Little Promise ( AS 3 )

By Salwaliya

6.3M 1.1M 1M

Di mana ada Nathan, di situ ada Zia. Nathan tidak bisa melepas Zia, itulah masalahnya. Berada di samping cewe... More

Prolog ⛅️
1 πŸŒ₯
2⛅️
3.⛅️
4.πŸŒ₯
5⛅️
6⛅️
7⛅️
8⛅️
9πŸŒ₯
10πŸŒ₯
11 ⛅️
12⛅️
13⛅️
14πŸŒ₯
15πŸŒ₯
16πŸŒ₯
17πŸŒ₯
18πŸŒ₯
19πŸŒ₯
20πŸŒ₯
21πŸŒ₯
22πŸŒ₯
Let's date?
23πŸŒ₯
24πŸŒ₯
25πŸŒ₯
26πŸŒ₯
27πŸŒ₯
28πŸŒ₯
29⛅️
30πŸŒ₯
31πŸŒ₯
32⛅️
33πŸŒ₯
34⛅️
35πŸŒ₯
36πŸŒ₯
37⛅️
38πŸŒ₯
39πŸŒ₯
40πŸŒ₯
41⛅️
42⛅️
43⛅️
44πŸŒ₯
45
46⛅️
47πŸŒ₯
48πŸŒ₯
49πŸŒ₯
50πŸŒ₯
51πŸŒ₯
52 πŸŒ₯
53⛅️
54πŸŒ₯
55πŸŒ₯
56πŸŒ₯
57πŸŒ₯
58πŸŒ₯
58πŸŒ₯
60πŸŒ₯
61⛅️
62⛅️
63πŸŒ₯
64πŸŒ₯
65πŸŒ₯
SEASON 2
1 (2) ⛅️
2 (2)
3 (2) πŸŒ₯
4 (2) πŸŒ₯
5 (2)
6 (2) πŸŒ₯
7πŸŒ₯
8πŸŒ₯
9⛅️
10πŸŒ₯
11πŸŒ₯
13πŸŒ₯
14πŸŒ₯
15⛅️
16πŸŒ₯
THE END
ANAK ZIA NATHAN
212 Days
ALEGA SERIES 10 BESOK!

12πŸŒ₯

81.3K 15.3K 19.3K
By Salwaliya

capek komen di cerita gue ga sih :( kadang tuh bacaiin beribu" komen gue spontan ngomong, astaga sayang bgt sama alegars... kayak berasa cerita gue dihargaiin bgt













12. Susah ditebak






"Jadi, lo bohong sama Nathan kalo lo selingkuh, padahal..."

"Lo diancem sama bokapnya Nathan kalo lo nggak bisa bikin dia ikut ke luar negeri, perusahaan papah Arion bisa dihancurin?" lanjut Ale.

"Dan selama enam tahun ini lo sembunyiin dari kita," sahut Luna lagi. Lalu menggeleng tak habis fikir. "Sumpah ya..."

"Bangke, berasa dibadutin gue enam tahun," lirih Ale antara frustasi dan gemas. "Ini Ical tau, Luna juga--"

"Gue baru tau anjir." protes Luna.

"Kenapasih kalo lagi ada masalah nih gue taunya paling terakhir, kayak, tau tau putus, tau tau berantem, tau tau baikan," sungut Ale jengkel sendiri.

Jujur Zia bersyukur setidaknya mereka tidak meninggalkannya di saat-saat terpuruk. Semua masih tetap berhubungan baik dengannya dan menghargai adanya Zia. Dia pikir akan ada drama pihak-pihakan.

Zia yang sedang mengaduk milkshakenya menggedikan bahu, tak mau menatap ketiga sahabatnya yang sudah ingin melempar Zia ke rawa-rawa.

"Zi, gue nggak bisa nggak marahin lo sumpah," ucap Ale. "Lo salah banget kali ini."

"Dia gitu demi bokapnya kan," balas Ical membuat Zia mengangguk sedih. "Emang dia mau ada di posisi kayak gitu?"

"Kenapa sih nggak minta bantuan kita?" tanya Ale. "Gue berasa nggak berguna banget anjir jadi sahabat."

"Gue takut kalo Nathan tau duluan terus dia nyerang bokapnya," balas Zia dengan sendu. "Lagian ada bagusnya dia di sana langsung jadi pewaris bokapnya."

"Lebih tepatnya lo diancem terus," sahut Ical.

"Nih gue tebak cuma Ical doang yang lu kasih tau," ucap Ale. "Iya kan?? Jelas."

"Sabar aja gue," Luna mengelus dadanya. Agak kecewa padahal dia sudah berulang kali meminta Zia curhat padanya.

"Zi, Nathan 6 tahun ini pasti kesiksa banget ," ucap Luna. "Nggak bisa bayangin susahnya percaya kalo lo selingkuh, terus dipaksa ke luar negeri, balik-balik ternyata diboongin lagi,"

"Sekarang lo tetep nggak mau balik sama dia." balas Ale lagi. "Remuk dah tu si Nathan."

Ical gantian menatap Zia, tak ingin menambahi menyudutkan cewek itu. "Lo serius udah move on dari dia? Gue nggak percaya loh, Zi."

"Udah kok." balas Zia sambil membuang muka. Nampak sekali sedang berdusta.

"Lo udah tau kan Chara bukan pacar asli Nathan? Dia cuma dibantu Nathan doang, sekarang nunggu apasih??" tanya Luna gemas sendiri.

"Ohiya tuh cewek," gumam Ale. "Padahal kan gue nganggur ya. Malah milihnya modelan Nathan,"

"Inget cewek lo bego," umpat Ical. "Digorok mampus."

"Plis deh kalian ngomong enak banget, jadi gue sini, lo pikir nggak beban asal nerima dia abis nyakitin? Berasa nggak tau diri gue tuh," kesal Zia dengan mata berkaca-kaca.

"Berarti belom move on." balas Ale tepat sekali. Zia langsung terbungkam. "Cinta kalian tuh kayak Romeo and Juliet,"

"Sad ending?" balas Luna sambil menaikan alis.

Ale menggeleng. "Pada demen berkorban."

"Tapi kayaknya alesan lo bukan itu doang," ucap Ical.

"Zi terus terang aja deh ayooo, kita nggak sebego itu kok sampe nggak bisa bantu lo," ucap Luna sambil meraih bahu Zia mencoba meyakinkan.

Cewek itu jadi menunduk sambil menggeleng. "Bukan gitu astaga... gue tuh," Zia malah terisak. "Gue ragu..." katanya dengan air mata menetes deras.

"Abis dari rumah Nathan ada ngechat atau datengin elo nggak?" tanya Ale.

Zia menggeleng lirih. "Dia muak banget sama kelakuan gue."

"Tar gue minta Gibran ngomong coba," ucap Luna. "Dah ahh jangan nangis, cup cup."

Zia yang masih menangis menggeleng. "Dah lah nggak usahhh lo tuh malah makin rumit."

"Lagian Nathan apa-apa curhatnya ke Gibran, nggak bisa dihindarin lah Zi." sahut Ical membuat Zia diam.







⛅️⛅️⛅️⛅️⛅️⛅️⛅️







"Zi," Luna datang sambil membawa tumpukan kertas. Meletakkan barang tersebut di meja Zia membuat cewek itu menganga dan berhenti mengetik.

"Ini apa lagi???" tanyanya pelan. Tak ingin yang lain mendengar.

Luna tersenyum manis. "Selamat sibuk sayang, itu ada referensi silang catatan dari Bu Amar. Dia minta di pisahin sesuai tanggal minggu lalu, lo bawa semua ke gudang berkas. Harus selesai today ya,"

Zia menghembuskan napas berat, menatap tumpukan itu dengan wajah tak berselera. "Gue nggak bisa sendiri kayaknya,"

"Duhh, Gibran udah nunggu di luar nih gimana dong?" Luna sok-sokan berekspresi sedih. "Maaf ya Zi, bye!"

Zia menatap kepergian Luna dengan dengusan, kemudian beranjak dan mengangkat tumpukan berkas itu menuju ke gudang. Memang ini profesinya di kantor, keliatannya simple tapi bisa menghabiskan waktu seharian.

"Zia?" Pintu gudang terbuka.

Zia yang sedang memisahkan kertas menoleh. "Ehhh kok disini, Ga??"

"Kata Mba Anti kamu sibuk banget ya?" tanyanya. "Perlu bantuan?"

Senyum Zia langsung merekah. "Nggak lagi sibuk kan?"

Verga tersenyum sambil menggeleng, kemudian membuka pintu dan masuk. Ikut duduk di samping Zia. "Banyak banget gini, Zi."

"Biasalah hobi Bu Amar bikin sibuk orang," katanya.

Verga terkekeh. "Padahal kan tugas kamu cuma naroh berkas aja ya kenapa direpotin suruh misahin sih, heran."

"Kemaren kan sempet ambil libur, nggak kaget kalo gini mah."

Verga mengangguk paham, lalu melirik Zia sambil tersenyum. "Makan siang dulu yuk? Biar ada tenaga,"

Zia menaikan alis. "Tapi ini?"

"Ya kan bisa balik kesini lagi, keburu lauknya diabisin." katanya sambil beranjak, mengulurkan tangannya pada Zia. "Yuk,"

Zia diam sesaat, kemudian terkekeh dan menerima uluran tangan Verga. Mereka berdua lanjut mengobrol sambil berjalan menuju kantin kantor karena jam makan siang sudah dimulai.

"Gila langsung rame gitu," gumam Zia.

"Kamu ambil tempat dulu, aku bawaiin minumnya." suruh Verga.

Zia mengangguk, meletakkan hpnya di salah satu meja kemudian duduk di sana. Menyapa beberapa teman kantornya yang kebetulan dekat dengannya.

"Zi, makin deket aja sama Verga lu," seru salah satu cewek.

"Heh makan doang astaga," balas Zia sambil tertawa. "Mba Tika kapan sebar undangan nikah nih??"

"BESOK BESOKKK."

"Zi, gue mau ngundang kalo lo perginya sama Verga!!"

"Setujuuu!"

