Little Promise ( AS 3 )

By Salwaliya

6.3M 1.1M 1M

Di mana ada Nathan, di situ ada Zia. Nathan tidak bisa melepas Zia, itulah masalahnya. Berada di samping cewe... More

Prolog ⛅️
1 🌥
3.⛅️
4.🌥
5⛅️
6⛅️
7⛅️
8⛅️
9🌥
10🌥
11 ⛅️
12⛅️
13⛅️
14🌥
15🌥
16🌥
17🌥
18🌥
19🌥
20🌥
21🌥
22🌥
Let's date?
23🌥
24🌥
25🌥
26🌥
27🌥
28🌥
29⛅️
30🌥
31🌥
32⛅️
33🌥
34⛅️
35🌥
36🌥
37⛅️
38🌥
39🌥
40🌥
41⛅️
42⛅️
43⛅️
44🌥
45
46⛅️
47🌥
48🌥
49🌥
50🌥
51🌥
52 🌥
53⛅️
54🌥
55🌥
56🌥
57🌥
58🌥
58🌥
60🌥
61⛅️
62⛅️
63🌥
64🌥
65🌥
SEASON 2
1 (2) ⛅️
2 (2)
3 (2) 🌥
4 (2) 🌥
5 (2)
6 (2) 🌥
7🌥
8🌥
9⛅️
10🌥
11🌥
12🌥
13🌥
14🌥
15⛅️
16🌥
THE END
ANAK ZIA NATHAN
212 Days
ALEGA SERIES 10 BESOK!

2⛅️

84.4K 14.2K 6.9K
By Salwaliya

kayaknya gua gapernah bilang bakalan sad ending deh... :) chill aja, sayang zia akutuhhh








2. Gimana mau bosen...









Gimana ya, cara jelasin hubungan Nathan sama Zia....



Mungkin orang menganggap, Zia cewek nggak tau malu yang masih ngejar Nathan walaupun ditolak terang-terangan berkali-kali.Tapi sebenernya, nggak sengenes itu nasib Zia.

Zia menyatakan cintanya saat SD, dan Nathan menolak karena tidak ada perasaan sama sekali. Tapi Nathan ngambek saat Zia tidak mau diajak bermain. Lalu SMP entah berapa kali Zia mengajak pacaran dan Nathan tidak mau, tapi tetap berada di sisi cewek itu sampai SMA.



Dan sekarang semua keadaan berbalik, itulah yang membuat Zia kecewa.



Nathan udah nggak kayak dulu yang terang-terangan melarang Zia menjauh, malah sekarang Zia yang terus memaksa Nathan untuk selalu di dekatnya meski ia ditolak berulang kali.

Apa mentang-mentang semakin dewasa mukanya tambah cakep ya? Sedangkan Zia gitu-gitu mulu...

"Nath," Zia yang sedang menonton Nathan masak mie menopang dagunya menatap cowok itu.

"Nath, cabenya utuh aja!" teriak papah dari ruang tamu.

"Iya, Pah." balas Nathan. Lalu melirik Zia yang masih menatapnya. "Paan?"

Zia menghela napas sedih. "Pacaran sama gue yuk, udah putus lagian. Bosen jomblo gue tuh,"

Nathan berdecak, mengarahkan sendoknya untuk menyuapi Zia. "Pas?"

Zia mengecap rasanya, lalu menggeleng. "Kurang pedes," katanya dibalas anggukan oleh Nathan.




Kan dicuekin lagi....



"Lo beneran gamon sama Yohana ya? Ale bilang gitu," ucap Zia dengan wajah cemberut. "Gitu kenapa diputusin sih, bikin orang berharap aja."

"Gue dilabrak bokapnya." ungkap Nathan pada akhirnya, membuat Zia melebarkan matanya.

"Bokapnya kenapa?"

"Ngelarang pacaran."

"Terus lo iyaiin??" tanya Zia.

Nathan mengangguk.

"Oh emang bego," umpatnya jadi lupa harusnya Zia seneng. Nathan hanya mendengus saja. "Ngapain malah nurutin bokapnya sih."

"Yohana juga mau-mau aja diputusin,"

"Fiks Yohana lebih bego, jadi dia gue nangis." balasnya labil.

"Bego," Nathan mengetuk kepala Zia dengan sendok. Ingin sekali membuka isi kepala cewek mungil ini dan membuang sampah di dalamnya.

