Keping 36 : Uji Nyali

Mulai dari awal
                                    

"Tutup matamu, Lora." Ikhsan berkata datar, membuat suasana semakin tegang.

"Nggak mau!" Lora membantah tegas.

"Kalau kamu ingin ini cepat berakhir, tutup matamu." Ikhsan kembali mengulangi perintahnya.

"Nggak mau." Lora bertahan dengan prinsipnya.

"Tutup... atau semua akan menjadi semakin parah." Ikhsan mengancam tak kira-kira.

"Tapi janji ya? Kecup pipi aja." Lora akhirnya menyerah. Bertahan lama dengan keadaan saat ini sama sekali tak nyaman baginya.

"Tadi bukankah sudah saya katakan? Kalau itu kecupan, maka tidak akan berhenti hanya sampai di pipi, Lora." Ikhsan membalas dengan angkuhnya.

"Terus Bang Sanul maunya apa haa?" Lora bertanya jengah. Sudah tak mengerti lagi dengan isi kepala Ikhsan saat ini.

Ikhsan tertawa pelan, lalu menjawab jujur, "saya hanya mau melihatmu lebih dekat. Kamu ingat ucapan saya tentang 'terkadang yang memenuhi kriteria bisa kalah dengan yang menumbuhkan rasa', Lora?"

Lora menggeleng cepat. Karena memang gadis itu sudah tak ingat.

"Sekarang saya sedang mencari rasa, jadi tolong jangan ganggu saya." Ikhsan berkata apa adanya.

Lora menautkan dua alisnya, "cari rasa napa mesti dengan posisi seperti ini? emangnya Bang Sanul mau cari rasa apa? Pedas? Manis? Gurih campur asin?"

"Bocah polos sepertimu tak perlu berpikir keras tentang apa itu mencari rasa. Diam sajalah." Ikhsan merespon dingin selaan Lora.

"Memangnya cari rasanya bagaimana?" Lora bertanya penasaran. Karena memang ia tak mengerti maksud Ikhsan sama sekali.

"Menatap wajahmu... lama." Ikhsan berkata jujur sambil tersenyum.

Usai kata-kata itu meluncur mulus dari bibir sang senior, pikiran Lora kacau seketika. Maka demi mewujudkan kekacauan pikirannya itu, tanpa mempertimbangkan akibat perbuatannya, Lora menggunakan kaki kirinya untuk menghantam perut Ikhsan tak kira-kira.

'Buk'... hantaman Lora tepat mengenai perut bagian bawah sang senior. Sebelah kiri. Dekat lambung.

Seketika Ikhsan langsung meringis kesakitan. Menarik tubuhnya menjauh dari Lora. Melepas kekangan lengannya dari sang dara. Memegang perutnya sambil meringkuk.

Lora panik seketika, tak menyangka kebodohannya berujung malapetaka. Lora mendekatkan jaraknya pada Ikhsan, "aduh maaf Lora Bang. Maaf, Lora nggak nyangka bakalan jadi begini. Abisnya Bang Sanul sih."

Ikhsan memalingkan wajahnya pada Lora, "sakit Lora."

"Iya tau. Tapi... tapi..." Lora menyela dengan wajah cemas yang tak dibuat-buat.

"Obati." Ikhsan memerintah kejam.

"Caranya?" Lora menatap pias sang suami.

Ikhsan mengode Lora untuk semakin datang mendekat, "kesini."

Tanpa curiga, Lora benar-benar mendekatkan jaraknya pada Ikhsan.

Maka setelah sang dara berada di sampingnya, Ikhsan melepaskan tangannya dari perut, lalu menepuk pelan pucuk kepala sang dara, dekat rambut cepol berantakannya sambil berkata jantan, "kamu memang bukan perempuan sembarangan. Cara kamu melindungi diri... saya suka."

Deg! Lora mematung seketika. Jalan pikiran Ikhsan memang sungguh tak bisa ditebak.

"Bang Sanul nggak marah?" Lora bertanya heran.

Ikhsan menggeleng cepat, lalu tersenyum. "Kenapa harus?"

"Emangnya nggak sakit?" Lora melirik perut Ikhsan yang baru saja di tendangnya.

SanuLora (InsyaAllah, Rindu ini Halal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang