena demam yang tiba-tiba menyerang tubuhnya. Mungkin karena phobia-nya.

Acara api unggun akan segera dimulai. Chira, Via dan Resti sudah ingin berkumpul dengan yang lain. Tapi mereka tidak mungkin meninggalkan Salju sendirian bukan?. Mau mengajak Salju pun mereka tidak tega.

"Udah agak mendingan belum Sal?" tanya Via memastikan. Tadi ia sudah mengolesi kening dan leher Salju dengan banyak minyak angin.

Salju mengangguk lemah. Ralat, lebih tepatnya pura-pura mengangguk. "Kalo kalian mau kumpul sama yang lain, kumpul aja duluan. Ntal Salju nyusul".

"Ngga. Kita ngga mungkin ninggalin lo sendirian Sal" ujar Chira.

"Bego. Kenapa kita ngga nyuruh Bara api aja yang nemenin Salju?" usul Via. Betapa bodohnya ia, bisa lupa jika Salju itu punya kekasih yang sangat bucin.

"O iya! Ngga kepikiran gue!" Chira memegang kepalanya lebay.

"Tuh anak suka ngeselin sih. Gue jadi lupa kalo ada dia dimuka bumi ini" tambahnya.

"Yaudah sana panggil anaknya. Heboh doang ngga bakal bikin Bara dareng sendiri" ujar Resti.

Chira mengangguk lantas menyeret Via untuk menemaninya menemui Bara.

***

"Woy kutukopet!!" Chira menabok kasar bahu Bara yang sedang asik ngobrol dengan seorang perempuan. Entah itu siapa. Chira tak tau.

Bara menoleh, mengangkat satu alisnya seolah bertanya 'kenapa'.

"Bangsat lo Bar! Cewek lo lagi demam lo malah enak-enakkan selingkuh sama cewek lain!" sungut Chira. Tak lupa memberi tatapan sinis pada cewek yang tadi mengobrol dengan Bara. Cewek itu menunduk takut.

"Demam? Kok bisa?" tanya Bara dengan ekspresi yang mulai panik. Bara benar-benar tidak tau jika kekasihnya tengah demam. Bara tadi sengaja menonaktifkan ponselnya karena masih dongkol dengan Salju.

"Ck jadi cowo ngga peka banget" cibir Via, mulai dongkol dengan kelakuan Bara. Via orangnya bodoamatan. Tapi entah kenapa sekarang ia ikut tersulut emosi.

"Tadi sore Salju liat ulet bulu lagi sama lo kan?" tanya Via yang dijawabi anggukan oleh Bara.

"Pulang dari itu Salju langsung demam. Gue tau banget kalo Salju itu phobia sama ulet bulu makanya bisa sampe demam gitu" tutur Via.

Setelah mendengar penuturan Via, tanpa menjawab sepatah katapun Bara langsung melesat pergi menghampiri tenda Salju. Setiap langkahnya diiringi umpatan untuk dirinya sendiri yang begitu bodoh.

"Bego! Pacar sendiri punya phobia lo ngga tau!" umpat Bara dalam hati.

Chira dan Via mengikuti Bara dari belakang. Mulut Chira tak henti-hentinya mencemo'ohi Bara secara terang-terangan. Chira memang sangat pandai dalam mencibir cowok semacam Bara. Mulutnya gatal jika tak mencibir cowok itu dengan kata-kata pedasnya.

"Pacar sendiri punya phobia nggatau!"

"Lagi ketakutan bukannya ditenangin malah ditinggal! Dasar no have heart!"

"Lagi demam bukannya ditemenin malah selingkuh sama cabe-cabean!"

"Definisi cowok keparat!"

Bara terus melangkah cepat, tak menjawab tapi menerima cibiran Chira yang begitu pedas itu karena itu pantas dirinya dapatkan. Jika Bara sampai dipukul pun Bara ikhlas.

Hati Bara berasa teriris ketika melihat kekasihnya meringkuk diatas matras sambil memeluk badannya sendiri. Bara akan mengutuk dirinya sendiri setelah ini.

"Sal" Bara meraih pundak Salju, digenggamnya dengan lembut. "Lo demam?".

"Pake nanya lagi!" sungut Chira dan langsung ditabok lengannya oleh Resti. Setelah mendapat isyarat dari Resti, Chira dan Via meninggalkan tenda, membiarkan Bara dan Salju berdua menyelesaikan masalahnya.

Salju beringsut duduk. Mencoba terlihat baik-baik saja didepan Bara. Salju tidak mau dibilang lebay lagi. "Nggapapa cuma dingin biasa".

Bara menarik tubuh Salju didekapnya. Salju tak menolak. Itu memang yang ia butuhkan sekarang. Pelukan untuk menghilangkan rasa takut yang menghantuinya dan tentu rasa dingin disekujur tubuhnya.

"Maaf" ucap Bara lirih.

"Minta maap atas apa?" tanya Salju. Suaranya teredam di dada bidang Bara.

