Keping 26 : I Wanna be Your Girl (1)

3.6K 335 74
                                    

(Wrap in Plastic)

Let me be your fantasy

Play with me

I wanna be your girl

(wanna be your girl, wanna be your)


-hari ini double up yah, karena Sanul ulang tahun. Eh!-

-selamat menikmati ke-BAR-BAR-an calon istrinya Mark Tuan yang udah ketikung duluan oleh Sanul-

-ayo bermain bersama Lora-

-main apa Uma?-

-mainin hati Sanul, eaaa-

Happy reading

..................

Lora masih duduk mencongkong usai Amira benar-benar hilang dari pandangan mereka. Kaki gadis berlesung pipi itu tak mau diajak bekerja sama untuk menopang bobot tubuhnya.

Sementara Ikhsan yang berdiri di sebelah Lora, patah-patah menatap gadis dengan perlengkapan mandi yang sedang mencongkong itu sambil bersusah payah mengeluarkan suaranya, "jangan pikirkan apa yang barusan Uma bilang. Maklum sajalah, orang tua memang begitu."

Usai mendengar Ikhsan berkata-kata seolah mereka tak perang sebelumnya, Lora seperti mendapatkan tenaga dari seluruh alam. Tiba-tiba gadis itu langsung berdiri dan mendekat ke arah Ikhsan, "Bang Sanul udah nggak marah lagi? Udah nggak larang-larang Lora buat jatuh cinta ama Bang Sanul? Udah nggak ngancem-ngancem lagi?"

Lora yang tiba-tiba mendekat padanya dengan pertanyaan kekanak-kanakan seperti itu sukses membuat Ikhsan terkejut. Si tampan mengangkat alisnya dan bergumam kesal, "pertanyaan macam apa itu? bocah sekali kamu."

"Makanya Lora butuh Bang Sanul yang dewasa ini untuk selalu ada di sisi Lora buat ngimbangin kebocahan Lora." Lora mengeluarkan jurus penaklukkannya yang pertama. Berkata sambil memasang wajah se-kiyoot-kiyootnya.

Ikhsan tersedak. Lora tak henti-hentinya menggempur si tampan tepat dibagian dada tanpa tenggang rasa.

"Beneran nggak marah lagi, Bang?" Lora bertanya memastikan dengan membesarkan bola matanya, mengondisikan wajahnya seperti anak kucing yang minta digendong.

YA SALAM! Mana tahan Ikhsan dengan wajah memelas seperti itu, sambil memalingkan pandangannya, Ikhsan menjawab datar, "saya tidak marah. Tadi itu saya hanya terpancing karena kamu berkata yang tidak-tidak. Mana pakai bilang senyum saya buat otak kamu ngeblank lagi."

"Baguslah kalau Bang Sanul nggak marah. Lora lega." Lora sedikit menggoyangkan tangannya tanda gembira. Atau tepatnya, gembira dibuat-buat di hadapan Ikhsan. "Tapi jujur, senyuman Bang Sanul kayak air kelapa muda ditambah susu dan perasan jeruk nipis. Manis dan menggigit dalam sekali pandang. Buat Lora oleng tiba-tiba."

Untung di dekat Ikhsan kini tidak ada lubang. Kalau ada, usai mendengar kata-kata Lora seperti itu, sang Gus mungkin sudah mengubur dirinya dalam-dalam di lubang tersebut.

"Kamu memang bocah Lora. Gampang sekali oleng hanya karena senyuman." Ikhsan berkata sambil menahan semu dikedua pipinya, "terus Mark Tuan mau kamu taruh di mana ha?"

Lora menghampiri Ikhsan dengan jarak yang semakin dekat. Mata gadis itu disettingnya dengan sparkling yang memukau, entah bagaimana caranya. Setidaknya saat Ikhsan melihat mata itu, Ikhsan serasa melihat ribuan pendar bintang di langit malam.

Saat wajahnya ia hadapkan pada Ikhsan utuh tanpa malu-malu, Lora bersuara menyanggah kalimat senior tampannya barusan, "Mark Tuan itu Lora taruh di dalam ponsel. Kalau Lora ingat dia, Lora bisa liat dia dengan cari foto dia di galeri. Tapi kalau Bang Sanul, mulai sekarang Lora taruh di sini... (Lora menepuk pelan dada bagian kirinya, tepat dekat jantung)... dan kalau Lora rindu, Lora tak perlu lihat ponsel dulu seperti Lora hendak melihat Mark Tuan. Cukup hanya dengan memejamkan mata, maka rindu Lora pasti akan terobati. Lora tau kalau Bang Sanul itu ada dan nyata untuk Lora, tidak seperti Mark Tuan yang jauh di sana."

SanuLora (InsyaAllah, Rindu ini Halal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang