Keping 20 : Bersanding

3.5K 333 47
                                    

(Fly Me to The Moon)

In other words, please be true

In other words, I love You

Happy reading

..................

Apa yang terjadi di atas panggung tenda utama kini adalah apa yang tak bisa semua orang ungkapkan dengan kata-kata. Kalaulah Ikhsan adalah anak tongkrongan simpang empat yang tahu dengan lagu-lagu viral, mungkin si tampan sudah berdendang heboh sambil mengangkat dua jempol tanganya, di depan orang tuaku... kau malukan diriku...

Sayangnya Ikhsan adalah Ikhsan, yang tak tahu lagu-lagu viral, yang tak peduli dengan tongkrongan, yang dingin disatu sisi, tapi pengertian di sisi lainnya.

Semua santri kini sedang melongo. Pikiran mereka liar. Mereka serasa ingin menggantikan Ikhsan berdiri di panggung itu. Disandari oleh seorang perempuan imut seperti Nyonya Mudanya Gus Ganteng... ayolah, santri waras mana yang tak mau ha?

Musik sudah sedari tadi berhenti, sejak huyungan pertama Lora. Maka sekarang keadaan lapangan pesantren itu sangat-sangat sepi, meski orang-orang yang bersusun di dalamnya sangat-sangat rapat.

Ratusan pasang mata tertuju fokus pada Lora dan Ikhsan yang saling gencet di atas tempat tertinggi. Berdua saja. Tanpa ada siapa-siapa di dekat mereka.

Abah Latif tak bisa berbuat banyak. Ayah tua itu hanya berharap Lora tidak kenapa-napa. Karena baik Abah Latif atau pun yang lainnya, tak ada yang tahu apa yang sedang terjadi di atas sana. Mana paham mereka kalau gaun Lora tersangkut. Yang teramati oleh mata mereka hanyalah : mungkin Nyonya Muda sedang gerogi, makanya tumbang.

Sudah lewat lima belas detik, Lora masih tersandar utuh pada Ikhsan. Di telan bulat-bulat oleh tubuh tinggi tegap seniornya itu. Tak bisa melakukan pergerakan apa pun, kaku. Telinganya tertempel tepat dekat pangkal leher sang suami. seluruh pori-porinya serasa tercabik.

Wajah Lora menghadap ke belakang panggung. Tidak ke arah lautan manusia yang ada di tengah lapangan. Dan sedikit tertutup dengan lengan kanan Ikhsan.

Ikhsan yang tadinya membatu berusaha kembali bertingkah normal. Karena jika ia tak berusaha bertingkah normal, maka ia hanya akan membuat Lora bertambah malu di hadapan banyak orang.

Biar kata Ikhsan itu ketus pada istrinya, tak pakai rasa kalau bicara, tak punya kasihan kalau kesal, ia adalah laki-laki yang baik. Yang paham bagaimana wanita harus diperlakukan. Hanya saja, saat dengan Lora, ia tak bisa dengan gampang menampakkan kalau ia itu sebenarnya tidak sedingin dan sekaku yang Lora tahu. Maklum, sang Gus belum pernah sedekat ini dengan perempuan sebelumnya.

Bukankah pemahaman dan praktek itu adalah dua hal yang berbeda?

Lora berusaha mengembalikan akal sehatnya setelah sadar bahwa posisinya saat ini benar-benar tidak elok untuk dipertontonkan. Gadis berlesung pipi itu hendak memutar wajahnya ke arah depan, berniat untuk berdiri lagi dan menjauh dari tubuh Ikhsan.

Namun belum utuh sang gadis melakukan apa yang ia niatkan, Ikhsan yang sudah membaca gerakan Lora langsung menahan kepala gadis itu dengan tangan kananya sambil berkata pelan, "jangan putar wajahmu ke arah lapangan. Semua orang sedang melihat kita sekarang."

"Tapi Bang..." Lora menyahut dengan suara halus. Kerongkongannya kini terasa tercekat.

"Berikan saja tubuhmu pada saya. Percayakan saya." Ikhsan berkata menggantung, sama sekali tak menyelesaikan kalimatnya secara utuh.

Mendengar apa yang Ikhsan katakan barusan, Lora serasa ingin pindah ke Jupiter saat itu juga. Bagaimana gadis berlesung pipi itu tak ngerih? Apa-apaan maksud sang senior barusan?

SanuLora (InsyaAllah, Rindu ini Halal)Where stories live. Discover now