"Semuanya. Gue ngga tau kalo lo punya phobia. Gue bener-bener pacar yang bego, Sal"

"Bala kan bukan Alloh yang tau semuanya tentang Salju".

Bara tersenyum haru dengan penuturan gadisnya. Dipeluknya tubuh mungil Salju dengan erat. "Mau ikut acara api unggun ngga?" tanya Bara.

Salju mengangguk didepan dada Bara. Salju juga tidak tahan dengan dinginnya udara malam ini. Mungkin dengan duduk didepan api unggun akan membuatnya lebih hangat.

Bara membantu Salju berdiri. Tapi baru saja gadis itu akan melangkahkan kakinya, kakinya terasa begitu lemas dan gemetar. Salju tak kuat jika harus berjalan nanti. Bara yang menyadari itu langsung jongkok didepan Salju lalu berujar, "Naik".

Salju menggeleng "Salju bobo aja deh disini. Bala kalo mau ke api unggun gapapa".

"Cepet naik. Bahaya disini sendirian".

Salju akhirnya pasrah dan menclok dipunggung Bara dengan lunglai. "Salju nggamau dibilang lebay".

Mendengar itu Bara jadi teringat kata-kata pedas tadi sore pada kekasihnya. Bara menyesal. "Maafin gue ya, tadi sore gue emang lagi badmood makanya nggabisa kontrol. Lo ngga lebay kok Sal. Tolong jangan maksain diri buat keliatan kuat. Kalo lo ngga kuat, tinggal ngomong sama gue. Gue siap kapanpun buat lo" ujar Bara. Tak terasa ia sudah melangkahkan kakinya hingga tempat perapian.

Salju tersenyum kecut. Apa katanya? Lagi Badmood?. Apakah Salju harus bersama Bara ketika Bara Goodmood saja? Egois.

Menurunkan kekasihnya, Bara membantunya duduk dengan hati-hati. Tak lupa Bara menggelar kardus yang entah sejak kapan ada disana untuk Salju dudukki. Semua itu tak luput dari pandangan siswa siswi lain dan guru-guru tentunya. Mereka memandangi sepasang kekasih itu dengan iri dan kagum.

"Huaa kapan coba gue digituin"

"Bara sweat banget sihh"

"Si Salju sok letoy banget sih?! Eneg gue!"

"Ayangg mau kaya gitu jugaa"

"Jadi pengen punya pacar!".

Guru-guru hanya bisa geleng-geleng kepala melihat dua anak didiknya itu. Apalagi Bu Dona. Sudah ke gep tapi masih dengan tidak malunya dua anak itu bermesraan didepan umum. Pikir Bu Dona.

"Anget kan?" tanya Bara seraya membenarkan posisi topi rajut kekasihnya yang tidak simetris menangkup kepala Salju.

Salju mengangguk. "Tapi belakangnya masih dingin".

Bara melirik punggung Salju. Benar juga, Salju akan merasa hangat dibagian depan saja karena bagian belakang masih terterpa udara dingin.

Bara merubah posisi duduknya menjadi dibelakang Salju, merapatkan tubuhnya dilunggung Salju. Persetan dengan hukuman yang akan menimpanya nanti karena guru-guru sudah menatapanya dengan tatapan killer-nya Yang terpenting sekarang adalah Salju tidak merasa kedinginan.

"Bala jangan disitu ih. Ntal kita dihukum lagi" protes Salju.

"Biarin, yang penting lo ngga kedinginan" ujar Bara seenteng mungkin. Dengan lancangnya Bara malah memeluk pinggang Salju.

Salju memberontak. "Ihh jangan kaya gini. Salju nggamau dihukum cali kayu bakal disemak-semak lagi!".

"Ngga mungkin Sal. Buat apa coba cari kayu bakar? Besok ngga mungkin ada api unggun lagi kan?".

Benar kata Bara. Mereka tidak akan dihukum mencari kayu bakar. Palingan mereka akan duhukum yang lain. Baiklah, Salju nikmati pelukan Bara. Masalah hukuman bisa dipikirkan nanti saja.

"Tangan Bala jangan nakal ya!".

"Ngga. Gue juga tau tempat kali".

Salju berdecih. Apa katanya? Tau tempat? Berarti jika di tempat yang tepat tangan Bara akan nakal, iya?. Awas ya kau Bara!.

Setelah itu mereka lebih memilih diam sembari menikmati hangatnya malam itu. Dan selang beberapa menit setelah pidato dari yang menurut murid-murid semacam Bara tidak berguna, akhirnya kini tiba acara yang ditunggu-tunggu. Yaitu berhiburr.

Karaoke adalah hiburan yang mereka pilih. Siapapun yang bersedia menjadi biduan dipersilahkan maju. Dengan pedenya Daniel dan Gion maju kedepan. Tak lupa Gion mengajak kekasihnya - Via untuk menjadi biduannya. Dan Via orangnya memang bar-bar sama seperti pacarnya jadi mau-mau saja di ajak karaoke meskipun ia tak percaya jika suaranya akan seindah suara Happy Asmara.

"Mau request lagu apa man temann??" tanya Daniel dengan pedenya.

