My Daddy!

314 76 14
                                    

Kurang lebih tiga puluh menit menunggu, akhirnya Dokter keluar dari ruangan dan memberitahukan bagaimana tentang keadaan Seulgi. Seulgi di duga overdosis obat tidur dan obat penenang, bersyukur Seulgi cepat di beri penanganan Dokter. Jika tidak mungkin saja sekarang Seulgi hanya tinggal nama. Ibu Jimin sangat syok mendengar penjelasan Dokter, padahal dia sudah sangat teliti memeriksa kamar Seulgi, agar gadis itu tidak menyimpan benda yang mampu membuat dirinya bertindak nekat. Tapi nyonya Park itu masih saja kecolongan.

Sedangkan ayah Jimin meminta Dokter melalukan yang terbaik untuk kesembuhan gadis malang itu, dan Dokter hanya mengiyakan permintaan ayah Jimin karena itu memang sudah menjadi tugasnya.

Flashback

Seperti malam malam biasanya, Seulgi akan terbangun dan susah untuk tidur. Seulgi kembali akan memikirkan ibunya, memikirkan kembali detik detik ibunya tiada karena kesalahannya, dan memikirkan bagaimana Jimin sampai keluar dari rumahnya sendiri hanya karena dirinya. Seulgi frustasi, dan nekat untuk meminum obat tidur dan penenang itu dengan jumlah yang cukup banyak.

Awalnya dia ragu, tapi Seulgi niatnya hanya ingin tenang dan bisa tidur kembali, atau bahkan lebih bagus lagi tidak bangun sama sekali menurutnya. Setelah menenggak obat itu, Seulgi merasakan jantungnya terasa seperti terbakar, kepalanya pening dan tenggorokan yang terasa perih. Di menit kedua setelah ia menenggak obat itu, mulut Seulgi mengeluarkan busa dan di detik itu juga Seulgi terjatuh karena mulai kehilangan kesadarannya.

Flashback of

***

"Ibu" panggil Jimin saat dirinya melihat atensi ibu dan ayahnya yang sedang duduk termenung di depan ruangan UGD, nyonya Park menoleh ke arah sumber suara yang memanggil namanya.

"Oh Jimin. Kau tahu ibu di sini?" kaget nyonya Park ketika mendapati atensi anaknya.

"Iya, tadi aku ke rumah dan nenek bilang ibu membawa Seulgi ke sini. Bagaimana keadaan gadis itu ibu? Dan bagaimana bisa dia masuk ke rumah sakit?" serentetan pertanyaan yang keluar dari mulut Jimin.

"Saat tadi kau menelpon ibu, ibu berjalan ke kamar Seulgi untuk mengeceknya. Dan saat ibu masuk, ibu sudah menemukan Seulgi tergeletak di lantai dengan mulut yang mengeluarkan busa, ibu panik dan meneriaki siapa saja yang ada sampai ibu lupa jika ibu sedang menerima telponmu. Ponsel ibu saja sudah tidak tahu entah kemana. Kata Dokter, Seulgi overdosis obat tidur dan penenang. Bersyukur dia cepat di bawa dan di tangani, kalau tidak bisa berakibat fatal. Jimin, ibu mohon padamu nak, bisakah kau berhenti menghakimi Seulgi? Anggap saja semuanya takdir yang sudah Tuhan tulis melalui tangan gadis itu, ibu mohon nak. Dia pasti tertekan sekarang!" ibu Jimin menjelaskan keadaan Seulgi dan di tambahi dengan nasihat di akhir.

Jimin hanya diam mencerna perkataan ibunya, diliriknya jam yang terlihat di ponselnya dan masih menunjukkan pukul dua dini hari. Jimin menyuruh ayah dan ibunya untuk pulang ke rumah, dan dia yang akan menunggui Seulgi di rumah sakit. Awalnya ibu Jimin tidak mau, tapi karena bujukan sang suami akhirnya nyonya Park beranjak meninggalkan rumah sakit.

Setelah kepergian ayah dan ibunya, Jimin melihat keadaan Seulgi dari depan pintu ruangan. Karena untuk saat ini Seulgi belum bisa untuk di jenguk, Dokter masih harus memeriksa keadaan Seulgi untuk menetralkan racun yang ada di tubuhnya.

"Maafkan aku Seulgi. Aku janji setelah ini tidak akan lagi menyudutkanmu. Aku akan menjagamu sama seperti janjiku dulu pada mendiang Sora noona!" gumamnya dan kembali duduk di kursi tunggu.

Flashback

Sebelum Jimin merencanakan makan malam bersama Sora di rumahnya waktu itu, Jimin dan Sora sempat jalan jalan berdua. Mereka membicarakan banyak hal, dari yang penting sampai yang tidak penting. Hingga sampailah pembahasan mereka tentang kehidupan Sora dan Seulgi dulunya pasca kematian Siwon. Bagaimana sikap Seulgi dan sampai bagaimana cara Sora bertahan seorang diri merawat Seulgi sekaligus harus bekerja.

