Dikhitbah Pak Dosen

By KAK_IKI

359K 23.5K 1.1K

Alangkah baiknya follow akun penulis terlebih dahulu sebelum membaca, karena itu adalah sebuah penghargaan ba... More

Prolog
Main Cast
BAB - 1
BAB - 2
BAB - 3
BAB - 4
BAB - 5
BAB - 6
BAB - 8
BAB - 9
BAB - 10
BAB - 11
BAB - 12
BAB - 13
BAB - 14
BAB - 15
BAB - 16
BAB - 17
BAB - 18
BAB - 19
BAB - 20
BAB - 21
BAB - 22
BAB - 23
BAB - 24
BAB - 25
BAB - 26
BAB - 27
BAB - 28
BAB - 29
BAB - 30
BAB - 31
BAB - 32
BAB - 33
BAB - 34
BAB - 35
BAB - 36
BAB - 37
BAB - 38
BAB - 39
BAB - 40
BAB - 41
BAB - 42
BAB - 43
BAB - 44
BAB - 45
LAST BAB
EXTRA BAB I
EXTRA BAB II
UHIBBUKA FILLAH
-DIKHITBAH PAK DOSEN-
PLAGIAT

BAB - 7

7K 570 9
By KAK_IKI

SELAMAT MEMBACA

-Drama sesungguhnya, dimulai. Padahal gue bukan aktris-

"Mama? Siapa Mas? Kamu punya pacar baru?"

Seakan menghindar dari pertanyaan maut itu, Fadil pergi membawa anak kesayangannya bermain ke luar rumah, tepatnya ke taman kecil yang berada tepat di depan rumahnya.

"Raya sayang, kita main dulu yok ke depan!" ajak Fadil dengan raut muka yang sewajarnya ia tujukan kepada anak-anak.

"Ayok Pa, Laya pengin main juga," sahut Raya, dengan ekspresinya yang menggemaskan.

Seolah tidak dianggap, wanita bernama Cintya itu mendengus kesal dan menghentak-hentakkan kakinya ke lantai. "Ihh, ngeselin banget, sumpah! Gue dijadiin obat nyamuk?"

"Mas tunggu!" teriaknya sambil berlari mengejar Fadil serta Raya yang sudah berjalan lebih dulu.

"Papa, papa nanti pelgi lagi, gak?" tanya Raya, dengan suara yang masih terbata-bata-belajar berbicara.

Fadil tersenyum tipis, seraya berjongkok menyetarakan tingginya sama dengan Raya, lalu mengusap rambut hitam milik anaknya. "Iya Sayang, nanti papa mau ke kampus lagi, kan papa mau ngajar kakak-kakak kuliah, nanti Raya kalo udah gede mau jadi apa?" tanya Fadil sambil mencolek hidung mancung Raya di akhir kalimatnya.

Terlihat Raya sedikit menggerakkan bola matanya ke atas, berpikir. "Eumm, Laya mau jadi ... polisi Pa! Supaya bisa nangkep penjahat!" seru Raya bersemangat, ia terlihat sangat benci dengan penjahat.

"Wah anak papa bakal jadi orang kuat dong ya, Raya mau jadi polwan nih berarti, ya."

"Papa, bukan polwan, tapi polisi," jelasnya dengan sedikit menaik-turunkan jarinya memperjelas.

"Hehe iya, papa salah."

"Jangan ulangi lagi ya, Pa."

"Eh, Raya diajari sama siapa ngomong kayak gitu?"

"Papa dong, kan papa suka bilang gitu sama olang lain."

Prak! Prak!

"Mas, masa aku diginiin aja, aku udah dandan gini lho, Mas!" teriak Cintya kesal.

Sejenak, Fadil menghela napas pelan, berdiri lalu melangkah mendekat ke Cintya. "Kamu pergi aja sendiri, saya masih ada banyak urusan, kamu tau sendiri, kan? Saya baru aja pindah ke jadi dosen di kampus yang berbeda, dan saya gak mau dong, dicap sebagai dosen yang tidak taat aturan."

"Ya gak gitu juga Mas, kan kamu sendiri yang bilang di telepon minggu kemarin, katanya hari ini mau nemenin aku ke mall."

"Emang kamu mau beli apa di sana?"

"Ya beli bedak, baju, sepatu, tas baru lah Mas, tas ini udah jelek."

