Keping 64.B : InsyaAllah Rindu ini Halal (2)

3.1K 327 107
                                    

(Setengah Mati Merindu)

Aku merindukanmu

Setengah mati merindu

Tiada henti merindukanmu

Masih hatiku untukmu

Aku tetap menunggumu

.

-pokoknya jangan su'uzon dulu ya-

-bakalan nano-nano ntar, percayalah-

.

"Karena saya ingin bersamamu lebih lama, berdua saja, tak diganggu siapa-siapa."

(IkhSanul, 15 menit sebelum lift jatuh -keping 64.A)

.

Happy reading

.............

Seolah telah paham akhir perjalanan mereka, empat pasang manusia yang ada dalam lift itu saling merangkul pasangan mereka masing-masing. Tak bisa untuk tak mengeluarkan air mata. Tak peduli kalau mereka sudah dewasa. Ketakutan dan kecemasan telah merajai suasana.

Ini bukan mimpi, tentu saja bukan mimpi.

Dalam dekapan Ikhsan, Lora menyesal sejadi-jadinya. Jika tahu akan begini, ia tak akan menghasut Ikhsan untuk naik ke atap. Tidak akan. Sema sekali tidak akan.

Live music di roof top dengan suasana pantai dan camilan khas Lombok? Ayolah, jelas dibandingkan Ikhsan semua itu bukan apa-apa bagi Lora. Tapi entah mengapa si lesung pipi tergiur begitu kuatnya untuk membawa Ikhsan datang ke sana bersama dengannya.

Saat ini, di sudut lift sebelah kanan, Ikhsan masih membungkus tubuh istri nakalnya erat dengan dua lengannya. Mentransfer kehangatan disaat-saat genting demi mengurangi beban kecemasan sang istri. Kemudian Ikhsan bersuara lembut dengan nada bicara yang sangat menyejukkan tepat di telinga Lora, "istighfar Lora, banyak-banyak berdoa, Allah penentu segala. Kamu tak perlu cemas, saya bersamamu, tak akan meninggalkanmu."

Lora tercekat atas bisikan Ikhsan, tangannya semakin kuat meremas punggung lelaki tampan itu.

"Kamu tahu kenapa saya lebih tinggi darimu, Lora?" Ikhsan bertanya datar, memaksa senyum di wajah pucatnya.

Lora tak menjawab dengan membuka suara, tapi Ikhsan dapat merasakan gelengan pelan kepala Lora di dadanya. Si lesung pipi baru saja merespon pertanyaan Ikhsan dengan bahasa tubuh.

"Kalau kamu tak tahu, maka biar saya memberi tahumu Lora." Ikhsan membalas cepat gelengan kepala Lora, "saya lebih tinggi darimu, jauh lebih tinggi darimu itu karena ... jika langit runtuh, saya akan menahannya untukmu, memastikan kamu tetap baik-baik saja berlindung di bawah pundak saya."

Lora tersenyum dalam cemasnya usai mendengar gombalan Ikhsan. Si lesung pipi tahu ini bukanlah saat yang tepat untuk menggoda, tapi Ikhsan berhasil, ucapan Ikhsan mampu membuatnya merasa lebih tenang.

Ikhsan menambah kuat kekangannya pada tubuh Lora, tak peduli dengan tiga pasang lainnya yang kini sudah menggila menggerung-gerung di hadapannya. "Kamu tak perlu cemas Lora, tidak ada yang luput dari perencanaan Allah, percaya sajalah. Pun jika seperti ini akhir untuk kita, kamu tetap harus berbaik sangka pada Allah. Saya- ..."

"Lora sayang Bang Sanul." Lora memotong cepat kalimat Ikhsan yang belum utuh tersampaikan. Bersuara bergetar.

Maka demi mendengar kata-kata istrinya yang bergetar itu memotong ucapannya yang belum utuh, Ikhsan menjatuhkan setetes air matanya, lalu membalas lirih ucapan sang istri, "saya jauh lebih menyayangimu, Lora."

SanuLora (InsyaAllah, Rindu ini Halal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang