Bad 2

787 94 2
                                    

Cerita bersifat karangan/ imajinasi dari penulis, jika terdapat kesamaan dalam bentuk apapun mungkin karena ketidak sengajaan.

Warning +16

Silakan klik 'vote' juga comment diakhir cerita, sebagai wujud apresiasi terhadap karya orang lain.

Terima kasih,

Selamat membaca.

_______________________________________

Bad II
_______________________________________
_____________________________
____________________
_____________
_______
___
_

Air shower membasahi tubuh Aura yang tergeletak dilantai keramik kamar mandi. Beningnya air tercampur dengan darah, Aura menatap kosong ujung kakinya. Gadis itu tak mengenakan pakaian selain dalaman, luka bertulisan nama 'Kenzo' tercetak jelas di perutnya. Lelaki gila itu sudah pergi setelah membuat tubuh Aura nampak mengenaskan, beruntung belum sampai tahap pemerkosaan; jika itu terjadi entah apa yang akan di lakukan Aura. Kematian contohnya?

Rasanya kejadian beberapa menit lalu bagai mimpi buruk. Setitik air mata mengalir, pertahanannya runtuh; Aura menangis tersedu-sedu padahal dia sudah mencoba bertahan. Hanya ini Aura mau menangis, dia ketakutan saat semua kejadian itu—Aura mencoba menahan segalanya dan tak gentar melawan tatapan bengis Kenzo tapi saat dia sendiri? Segalanya begitu mengerikkan.

Aura tak menyangka menolak seseorang berdampak sebegitu 'mengerikan' seperti sekarang. Gadis itu menjambak kasar surai-surai rambut yang telah basah. Aroma lembap berbaur anyir, tubuh Aura sudah memucat dan dingin bagai taring tanpa ampun menusuk kulitnya.

"Hiks.. Hiks.." tangis Aura kian menjadi sampai perlahan tubuhnya terlelap pada gelap yang jauh lebih nyaman.

***

"Argh?" perlahan kelopak mata Aura terbuka. Langit-langit kamarnya terlihat menyambut, tak ada lagi pemikiran bagaimana dia bisa ada disini setelah pingsan di kamar mandi. Aura menatap kosong dan memilih melanjutkan tidurnya untuk melupakan segalanya.

Tak menyadari ada sosok yang duduk di sisi tergelap ruangan itu, tengah menyeringai dengan manik yang memantulkan sosok gadis didepannya—terlelap nyaman dengan dunia mimpi.

"Cantik.." gumamnya seraya beranjak dengan langkah seringan kapas; tak bersuara bagai tersapu angin.

Menuruni tangga dan berjalan dalam diam, rembulan mengintip geli; Kenzo berhenti tepat di depan jendela. Wajah menyeramkan terlihat saat Kenzo menoleh pada bulan yang seperti mentertawakannya.

"Permainan yah?" gumam Kenzo, kembali di palingkannya wajah dan beranjak dari sana. Terdengar suara 'ceklek' pintu terkunci, Kenzo berjalan menyusuri teras dan melangkah ditemani bulan yang menurut lelaki itu tengah mengejeknya.

.
.
.
.
.

Hm~ hmhm~ hm♪ hm♪

Senandung yang mengerikan bagi Aura. Gadis itu hanya mampu terdiam dengan tubuh bergetar, tepat beberapa detik Kenzo melaluinya di koridor sekolah. Seperti ada sebongkah batu yang tersangkut di kerongkongan Aura, rasanya sakit bahkan saat menelan salivanya sendiri; kejadian semalam berputar seperti kaset rusak—menghantui benaknya.

Lelaki itu gila. Dan Aura harus menjauh darinya.

"Bukannya dia gadis jalang itu?"

"Iya, aku tak percaya wakil ketua osis adalah jalang itu. Murahan..."

Dark-RomanceWhere stories live. Discover now