06. Haters !

187 96 30
                                    

Lap. Lampu lift pun padam.

*****

"Aissh, yang benar aja," Ara berusaha menyalakan handphonenya menelfon Rania, tapi nggak ada sinyal.

"Ini sangat gelap haaah...haaahh..." gumam Ara, tubuhnya mulai bergetar dadanya terasa sesak, ia bergegas menyalakan lampu belakang handphone mengurangi gelapnya lift.

"Hhh.. Tidak tidak... Kuatkan diri lo Ara," gumamnya menepuk pelan dada menenangkan diri sambil meraup udara perlahan.

"Iya benar, dua orang," suara cowok bermasker disamping Ara menelfon seseorang.

"Kok dia bisa nelfon ?," Ara sengaja mengarahkan lampu belakang handphone untuk melihat cowok itu. Dan...

"Uhuk !" ia tersedak ludahnya sendiri.

"V Oppa ??"

"Ugh.. Lo sengaja ya ngarahin ke gue !!" bentak si cowok menyipitkan mata karena cahaya dari handphone Ara menyilaukan.

Ara lagi - lagi menelan ludah, "Suaranya lebih berat ? bagaimana bisa di--dia sangat mirip V oppa kyaaa..." jeritnya dalam hati kegirangan melihat cowok itu membuka masker, sesak di dadanya tlah menghilang.

"Eh lo orang -- ahh."

Grudug...grudug...

Ara memegang Perutnya yang berbunyi lagi dan itu terdengar memenuhi lift.

"Oiyy, gue malu bingit," batinnya menunduk kemudian berjongkok, ia urungkan niatnya untuk bertanya.

"Ini sungguh memalukan."

"Ekhem... Tadi suara perut lo ?", tanya si cowok tiba - tiba.

"Iya kenapa ! Lo mau ngeledekin gue kan ? terserah gue gak peduli," balas Ara kesal, ia dongakkan kepala menatap nyalang cowok itu.

Si cowok ikut berjongkok bersama Ara walau masih menjaga jarak, ia keluarkan bekal kotak makan dari dalam tas nya.

"Ambillah," ia sodorkan bekal berisi kue bolu kuning berlapis dengan topping keju parut diatasnya.

"Apa nih ?," Ara mengarahkan lampu handphonenya untuk melihat.

"Kue, gue yang buat."

"Gak mau."

"...."

"Ntar gue gendut," jawab Ara sok jaga image, padahal konsumsinya tiap malem bisa abis jjajangmyeon dua porsi ditambah tempura dan ayam.

"Ya udah kalo pengen mati kena Types ?"

"Dia doain gue mati ?" batin Ara.

"Tapi bener juga, perut gue rasanya kayak dicabik - cabik, digerakkin dikit aja sakit banget terus mau sampai kapan lift ini menyala."

"Engg.. oke deh gue mau," Ara menyaut kotak bekal mengambil sepotong bolu yang memang sudah ter-iris.

Ia kunyah.

"Ehm~ ? sangat lembut, yakin lo yang bikin ?" Ara tercengang dengan rasa manis yang pas dan tekstur lembut di lidah.

"Hmm," jawab cowok itu masih fokus mengirim pesan di handphonenya.

Ara mengunyah dan menelan kue itu tanpa melepas tatapan pada muka yang sangat mirip idolnya dengan kagum dan tak percaya.

Kulit tan yang bersih, hidung mancung, bibir tipis, rahang tajam, ukuran matanya memang lebih besar tapi jika dilihat sekilas sulit dibedakan.

"Berhenti natap gue !" tukasnya merasa risih terus ditatap.

"Ya kurasa sifat arogannya menjadi pembeda dengan V Oppa."

I'm Not You II KTH [END]✅Where stories live. Discover now