PEMUJA

449 59 6
                                    

"Dasar, gadis rendahan!"

Telinga berdengung, perkataan tersebut menggelitik daun pendengaranku. Ku hentikan langkah seraya mendongak, New York benar-benar ramai dan aku lelah dengan keramaian tersebut.

Layar menyala bak televisi besar yang sengaja digantungkan di setiap sudut gedung, iklan-iklan berseliweran disana-menayangkan banyak hal. Mulai dari promosi barang sampai para bintang ternama.

Ada satu tokoh yang sedari tadi percakapan antar dialognya menarik perhatianku. Itu Eyna.

"-dia mulai membintangi film layar lebar?" gumam ku penasaran, menantap sosok tersebut dari kejauhan.

Wanita dengan paras cantik yang begitu luar baisa. Dia adalah seorang model ternama, banyak perusahaan hiburan menjadikan wajahnya sebagai cover depan sampul majalah mereka.

Eyna sosok yang mengagumkan selain berbakat dibidang modeling dia juga berminat dibidang akting. Kalau tidak salah itu adalah film pertama yang dia bintang saat ini dan menjadi panggung debut untuk wanita tersebut didunia per-film-an.

"Aku harus menontonnya nanti."

***

Brak!

"Apa-apaan ini Eros?!" Mataku terpejam saat tumpukan berkas yang baru saja ku serahkan kepada atasan malah dilempar balik tepat kearah wajah ku.

"Perbaiki kembali isinya!" ucap dia kesal. Aku mengangguk, menyahuti-nya dengan pelan seraya mengambil kembali lembaran kertas yang sudah berceceran.

Hah~

Revisi lagi.

Keluhku dalam batin, beranjak pergi dari sana menuju meja tempatku bekerja. Beberapa karyawan yang merupakan teman kantorku menilik, aku tahu mereka pasti penasaran terhadap situasi yang sedang diriku alami tapi akan lebih baik kalau kalian urusi saja pekerjaan kalian masing-masing.

Srett-!

Ku tarik kursi kerja ku, dengan tampang lemah ku duduki benda itu seraya menghela napas panjang.

Johannes menilik, dia meneliti dari kepala hingga ujung kaki. Ku letakkan kembali tumpukan kertas ditempatnya semula, mengabaikan sosok tersebut yang terlihat sedang mencari perhatian dari ku.

"Kau kena lagi?" tanya-nya, bermaksud menyinggung diriku yang lagi-lagi mendapat teguran langsung dari atasan. Terlalu malas membuka suara, kuberikan sedikit anggukan kecil pada lelaki itu.

"Jangan terlalu dipedulikan kawan~" ucap dia lagi. Tak perlu kau bicara seperti itu-aku bahkan nyaris tidak peduli. Ku tatap lekat layar komputer didepan ku sambil merevisi setiap bagian dari berkas tersebut, mengabaikan Johannes yang dengan bangga berceloteh ria soal nasehat.

"Hei bung?" dia mengguncang pelan pundak ku, dengan wajah malas-aku menoleh kearah dirinya.

"Ada apa Johannes?" menyahuti sosok itu seperlunya.

Dia tampak mendekat diri kepadaku, memberi isyarat agar aku mencondongkan telinga supaya dia dapat berbisik dengan jelas.

"Kau ikutkan malam ini?" ucap lelaki itu. Sebelah alisku terangkat, kemana? Tanya dewi batinku penasaran.

Seakan tahu apa yang sedang aku pikirkan, sosok tersebut menjelaskan tanpa harus diminta.

"Penyambutan untuk anak baru dari departemen kita."

Siapa?

.

.

.

Dark-RomanceWhere stories live. Discover now