Fadil mengusap wajahnya pelan. "Jelek kamu bilang? Perasaan kamu beli tas ini bulan kemarin, lho. Sekarang udah bilang jelek? Kamu apain tasnya? Kamu jadiin keset? Atau lauk makan malam?"

"Ihh, Mas tuh gak tau masalah cewe, makanya gak ngerasaain!" ujar Cintya kesal, dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Perasaan Raya cewe, dia gak banyak barang yang dibeli."

"Ihh, dia kan anak kecil, Mas."

"Ya kamu juga sama, kayak anak kecil! Ya sudah, ayo Raya, kita masuk," kata Fadil seraya merangkul anaknya, masuk ke dalam rumah.

"Ih, kok aku ditinggal?! Mas, ayo!"

Sejenak Fadil berhenti tepat di depan pintu, menoleh ke belakang. "Kalo mau beli tas atau baju, beli aja di shopee, lagi ada diskon gratis ongkir tuh!"

"Dih, belanja online dong! Aku maunya sama Mas! MAAAAS! IIIIIHHHH!"

***

"Mbak, tolong ini gimana ya? Aku mau save filenya tapi gabisa?" keluh salah seorang pria pengguna komputer di tempat Nada sekarang bekerja.

Gadis itu menengok ke belakang, sesegera mungkin ia mendekat, ia harus mendapatkan nilai pegawai dengan pelayanan tercepat di mata bosnya, harus.

"Oh ini, mungkin tombol mouse-nya udah agak rusak, coba ditekan agak kuat."

Menuruti intruksi yang diberikan Nada, pria itu mencoba menekan dengan sedikit lebih kuat pada tombol mouse. Syukurlah, semuanya selesai dengan baik.

"Wah, bener, makasih, Kak," ucapnya.

"Iya, Alhamdulillah. Kalo selesai, bawa ke saya aja ya, nanti saya kasih plastik."

"Siap, Kak."

Nada kembali ke tempat asalnya, selain fotocopy, ternyata tempat kerjanya ada komputer, sangat ramai oleh kalangan mahasiswa dan pelajar SMA, tak jarang rombongan anak kecil yang tidak paham menggunakan komputer datang ke tempat ini, sangat lucu bagi Nada.

Drrttt! Drrtt!

Ponselnya bergetar, sedikit memberikan efek kejut bagi Nada. "Syifa? Ngapain nelpon gue?" gumamnya, sambil mengusap layar ponsel ke atas.

"Assalamualaikum, Syifa, ada apa? Kok nelpon, kan udah tau gue lagi kerja, kalo mau makan ada di dapur."

"Waalaikumussalam, oy gue bukan mau makan! Seolah-olah lu, mentang-mentang gue suka makan."

"Hehe, lagian sih, emang kenapa? Minta bantuin tugas?"

"Bukan, ini ada orang ganteng banget!"

Nada mengernyit kebingungan. "Maksudnya? Terus, lo nelpon gue cuma mau ngasih tau itu?"

"Aduh, masalahnya ini cowonya ganteng, abis itu nyariin lu!"

"Hah? Nyariin gue? Emang siapa?"

"Ya mana gue tau, ya Allah, ganteng banget sih, mana dia duduk di sofa depan pula!"

"Lah, terus sekarang lo ada di mana?"

"Gue di kamar! Ini sambil ngintip dari kaca, dia minum aja ganteng, apalagi pas tadi senyum, aww!"

"Tapi gue lagi kerja, gabisa pulang."

"Ya, terus gimana, bilang aja ya kalo lu kerja?"

"Iya, lagian siapa sih, perasaan cowo yang gue temuin di kampus jelek semua, eh bukan jelek, maksudnya biasa aja."

"Wah berarti mata lo emang harus diperiksa sih Nad, masa cowo ter ... aww! Ganteng gini gak tau?"

"Udah ah, gue mau kerja, gue matiin ya, Wassalamualaikum."

Tiiiiiit!

Panggilan terputus, lebih tepatnya sengaja dimatikan oleh Nada, ia tak mau diganggu di jam kerja, ia harus fokus.

"Emang siapa sih?" gumam Nada.

***

Syifa mencoba melangkah keluar dari kamarnya, sekuat mungkin ia menahan dirinya agar tidak teriak. "Maaf, Kak. Nadanya lagi kerja, dia gak bisa pulang katanya, takut kena marah bos katanya, hehe."

"Oh gitu, ya sudah, tempat kerjanya di mana?" tanya pria itu.

