Posesif

1K 90 1
                                    


"Ken-chan! Aku kesana yah!" Sorak-nya sambil menunjuk sesuatu. Aku yang masih terlalu fokus dengan gawai ku hanya mengangguk, tak mengindahkan keinginan kekasih ku.

Ku rasakan tangannya melepaskan genggaman pada lengan ku, samar ku lihat dia menaiki lift menuju lantai atas tempat ini.

Aku berjalan mengiringi dengan langkah pelan; pandangan ku masih terlalu fokus pada handphone. Hah~ Padahal sekarang adalah waktu kencan kami; tempat yang kami kunjungi juga tak jauh dari apartement—tapi kenapa?! Kenapa diwaktu libur ku, yang namanya pekerjaan selalu menghantui!!

Aku ingin menghabiskan waktu romantis dengan kekasih ku! Lord!!!






"Hah~"






Langkah ku berhenti beriringan helaan napas panjang yang terdengar pasrah. Pintu lift yang dinaiki Remi sudah tertutup; angkanya berubah menandakan lift beroperasi menuju lantai tujuan. Aku melenguh. Sial maki ku dalam batin; aku harus menunggu lift selanjutnya.

"Drtt! Drtt!" Getar dari handphone yang berada di tangan ku menimbulkan  rasa tak karuan.

Sudah keberapa kalinya, batin ku.

Panggilan dari atasan di kantor tempat ku bekerja terlihat. Aku menggigit kuku jempol ku dan melangkah menjauh dari depan lift—ku rasa Remi harus menunggu sedikit lebih lama lagi.

Langkah ku berhenti di dekat kaca jendela pembatas; pemandangan bangunan-bangunan kota terlihat; beberapa pengunjung yang sama seperti ku tampak menikmati waktu mereka. Sambil menatap itu aku mengangkat telpon; berbincang dengan nada ramah—padahal aku benar-benar ingin memutuskan panggilan ini.





Mengesalkan!





Perasaan bersalah pada Remi perlahan menghinggapi hati ku, aku meninggalkannya cukup lama karena pekerjaan membuat ku harus dinas keluar kota selama 8 bulan. Dan ini adalah sebuah kesempatan yang ku dapat setelah 8 bulan—pangajuan cuti akhirnya di setujui. Tapi apa yang ku dapat? Pekerjaan dan panggilan dari kantor. Lagi.

Aku menggigit kuku jempol ku lagi; hati ku gelisah.






Ayolah~





Aku mencoba fokus menjawab beberapa pertanyaan atasan ku. Mata ku menatap gelisah menuju luar jendela kaca.



Aku harap Remi tidak marah. Hanya itu.
















"BRAKKKKK!!!"














Suara keras tiba-tiba terdengar. Sama seperti yang lainnya; perhatian ku teralihkan; mencoba mencari sumber suara.

"Kyaaaa?!" Seorang wanita berteriak tak jauh dari tempat ku, aku menoleh padanya dan menatap apa yang ditunjuknya. Pecahan kaca berjatuhan dari atas melewati tempat kami. Aku makin mendekati kaca jendela pembatas sambil berusaha mencari tahu.

Atasan ku terdengar memaki karena aku mengabaikannya.

Apa terjadi kerusakan di lantai atas? Pikir ku sampai aku melihat sesuatu jatuh.

Dark-RomanceWhere stories live. Discover now