"Cidro loro!"

"Tanpa batas waktu!"

"Iya tanpa batas waktu!"

"Blekping!"

"Bi ti es!"

"Ekso!"

"Mantan djancuk!"

"Tanpa batas waktu aja wis!".

"HARAP TENANG HARAP TENANG" ujar Daniel seraya menengadahkan tangannya menenang anak-anak dibawahnya. Sudah seperti pak presiden yang tengah berpidato didepan ibu-ibu PKK.

"Karena suara terbanyak lagu tanpa batas waktu, jadi lagunya Tanpa batas waktu aja ya? Oke.".

"TARIKK SISSS..." Seru Gion.

"SEMONGKOOO" jawab anak lain dengan kompak.

Musik diputarr dan Via mulai mendendangkan lagunya. Untung saja Via hafal lagu itu. Via sering menyanyikannya jika sedang boker. Dengan suara cempreng-cempreng basah Via bernyanyi sesuai iringan musik lagu Tanpa Batas Waktu (koplo) dari Syahiba Saufa yang diputar di salon bluetooth disana.

🎵🎵🎵

"AKU MASIH ADA DISINI

MASIH DENGAN PERASAANKU YANG DAHULU

TAK BERUBAH DAN TAK PERNAH BERBEDA

AKU MASIH YAKIN NANTI MILIKMUU

AKU MASIH DITEMPAT INI

MASIH DENGAN SETIA MENUNGGU KABARMU

MASIH INGIN MENDENGAR SUARAMU

CINTA MEMBUATKU KUAT BEGINI"

Daniel dan Gion berjoget di sebelah Via dan sesekali menyawernya dengan daun-daun kering. Dan supaya terlihat seperti biduan, Via menerima daun-daun kering itu seraya terus berdendang dengan lihai.

"AKU MERINDU..

KUYAKIN KAU TAUU

TANPA BATAS WAKTUUU

KU TERPAKU

AKU MEMINTA

WALAU TANPA KATAA

CINTA BERUPAYAA

ENGKAU JAUH DI DO'A

TAPI DEKAT DI MATA

KU TAK MERINDUKANMUU!"

Via sengaja memelencengkan lagunya untuk menyindir Gion. Kasian kau Gion.

( HO A HO EEE )

"AKU MASIH DI DUNIA INI

MELIHATMU DARI JAUH BERSAMA DIAA

WALAU PASTI KU TERBAKAR CEMBURUU

TAPI JANGANLAH KAU KE SINI-SINII"

( HO A HO EE E' EE )

"AKU MERINDU..

KUYAKIN KAU TAUU ( DOBRAK! DOBRAK HE LELELE YA! )

TANPA BATAS WAKTUUU

KU TERPAKU

AKU MEMINTA

WALAU TANPA KATAA

CINTA BERUPAYAA

ENGKAU JAUH DI DO'A

TAPI DEKAT DIMATAA

KU TAK MERINDUKANMUU"

Yang didalam kurung itu suara Daniel dan Gion ya.

Via berjoged dengan gemulainya. Tak kalah gemulai dengan jogetan maut Vita Alvia. Penonton sampai terbahak-bahak melihat jogetan Daniel dan Gion. Jogetan yang gila. Bokong Daniel berputar begitu mahirnya. Sedangkan Gion memaju mundurkan bokongnya dengan ekspresi sensual yang sangat menggelikan untuk dipandang.

"SHAKE YOUR BOKONG! BOKONG UP! BOKONG UP!" suara Daniel.

"AKU MERINDU

KU YAKIN KAU TAUU

TANPA BATAS WAKTUU

KU TERPAKU

AKU MEMINTA

WALAU TANPA KATAA

CINTA BERUPAYAA

ENGKAU JAUH DI DO'A

TAPI DEKAT DI MATA

KU TAK MERINDUKANMUUU"

( IHHHIRRR JRET! JRET! JRET! AH! )

Bara, Raka, Salju, Chira dan Resti hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan bobrok temannya. Tak berniat sedikitpun untuk ikut gila seperti trio cacing itu.

Dan kegilaan itu berakhir sampai jam dua dini hari.


















~thanks for reading~

Continue Reading

You'll Also Like

804K 22.8K 55
Zanna tidak pernah percaya dengan namanya cinta. Dia hanya menganggap bahwa cinta adalah perasaan yang merepotkan dan tidak nyata. Trust issue nya so...
161K 131 27
warning! Cerita khusus 21+ bocil dilarang mendekat!! Akun kedua dari vpussyy Sekumpulan tentang one shoot yang langsung tamat! Gak suka skip! Jangan...
250K 5.2K 17
Kesepakatan gila yang diberikan Gavriel lalu disetujui penuh oleh Baek Dahyun, secara singkat membuat hidup Dahyun berubah drastis. Keduanya menjalin...
2.4M 128K 28
Madava Fanegar itu pria sakit jiwa. Hidupnya berjalan tanpa akal sehat dan perasaan manusiawi. Madava Fanegar itu seorang psikopat keji. Namanya dike...