"Nanti di depan sana, ada pengkolan lampu merah, intinya gak jauh dari sini kok, nanti ada fotocopy-an agak gede, nah di sana."

"Owh okey, makasih, saya pamit, ya."

"Sama-sama, Kak."

Setelah merasa dirinya sendirian kembali, sekencang mungkin Syifa berteriak menahan jantungnya yang berdegub kencang. "Aww! Sumpah itu bukan manusia! Itu malaikat! Fix, Nada harus kenalin gue sama tuh orang!"

***

"Total semuanya lima belas ribu, Kak."

"Ah oke, ini Kak uangnya."

"Sip, sebentar ya, saya ambil kembaliannya."

"Kak, pena ini berapa?"

"Dua ribu, Kak."

"Ya sudah, kembaliannya ini aja Kak, saya ambil dua, seribunya gapapa."

"Wah Alhamdulillah, makasih ya."

"Iya, saya pulang ya."

"Iya, terima kasih, semoga kembali lagi."

Sesederhana itu Nada merasakan kebahagiaan. Kalau bisa, Nada berharap semua pelanggan bersikap sama dengan pria itu, sangat ramah.

Nada seketika tersenyun sendiri, sangat jarang pria seramah itu ia jumpai.

Habis terang, datanglah gelap. Mungkin kalimat itu sangat pantas Nada ungkapkan dalam hatinya. Baru saja ia merasakan kebahagiaan, namun badai ganas seolah datang.

"Eh, Bapak? Ngapain ke sini?" tanya Nada sedikit kaget.

"Heh, ini kan tempat fotocopy, ya saya mau fotocopy dong! Kenapa? Kamu mikir saya ngeliatin kamu di sini, iya? Ge-er."

"Dih, siapa juga yang berharap Bapak nyariin saya, yang ada saya berharap Bapak pergi dari sini."

"Udah jangan banyak ngomong, ini KTP saya, fotocopy sepuluh rangkap, bolak balik, harus rapi, jangan item, kalo bisa terang."

"Buset, Pak. Bapak pikir saya jadi mesinnya? Ya kalo mau, bapak mintanya sama mesin, bukan sama saya."

"Ck. Kamu ngoceh terus, cepet lakuin aja, susah amat."

"Hufft, bentar," seru Nada ketus.

"Kamu udah berapa lama kerja di sini?" tanya Fadil datar.

"Baru kemarin, Pak," jawab Nada sambil memotong kertas sisa.

"Gajinya gede?"

"Gak penting gajinya gede atau nggak, Pak, yang panting berkah."

"Kamu jadi asisten saya aja, tapi gajinya cuma empat juta sebulan, ya itung-itung bisa bantu kamu buat beli makan temanmu itu."

"What? Empat juta? Kerja apa, Pak? Nonton video?"

"Heh, enak aja, tugasnya jagain Raya."

"Hah? Mama muda dong!"


BERSAMBUNG

TERIMA KASIH karena sudah ajak teman kalian ke sini.

Continue Reading

You'll Also Like

63K 5.2K 15
๐—ฆ๐—˜๐—ค๐—จ๐—˜๐—Ÿ ๐—”๐—ฆ๐—ฆ๐—”๐—Ÿ๐—”๐— ๐—จ'๐—”๐—Ÿ๐—”๐—œ๐—ž๐—จ๐—  ๐— ๐—ฌ ๐—ช๐—œ๐—™๐—˜ SELESAI [PART MASIH LENGKAP] [๐—ฆ๐—ฝ๐—ถ๐—ฟ๐—ถ๐˜๐˜‚๐—ฎ๐—น-๐—ฅ๐—ผ๐—บ๐—ฎ๐—ป๐—ฐ๐—ฒ] โš ๏ธ๐—”๐—ช๐—”๐—ฆ ๐—•๐—”๐—ฃ๐—˜๐—ฅโš ๏ธ ๏ฟฝ...
327K 24.3K 52
Reswara adalah seorang guru Pendidikan Agama Islam yang dijodohkan dengan Anindya---gadis yang tak lain merupakan anak didiknya sendiri. Keduanya tid...
1.4K 208 19
bร—b jangan salah lapak jaehyuk ร— asahi
137K 7K 52
[sebelum baca jangan lupa follow ya:] Maaf jika ada kesamaan nama, latar belakang, atau tempat, karena ini murni haluan Author ya:) Jangan diliat dar...