Prolog

587 229 125
                                    

Didalam subway menuju daerah Bongcheon-dong, kondisi kereta penuh sesak para pekerja dan beberapa anak sekolah.

Disaat semua pada berdesakan, bahkan ada yang mati - matian cari kursi buat duduk, pegal tau berdiri terus di dalem kereta.

Nah cewek ini nih, Arantha Daru Choiza. Dengan santainya duduk tanpa peduli kondisi sekitar.

Yah whatever, kata yang sekarang muncul dibenaknya, manik mata hitam itu fokus memainkan handphone, tak lupa telinga kecilnya disumpal earphone berwarna coklat susu, hadiah pemberian papanya semasa SMP.

.

.

"Duduklah disini nek," ucap cowok bermasker hitam dengan jaket denim hijau bertutul, di punggungnya terdapat tas ransel hitam yang terlihat cukup berat, oh iya wajahnya samar karena tertutup masker hitam.

Cowok itu sekali lagi menawarkan kursi kosong pada wanita tua di sebelahnya, karena ia akan berhenti di stasiun berikutnya.

Kasian, wanita ini daritadi berdiri sambil membawa begitu banyak keranjang berisi sayuran, ia tak mendapatkan kursi.

"Apa ? aku tidak bisa mendengarmu...," ucap si nenek, wajar faktor usia membuat pendengarannya buruk, ditambah si cowok bermasker malah terdengar berbisik.

Ara yang tadinya dalam mode fokus bermain handphone, merasa tertarik melihat tingkah mereka berdua. Jarak mereka pun tak terlalu jauh dari Ara, hanya terkikis 2 meter.

Tinggi cowok dan nenek itu terpaut cukup jauh, mau tidak mau si cowok sedikit mendekatkan wajahnya ke telinga nenek dan berkata,

"Nenek bisa duduk disini", wajah si cowok 50 persen telah terekspos karena menurunkan maskernya.

Nenek mengangguk tanda mengerti, kemudian berjalan perlahan memposisikan tubuhnya duduk di kursi penumpang.

Kalian tau ekspresi Ara bagaimana ? eh ? dia menghilang dari kursinya sekarang.

Kemana dia ? benar saja tubuhnya bergerak sendiri diambil alih, langkah kaki jenjangnya berjalan menghampiri si cowok dengan kecepatan kilat menerobos melewati penumpang lain, kedua tangan itu bergerak cepat meraih pipi cowok tersebut .

Grepp.

Yang dipegang pipinya syok bukan main, ia mematung sebentar. Mungkin dalam benaknya berfikir, "Nih cewek siapa ? Main megang - megang hehh ??", (canda nih pendapat gue aja).



"V Oppa ?????...."

"... Ah maksudku Tae Oppa ?," tanya Ara lantang dengan ekspresi takjub tak percaya.

Kini mereka berdua jadi pusat perhatian penumpang lain. Cowok itu segera menangkis kedua tangan Ara.

"Micheoseo !!", bentaknya dengan nada kesal, ia naikkan kembali maskernya lalu pergi.

Satu kata.

Satu kata yang diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia artinya 'GILA' ditujukkan langsung pada Ara.

Satu kata yang mampu menyakiti hati siapapun pendengarnya, jika dia memang 'gila' kurasa tidak akan sakit hati.

Reaksi Ara masuk opsi kedua, tidak sakit hati. Mau itu umpatan atau makian yang akan didengar ia sudah siap menerima, mana mungkin ia marah dengan idola favoritnya sendiri.

Otak kecilnya t'lah terkontaminasi wajah, wajah, dan wajah tampan bak patung yunani yang selama ini hanya bisa ia nikmati di media sosial, album, spanduk jalanan dan media lainnya, kini kedua tangannya baru saja memegang wajah 'itu'.

"Omo ?? Dia sangat mirip V oppaaa.... Aku tak akan mencuci tanganku hari ini".

Cintaku bersemi di Subway Bongcheon-dong 🎶
.


.

Hai semua ~~

Tiba - tiba aku jadi pengen buat cerita fanfiction versi Tetet, ini juga pengalaman pertamaku bikin ff moga kalian suka dan betah ^^

Hei buat kamu yang ARMY komen disini dong biar aku tau, jangan lupa tekan 🌟🌟 nya juga ya. Makasih buat kebaikan hati kalean meluangkan waktu baca ff ku.

Buat pemanasan kukasih prolog dulu ya ^^

Makasih.

DARE !! Kamu senyum, kamu kalah :v

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DARE !! Kamu senyum, kamu kalah :v

Kalo berhasil gak senyum kalian bakal dapet.....

.

.

.

.

.

.

.

.

Chapter 1 yeahhh wkwk
Keknya kalean gk bakal menang, senyumannya bikin diabetes

I'm Not You II KTH [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang