Keping 37 : Di Ujung Tanduk

3.6K 302 115
                                    

happy reading

........................

Lora masih memegang erat ponsel Ikhsan dalam genggamannya. Menatap lamat ke depan tanpa suara. Semua bayangannya tentang dialy live GOT7 yang akan ia tonton lenyap seketika. Notifikasi pesan masuk dari Arini barusan berhasil merusak mood si lesung pipi.

Lora menarik napas perlahan, lalu mengembuskannya kasar. Kepala sang dara mendadak berat seketika. Dan cepolan tinggi pada pucuk kepalanya semakin menambah beban yang ia tanggung. Serasa kulit kepalanya ditarik paksa dari seluruh pori-pori.

Maka dengan satu tangan, Lora merenggut ikat rambutnya cepat. Melepas cepolan tinggi itu sambil menyisir sembarang rambut tergerainya dengan jemari. Sementara tangan satunya lagi tetap erat memegang ponsel Ikhsan. Tak terlepas sedetik pun.

Saat ini si gadis masih duduk di tepi ranjang dengan satu kaki yang terendam dalam ember. Dan satunya lagi nganggur mengawang di sebelah ember.

Lora mengulangi kegiatannya membuka layar ponsel Ikhsan. Mencoba memberanikan diri menantang kenyataan. Dan saat sang gadis berhasil membukanya lagi, rasa terkejutnya semakin bertambah karena notifikasi baru kembali masuk.

Sebenarnya bersamaan dengan pesan Arini, ada beberapa pesan yang ikut masuk, seperti dari grup chatting Ikhsan, teman-teman sekelas sang senior dan beberapa kontak yang tak Lora kenal. Namun, dari sekian banyak pesan yang masuk itu, milik Arini menjadi satu-satunya yang mencuri perhatian Lora.

Mata Lora belum buta, kemampuan membacanya pun belum hilang, dengan sangat jelas sang gadis dapat mengeja potongan pesan lanjutan Arini yang kini terpampang nyata di depan pupilnya...

"...bagaimana denganmu, Ikhsan?"

Otak Lora kembali liar bekerja. Si lesung pipi mencoba menggabungkan maksud potongan pesan itu menggunakan kemampuan analisisnya yang bertolak belakang dengan Pakde Sherlock Holmes.

Lora menautkan alisnya rapat, lalu menyatukan potongan pesan tadi dengan mengeja pelan disetiap katanya, '... saat menikah nanti' '... bagaimana denganmu, Ikhsan?'

Si lesung pipi mengulang-ulang dua kata itu lebih dari lima kali. Tapi semakin ia ulang, bukannya semakin menemukan titik terang, ia malah ingin membongkar pesan itu untuk mengetahui isi pesan secara utuh.

Namun sisa hati nurani Lora masih menjerit, membuka pesan milik orang lain tanpa izin? Ayolah, itu adalah perbuatan ilegal, lancang, tak termaafkan dan berisiko. Terlebih lagi jika orangnya adalah Ikhsan, pasti akan sangat berisiko. Mana siap si gadis kalau harus dipepet untuk yang ketiga kalinya.

Lora tadinya sempat punya rencana ekstrim, memakai metode 'lempar batu sembunyi tangan, lempar senyum sembunyi gigi, lempar bola kena jendela' untuk mengelabuhi Ikhsan. Si gadis berniat menghapus pesan dari Arini dan setelahnya pura-pura bertingkah tak terjadi apa-apa. Atau menggunakan jalur harakiri milik para samurai, mengakhiri kehidupan ponsel Ikhsan dengan mendudukinya kuat-kuat, menjepit layar ponsel itu di pembatas ranjang lalu merendamnya dalam ember.

Jika membaca pesan tanpa izin saja termasuk perbuatan lancang dan berisiko, apalagi dengan dua lainnya. Pasti akan lebih tak terbayangkan apa yang bisa terjadi setelahnya. Maka jelas, Lora tak bisa melakukan semua itu.

Arini masih hidup, belum di bawa Yeti ke kutub utara untuk dijadikan pewaris tahta di sana. Maka jika Lora menghapus pesan itu, suatu saat Arini bisa saja bertanya pada Ikhsan. Dan kalau Ikhsan merasa tak pernah membaca pesan Arini sementara Arini bersikeras telah mengirim pesan pada Ikhsan, maka siapa lagi tersangka tunggal yang bisa dituduh selain Lora? Karena satu-satunya orang yang 'boleh' menyentuh ponsel Ikhsan selain si pemilik adalah Lora.

SanuLora (InsyaAllah, Rindu ini Halal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang