Keping 36 : Uji Nyali

Start from the beginning
                                    

"Apa yang ada dipikiranmu saat ini, Lora?" Ikhsan bertanya datar, menatap dalam sang dara tanpa kedip.

"Ba-bang Sanul mau ngecup balik pipi Lora..." Lora berkata ngerih-ngerih sedap dengan polosnya, "i-iya i-tu Bang?"

Ikhsan tersenyum, menggeleng pelan sambil menundukkan wajahnya. Menyembunyikan semu pada pipinya yang mendadak muncul tanpa aba-aba.

Saat ini posisi mereka boleh dibilang sangat tidak menguntungkan kedua belah pihak. Baik Lora maupun Ikhsan, dengan posisi yang seperti itu sama kewalahan untuk mengontrol detak jantung mereka.

Bagaimana tidak? jarak keduanya begitu dekat. Ikhsan bahkan mengurung tubuh Lora dalam bentangan dua lengannya. Membuat Lora seolah menjadi target yang empuk untuk dimangsa, dan parahnya lagi... parahnya lagi... mereka berada di atas ranjang yang sama.

Masih mending jika mereka mempraktikkan posisi unfaedah itu di dinding dekat pintu masuk atau di lemari buku milik Ikhsan sambil berdiri seperti yang waktu itu. Mungkin canggungnya tak akan berlipat-lipat seperti sekarang. Ini malah di atas ranjang, sambil duduk pula? Hadeeeuh, ayam siapa yang tak tipus melihatnya ha?

Hanya saja, dua manusia kurang kerjaan itu benar-benar punya ego yang sama besar. Jadilah, meski mereka kesulitan menahan debar, mereka tetap pura-pura tak merasakan apa-apa. Pintar kali aktingnya.

"Kamu bilang saya akan balik kecup pipimu?" Ikhsan kembali bersuara setelah berhasil meyakinkan otaknya kalau dia tidak sedang merona.

Lora mengangguk patah-patah. Takut menatap Ikhsan langsung di mata.

"Kamu salah, Lora." Ikhsan berkata dengan sombongnya sambil menggeser duduknya ke dekat Lora.

Mereka itu saat ini sudah mepet, Ikhsan dengan tak tahu dirinya malah terus memepet. Lora jadi semakin ingin punya kekuatan mengendalikan salju, supaya bisa membekukan senior jahil di depannya itu, yang sedang mengurungnya dengan dua lengan tanpa rasa kasihan.

Namun mendengar jawabah Ikhsan yang mengatakan dirinya salah, Lora semakin takut menjadi-jadi. "Ka-ka-kalau tidak balik mengecup pipi, la-lalu apa Bang?"

Ikhsan tersenyum miring, memandang Lora remeh, lalu mengeluarkan kalimatnya dengan napas tertahan, "kalau saya balas dengan cara itu, maka bagi saya tidak cukup hanya dengan mengecup pipi, Lora."

"MUHAMMAD IKHSANUL IBRAM!" Lora berteriak ngerih, lupa kalau pria yang di depannya kini tua tujuh tahun darinya.

"Kenapa memanggil nama saya sekeras itu? Bukankah saya ada di dekatmu sekarang?" Ikhsan berkata pelan tanpa dosa.

Sebenarnya Ikhsan tidak akan ngapa-ngapain Lora. Ia hanya sedang bermain-main dengan bayi kelincinya. Melihat Lora ada di dekatnya saat ini, bukan di dekat Dito, itu sudah cukup membuat hatinya menghangat entah mengapa.

"Bang, mohon Bang, kasihanilah Lora. Kaki Lora masih sakit Bang. Lora juga ingin kuliah dengan benar. Jangan apa-apain Lora, Bang." Lora berkata apa adanya, "Lora belum sempat nonton konser GOT7 Bang, mereka rilis album baru bulan lalu. Lora masih ingin menikmati kebahagiaan Lora, Bang."

"Hahaha." Ikhsan tertawa lepas, tapi tangannya tetap mengukung Lora dan entah kapan akan lepas, "kamu terlalu polos, Lora."

"Bang Sanul beneran 'kan nggak bakal ngapa-ngapain Lora?" Lora bertanya polos memohon belas kasihan.

"Ngapa-ngapain ini apa maksudnya?" Ikhsan bertanya balik sambil mengerutkan dahinya.

"Mmmm." Lora memutar bola matanya gugup. "Entahlah Bang. Lepasin Lora aja ya? Ya ya ya?"

Ikhsan menggeleng cepat, "nanti, setelah saya balas perbuatan kamu."

"Bwankk..." Lora manyun, terlihat hampir menangis.

SanuLora (InsyaAllah, Rindu ini Halal)Where stories live. Discover now