Keping 36 : Uji Nyali

3.3K 299 137
                                    

Happy reading

..................

Ikhsan masih tak menghentikan gerakannya memajukan wajahnya ke arah Lora meski Lora sudah berteriak kencang sekuat yang ia bisa.

Tangan Ikhsan masih kokoh menahan wajah Lora dan tidak mengurangi kekuatannya sedikit pun, si tampan berkata usil tanpa menenggang perasaan Lora, "saya akan balas apa yang barusan kamu lakukan, Lora."

"YA BANG SANUL!" Lora gelagapan. Dengan cepat si lesung pipi menangkis tubuh Ikhsan menggunakan tangannya. Menahan bahu sang senior sambil memejamkan mata, "berenti nggak? Kalau Bang Sanul nggak berenti, Lora bakalan pukul kepala Bang Sanul."

"Coba kalau berani." Ikhsan menerima tantangan sang dara dengan berani. Si tampan menahan tawanya dalam perut, dapat melihat secara langsung betapa lucunya wajah panik Lora saat ini sungguh sangat menyenangkan..

Maka tanpa ragu, seperti yang Ikhsan katakan, Lora membuka matanya lalu memukul kepala suaminya tepat di atas dahi dengan tangan kirinya, berbunyi keras tak kira-kira, berhasil membuat gerakan Ikhsan terhenti tiba-tiba.

Ikhsan terkejut. Ia tak menyangka Lora benar-benar seekstrim itu. Berani memukul kepalanya seolah-olah ia bukanlah orang yang patut untuk dihormati.

"Kamu benar-benar ya Lora." Ikhsan mencabut dua tangannya dari wajah Lora, sambil meringis si tampan menggosok pelan kepala bagian atasnya yang baru saja dihadiahi tamparan tanpa kelembutan oleh Lora.

Lora mencibir pada sang suami, menarik tubuhnya menjauh dari Ikhsan, "siapa suruh keras kepala? Lora bilang berenti ya harusnya Bang Sanul berenti. Lora ditantang, pantang bagi Lora mundur Bang."

Ikhsan terkekeh pelan, menatap Lora dengan dendam membara yang dibuat-buat, "kamu pikir pukulanmu tadi membuat saya menyerah Lora? Kamu salah. Saya tidak akan menyerah Lora. Tidak akan."

"Terserah." Lora membalas kesal, "jangan sok maen sinetron ama Lora, Bang."

"Kamu sudah merenggut kesucian pipi saya. Kamu harus terima akibatnya." Ikhsan berkata sambil terus menatap Lora tanpa kedip. Mengabaikan kekesalan si lesung pipi.

"Mwo? Kesucian pipi?" Lora mendelik receh, menggeleng pelan dan berdecak. "Kosa kata macam apa itu Bang?"

Ikhsan tak membalas pertanyaan sang gadis, dengan berani si tampan memajukan tubuhnya, mendesak Lora ke kepala ranjang.

Melihat musuh datang menyerang tanpa ragu, Lora hanya bisa mundur perlahan, beransur-ansur membawa tubuhnya ke belakang mengikuti alur yang Ikhsan mau. Tak ada jalan lain selain mundur perlahan. Saat ini kakinya masih ngilu, membawa tubuhnya meloncat dan berlari sama saja dengan menggali kubur sendiri.

Gerakan dua manusia kurang kerjaan itu membuat derit kaki ranjang memohon mengiba-iba. Bersumpah serapah mengutuk penuh amarah.

Namun tanpa Lora sangka, gerakan mundurnya yang terus-menerus telah membuat ruang geraknya habis. Lora tersudut, tersandar pucat di kepala ranjang. Menatap Ikhsan yang kian mendekat dengan tatapan penuh penyesalan.

Ikhsan tentu saja bahagia. Di depannya kini bayi kelinci sedang tersudut iba. Singa mana yang tak puas melihat itu? Maka dengan wajah mengintimidasinya, Ikhsan mepet ke dekat Lora. Tak peduli dengan wajah memelas sang dara.

"Saya sudah katakan, kamu harus terima akibat perbuatanmu Lora." Ikhsan berkata mendesis, mengurung Lora dalam lingkar lengannya. Kiri dan kanan. Sempurna memenjara.

Glup! Lora terpaku kaku.

"Kenapa? Kamu takut?" Ikhsan berkata tanpa perasaan.

Lora mengangguk pelan. Ini sudah dua kali ia melihat Ikhsan mendesaknya dengan wajah kesal. Waktu itu saat ia mengatakan Ikhsan adalah Abang-Abang mesum, dan sekarang saat ia dengan khilafnya mengecup pipi Ikhsan.

SanuLora (InsyaAllah, Rindu ini Halal)Where stories live. Discover now