"Apasih," Zia menggeleng sambil terkekeh kecil. Lalu menunduk untuk membuka hpnya, sekedar memeriksa apakah ada chat masuk dari papah.









Nathan : kantor lo deket kafe papah kan






Mampus.  Apa lagi ini....




"Itu ganteng banget siapa buset???"

"Mana mana??"

"Ehiya demi apa..."



Zia perlahan mengangkat kepala. Makin tidak enak perasaannya.



"Anak kantor sini??"

"Nggak deh nggak pernah liat gue."

"Hehhh orangnya jalan kemariiii, buset wanginya sampe sini."

Zia memejamkan matanya sesaat, kemudian menoleh menatap sosok Nathan yang berjalan dengan jaket coklatnya. Melangkah tenang dengan menatap lurus Zia. Seisi kantin sampai dibuat melongo dengan kehadiran pria itu.


Cowok itu... benar-benar.


Verga yang baru datang membawa makanan dan duduk memandang Zia aneh. "Muka kamu kenapa gitu?"

Zia menelan salivanya, tepat ketika Verga duduk Nathan berdiri di hadapan mereka. Makin ramai suasana kantin menyaksikannya.

"Zia."

Zia mendelik, menatap sekitar tidak nyaman. "Lo ngapain kesini??" bisiknya.

"Jemput elo," jawab cowok itu dengan santai. Lalu melirik cowok di depan Zia dengan alis terangkat. "Dia siapa?"

Verga menyerngit, menatap keduanya bingung. "Loh, bukannya dia CEO kantor itu?" tanyanya balik. "Zi? Dia kenal kamu?"



"Oh lo cowok dia?" tanya Nathan membuat Zia makin melotot. "Putusin aja."



"Nath!" Zia beranjak dan mencekal lengan Nathan, tapi cowok itu tetap berdiri dengan tenang. Menatap Verga yang sedang dibuat bingung.

"Maksudnya apa ya?" Verga terkekeh heran, sepertinya memang orang kenalan Zia.

"Putusin aja, lo cuma dijadiin pelampiasan sama nih cewek. Jangan mau diboongin," katanya membuat seisi kantin makin heboh.

Zia sudah menunduk, menutup wajahnya malu. Menghindari panggilan Mba Tika dari seberang sana. Sebentar lagi akan hadir gosip kantor yang membawa-bawa namanya.

"Ikut gue." tegas Zia menarik tangan Nathan dan membawanya pergi dari sana. Cowok itu hanya menaikan bahunya acuh.

"Dia beneran cowok lo?"

"Diem nggak!"

"Lah gue salah?"

Zia berhenti melangkah ketika keluar dari kantin, menghadap pada Nathan dengan ekspresi tak habis fikir. "Lo sumpah ya..." Cewek itu berdecak bingung. "Mau lo apasih?"



Nathan memandang Zia lama, kemudian mengangkat bahu. "Lo harus tanggung jawab."

"Tanggung jawab apasih??" Cewek itu hendak marah tapi teringat lagi ucapan Nathan waktu itu. Ia kemudian melengos. "Jangan childish Nath please."

"Gue mau nuntut apa yang hilang di hidup gue lima tahun ini."

"Apasih yang hilang astaga,"




"Zia gue."



Cewek itu terkesiap, langsung dibuat bungkam.


"Balikin Zia gue yang dulu," kata cowok itu. Lalu secara tiba-tiba meraih pinggang Zia mendekat, sampai jarak mereka menipis. Zia seketika melotot kaget.

"Lo tau nggak ini lagi di kantor??"

"Mau pindah aja?" tanya Nathan pelan. "Ke rumah?"

Zia mendelik, langsung mendorong dada Nathan menjauh. "Gila lo ya??"

Nathan menggedikan bahu sambil tersenyum miring. "Gue cuma nawarin kan? Lagian gue udah balik ke rumah itu."

"Balik ke rumah... hah? Maksud lo rumah papah??" pekik cewek itu. Menutup mulutnya saat sadar ada yang memperhatikkan.

Nathan mengangguk enteng. "Gue tinggal sana lagi."



Gila. Kenapa jadi begini. Kenapa semua tidak berjalan sesuai rencananya?????!



Nathan melangkah mendekat, mengulurkan tangannya sambil menyelipkan helaian rambut Zia. Lalu memiringkan wajah dan mendekat pada telinga cewek itu. "Jangan harap hidup lo tenang," bisiknya.

Zia cuma bisa melongo, kayak orang bego. Mati rasa tubuhnya sampai bingung mau merespon apa. Memandang kepergian Nathan dengan tungkai melemas.



Nathan emang susah ditebak....




Tbc

harapan shipper zia 📈📉📈📉📈📉📈📉📈

besok kayaknya gabisa update hehe, hari penting soalnya

Continue Reading

You'll Also Like

561K 39.3K 61
Dokter Rony Mahendra Nainggolan tidak pernah tahu jalan hidupnya. Bisa saja hari ini ia punya kekasih kemudian besok ia menikah dengan yang lain. Set...
741K 9.8K 31
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
4.7M 174K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
608K 96.8K 39
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...