Posesif (Last Chapter)

754 88 25
                                    

Sungguh...

Dosa besar yang pernah aku lakukan adalah mencintai mu.

_________________________________________

P o s e s i f

Last—Chapter
_________________________________________
___________________________
___________________
____________
______
__
_


"Hosh..."

"Hosh..."

Uap panas setiap kali Remi bernapas terlihat. Ruangan terasa dingin hingga mampu membekukan aliran darah, gadis itu hanya mampu menatap langit-langit kamar. Sudah berapa hari penghangat tidak dinyalakan.

Remi melirik, sosok disampingnya tampak nyaman berbaring dengan selimut tanpa takut kedinginan. Dia terlelap dengan wajah damai. Sudah lama tidak melihat Ken seperti ini; berbanding terbalik dengan Remi.

Lebam diarea pipi, bekas cekikan yang sudah membiru. Pembekakan dibagian dekat mata lalu kaki kiri yang nyaris remuk.

Ada lagi?

Ada!

Pergelangan tangan kirinya dirantai.

Haha|

Rasanya Remi ingin tertawa, mengasihani dirinya. Sungguh demi tuhan—dia tidak tahu apa-apa dan malah mendapatkan ini semua.

Pantaskah?

Pantaskah dia merasakan ini?

Entahlah~

Sudah 3 hari rasanya, Remi sama sekali tidak mendapat perawatan dan hanya mampu terbaring diranjang—meredam semua rasa sakit dengan tetap diam.

Ken senang melihat Remi tidak melakukan apapun. Entah alasannya apa, Remi tak tahu; hanya satu hal yang diyakininya baru-baru ini. Ken berubah.

Dia bukan Ken yang dulu. Hanya itu.


Sebuah keyakinan semu yang tidak bisa menghasilkan apa-apa selain ketidak berdayaan. Ironis.

"Ai...r..." Remi bersuara susah payah; seperti ikan yang kesusahan bernapas didarat. Mulut dan tenggorokannya kering.

Gadis itu melirik kenakas—kosong; tak ada apapun disana. Rasanya Remi terlalu takut membangunkan Ken, dia juga tidak akan bisa beranjak dengan kaki pincang dan sebuah rantai yang mengikatnya. Adakah pilihan lain?

"Argh..."

Remi mengubah posisi menjadi duduk, menyandarkan tubuhnya dikepala ranjang. Apa yang harus ku lakukan? Dewi batinnya bertanya-tanya.

Dia memejamkan mata sejenak, menghela napas panjang lalu—

"Apa yang kau lakukan?"

Deg!

Remi membuka matanya cepat; menoleh kesamping. Mata melotot dengan ekspresi dingin, bibir hanya membentuk sebuah garis lurus tanpa celah. Wajah yang dulu selalu tersenyum hangat pada Remi sudah lenyap, menyisakan kengerian yang membuat Remi ketakutan.

Deg!

Deg!

Deg!

Gadis itu pikir Ken masih terlelap, siapa kira dia tetap peka dengan pergerakan sekitar. Lelaki itu terbangun hanya karena helaan napas Remi. Sungguh mengerikan.

"A.. aku haus... Ken-Ch...an..." jawab Remi jujur apa adanya dengan nada terbata-bata. Mencoba teguh dengan keadaan, tetap berani membalas tatapan kekasihnya.

Dark-RomanceWhere stories live. Discover now