"Makanya sama gue aja, nggak bakal dilabrak siapa-siapa." kata Zia lagi-lagi blak-blakan. "Mau ya?"

"Enggak."

"Dih sok cakep." sinis Zia.

"Mana mie nya lama banget sih!" teriak Arion. "Laper loh ini papah."

"Pah cabenya malah dipotong-potong sama Nathan!" teriak Zia jahil. Sengaja membalas dendam.

"Nath buat lagi!"

"Anj," Nathan menatap Zia kesal. Mendorong badan kecil itu menjauh dan keluar dari dapur. Membuat Zia terbahak puas.

"Pah, Zia pake baju crop." Kini Nathan gantian yang menjahili membuat Zia tidak jadi keluar dari dapur.

Arion langsung menoleh dengan tatapan tajamnya. "Mana anaknya?"

"Enggak Pah sumpah!" teriak Zia sambil menyumpah serapahi Nathan.

"Enggak kenapa sembunyi??!"

Nathan malah duduk dengan santai di kursinya sambil menonton tv bersama Bintang dan Bulan.

"Zia ganti nggak?!"

"Iya iya!"

"Papah robek loh baju kamu!"

"Robek aja semua biar nggak pake baju sekalian!"

"Zia!"

Zia kembang kempis di dapur, menarik bajunya ke bawah lalu menunduk menghindari tatapan tajam dari papahnya. Ia kemudian menjambak rambut Nathan dengan kasar membuat cowok itu mengumpat.

"Nathan tai." kesalnya langsung naik ke atas.

Nathan menoleh dengan wajah kesal. Lihat, suka rese tapi direseiin balik ngamuk. Namanya aja Zia.





🌥🌥🌥🌥🌥🌥








Senin itu, semua murid berkumpul di lapangan untuk upacara. Ada yang masih bergerombol di kamar mandi itu membenarkan seragam mereka. Ada para ambis yang sudah stay dari tadi, lalu bagian anak nakal yang harus dikejar Pak Aji dulu agar segera ke lapangan.

Dan rombongan anak 11 IPA 5 yang bandelnya minta ampun. Nggak heran guru pada jengkel.

Pak Aji sekarang kejar-kejaran sama Ale dan Ical karena bocah dua itu asyik-asyikan putar musik koplo di saat Pak Aji datang ke kelas.

Nathan yang memang dasarnya penurut di depan dan pemalas di belakang, memilih pergi ke lapangan dulu, urusan cabut saat Pak Aji tidak jaga tempat.

"GUE NGGAK MAU DI DEPAN AHHH."

"ZI, LO TUH BOCIL."

"LUN LO AJA LUN CEPET."

"GUE LEBIH TINGGI DARI LO YA."

"YA KENAPA SIH ADA PERATURAN PENDEK MUSTI DI DEPAN??! DULU PERASAAN YANG TINGGI DEH."

"PAK ZIA RAME TERUS PAK!"

"NATH ADEK LO NIH BANDEL."

"GUE BUKAN ADEKNYAA YA, CALON ISTRINYAA!"

Ale dengan entengnya mendorong badan kecil Zia untuk berdiri di depan agar cewek itu tidak banyak bicara. Membuat Luna tertawa puas sambil memegang cermin doraemonnya.

"Ishhh malu," keluh Zia. Sesekali mencari keberadaan Nathan di belakang.

"Dah hadep depan," suruh Ale memutar wajah Zia. "Duh anak om pinter banget sih ah. Pulang om kasih jatah deh,"

"Ale bego," umpat Gibran sambil menahan senyum.

Nayya di belakang Zia tertawa kecil. "Resiko jadi pendek, Zi." katanya.

"Dill," Zia menoleh pada teman juteknya dengan wajah melas. "Gantiin gue..."

Dilla melepas airpodsnya, lalu menaikan alis. "Tinggian siapa?"

"Ah elah," Zia berdecak kesal. Menoleh pada Ical yang berdiri di sampingnya sejak tadi. Tumben sekali diem, biasanya bacot sama Ale.

"Heh," Zia mendorong lengan Ical.

Ternyata bocah tengil itu tidur, makanya wajahnya langsung kaget. "Hah apa?" tanyanya sambil menganga.

"Iler lo netes," tegur Zia membuat Ical mengerjap. "Tapi boong." katanya sambil tertawa.

"Apasih bocil," decak Ical membuat wajah Zia langsung datar. Kini giliran Ical yang ketawa.