Sora sangat menyayangi Seulgi, sudah jelas semua ibu sangat menyayangi anaknya. Tapi malam itu entah sudah mempunyai firasat atau apa, tiba tiba saja Sora bergumam meminta Jimin untuk menjagakan Seulgi untuknya. Jimin tentu tidak paham, tapi dia tetap mengiyakan permintaan Sora karena Jimin fikir Seulgi akan menjadi anak tirinya otomatis sebagai ayah sambung dia juga harus memperhatikan Seulgi selayaknya anak kandung.

"Jimin, bisakah kamu janji padaku untuk menjagakan Seulgi saat aku tidak ada?" ucap Sora menatap lurus ke arah langit malam.

"Aku pasti akan menjaga Seulgi, noona. Dia akan menjadi anakku, mana mungkin aku tidak menjaganya" balas Jimin, sambil menutkan jemarinya ke sela sela jemari Sora.

"Kau harus janji, Jimin. Apapun yang terjadi kau harus memperhatikan Seulgiku, aku sangat menyayanginya, dan hanya dia sati satunya harta tak ternilai untukku!" kukuh Sora, Jimin hanya menganggukkan kepalanya tanpa ambil pusing dengan perkataan Sora yang sedikit mengganjal di telinga.

Flashback of

***

Seulgi sudah menghabiskan satu cairan infus untuk penetral racun di tubuhnya, hanya tinggal menunggu kapan dia sadar dan semua akan baik baik saja. Bersyukur obat yang di konsumsinya secara berlebihan itu tidak berdampak serius kepada organ vital lainnya. Jimin masih setia menunggu, hingga kini matahari sudah mulai tampak di peraduannya. Menyambut pagi dengan sinar Indahnya, Jimin tak henti berdoa untuk kesadaran Seulgi.

Dia ingin meminta maaf pada gadis itu, membuka lembaran baru dengan status yang baru juga. Bukan lagi seorang daddy, mungkin bisa di mulai dari hubungan adik dan kakak. Walau bagaimanapun, Jimin masih sangat mencintai ibu dari gadis malang ini. Dan mungkin bisa saja nanti hati Jimin berpaling, tapi setidaknya tidak untuk waktu sekarang.

Ceklek

Suara pintu di buka terdengar di telinga Jimin, dan dengan sigap pria itu menatap siapa yang keluar dari ruangan, dan ternyata yang keluar itu Dokter yang menangani Seulgi. Dokter mengabarkan kalau Seulgi sudah siuman, dan akan di pindahkan ke ruang rawat yang lain. Jimin meminta Dokter memindahkan Seulgi ke kamar VIP demi kenyaman mereka dan Seulgi sendiri.

Jimin masuk ke dalam ruang UGD, sembari menunggu Dokter mempersiapkan kamar baru untuk Seulgi tempati. Jimin melihat Seulgi terbaring lemah dengan wajah yang pucat, dan dengan tangan yang di aliri cairan infus di tiang samping tempat tidurnya. Matanya terpejam, tapi Jimin tau bahwa gadis itu tidak tidur, mungkin hanya memejamkan mata saja sejenak.

"Seulgi!" sapa Jimin, dan benar yang di perkirakan Jimin. Gadis itu tidak tertidur, melainkan hanya memejamkan mata.

"Tu-tuan Jimin" ucapnya terbata, mungkin Seulgi masih takut dengan sosok Jimin yang kemarin sempat menyalahkannya.

"Panggil saja aku oppa, jangan panggil aku tuan, Seulgi. Aku ke sini mau meminta maaf padamu atas sikapku yang kekanakan akhir akhir ini, maafkan aku Seul. Bisa kita lupakan semuanya? Bisakah kita mengikhlaskan kepergiannya tanpa beban apapun lagi, dan ku harap kita bisa membuka lembaran baru" ucap Jimin tulus, Seulgi masih belum mencerna perkataan Jimin dengan baik. Dirinya baru saja siuman, tapi Jimin sudah mengajaknya bicara masalah yang berat.

"Bisakah kita bicarakan nanti, kepalaku masih sedikit pusing!" jawab Seulgi, dan Jimin menganggukkan kepalanya.

'Bodoh kau Park, dia baru saja siuman dan kai sudah mengajaknya bicara berat! Bodoh bodoh bodoh!' monolog Jimin dalam hati.

Tak lama setelah itu Dokter masuk kembali di ruangan Seulgi dan memberitahukan bahwa kamar VIP nya sudah siap dan Seulgi akan segera di pindahkan. 

Jimin menggeser posisinya agar memudahkan perawat untuk mendorong brankar Seulgi menuju ruang VIP.

'Cepatlah sembuh Seulgi!' sekali lagi Jimin bermonolog di dalam hatinya.

Tbc
Vomen





Short Story SeulMin (Seulgi Jimin)Där berättelser lever. Upptäck nu