"Tumbenan mau di depan, biasanya nempel mulu sama Nathan kayak lalet."

Zia memutar bola matanya, memperhatikkan petugas upacara di tengah lapangan. "Lo kalo ada obat peninggi kasih tau gue ya."

"Buat apaan?" tanya Ical heran.

"Buat menandingi doi gue."

Ical langsung terkekeh. "Cowok tuh suka loh sama cewek pendek, gemes aja gitu." katanya padahal nggak pernah punya cewek.

Bayangin aja, Ical tuh tingginya 170 an lebih dan berada di depan barisan cowok karena pendek sendiri. Walaupun Ale juga setara dengannya tetap aja bocah itu sok-sokan di belakang biar bisa caper sama anak kelas sebelah.

"Kok Nathan nggak suka sama gue??" tanya Zia.

Ical meringis. "Nathan demen cewek pendek sih, dia nggak demennya elo."

Zia langsung mencibir, sudah biasa dengan ejekan anak kelas soal betapa naasnya nasih dia. "Banyak maunya Nathan tuh."

"Gitu masih demen."

"Nggak boleh apa?"

Ical langsung cengo, ingin membuang Zia ke rawa-rawa. "Ya gitu nggak usah ngeluh lah anjir."

"Lo punya hak apa larang-larang gue??" tanya Zia galak.

"Ya deh iya," Ical mengangguk pasrah. "Ampun nyonya kecil."


Zia emang nggak pernah mau kalah omongan. Itulah salah satu masalahnya.






⛅️⛅️⛅️⛅️⛅️⛅️







"Benci banget gue sama hari senin, jam pulangnya sengaja dilambatin apa gimana sih?" keluh Zia siang itu di kelas.

Luna yang sedang pakai liptint menoleh sambil mengecap bibirnya. "Biasanya kalo ada doi di kelas betah di sekolah."

Zia langsung memicing. "Iya, doi lo Gibran enak diliat, seger. Lah Nathan, rebahan mulu mana nggak keliatan mukanya."

Luna tersenyum kecil, langsung memandang sosok kalem di bangku depan sana. "Lo percaya nggak sih suatu saat kita bakal jadian?"

"Enggak," Zia menjawab jujur dengan nada malas membuat Luna mencibir.

"Lo percaya nggak suatu saat gue sama Nathan jadian?" kini Zia balik bertanya.

"Enggak," balas Luna masih sewot. Zia balas dengan kekehan kecil.

Zia menghembuskan napas berat, lalu meletakkan lengannya di meja dan menyender di sana. Menatap Nathan yang sedang tidur memunggunginya di barisan pojok sana.



Sedekat apapun mereka, bagi Zia cowok itu tetap jauh.

"Lun," panggil Zia.

"Paan,"

"Tau nggak kenapa gue masih suka sama Nathan walupun ditolak berkali-kali?"

"Karena lo nggak tau malu?"

Zia berdecak, masih menandang Nathan. "Karena gue masih penasaran, gimana rasanya deket sama dia lebih dari temen. Suatu saat nanti."

Luna menunduk sambil memandang Zia prihatin. "Kalo sampe suatu saat nanti dia tetep nggak ada perasaan sama lo?"

Zia jadi terdiam. "Pasti ada saatnya gue capek, bener-bener ditamper kenyataan. Baru deh gue mundur,"

"Ditolak dari SD masih belum cukup ya?" tanya Luna sarkastik. Gemas sendiri dengan pemikiran Zia.


Zia hanya diam saja setelah ucapan Luna, masih memandangi Nathan dengan tatapan yang sulit diartikan.





Seperti sekarang.


Nathan tiba-tiba membalikkan badannya, tadinya masih memejamkan mata. Lalu perlahan membukanya, menatap lurus Zia.


Dan debaran gila itu masih ada, hanya kerena hal sepele. Bagaimana wajah mengantuk itu memandangnya tanpa ekpresi, seakan menghipnotis Zia.

Gimana Zia mau bosan kalo diliatin kayak gini aja udah lemes....


To be continued

ketemu besok yaaa!

Continue Reading

You'll Also Like

4.6M 170K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
1.1M 41.2K 62
Menikahi duda beranak satu? Hal itu sungguh tak pernah terlintas di benak Shayra, tapi itu yang menjadi takdirnya. Dia tak bisa menolak saat takdir...
147K 15.1K 24
Lily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langga...
988K 45.3K 50
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