Sorry

397 74 25
                                    

Sampai sekarang padahal ini sudah lewat tengah malam, Seulgi belum juga sadarkan diri. Semuanya berkumpul di ruangan VIP yang memang sudah di pesan khusus Seulgi. Kedua orang tua Chaeyong pun hadir, terkejut mendengar kabar bahwa Seulgi mengalami sakit yang parah.

Sementara di rumah, Jimin sedang berteriak memanggil manggil nama Seulgi. Mau tak mau bibi Shin menghubungi Min Young untuk membujuk Jimin. Min Young mengatakan pada Jimin bahwa Seulgi sekarang sedang pulang ke rumah orang tuanya, perihal memperingati hari kematian Ayah dan Ibunya.

Mendengar itu, Jimin kembali teringat dengan Chaeyong. Jimin menjadi sedih karena di detik terakhir calon istrinya itu pun dia tidak bisa mengatarkannya sampai ke tempat peristirahatan terakhir. Seketika fikiran tentang Seulgi kembali merajai Jimin, menurut Jimin Seulgi sudah lancang. Pergi tanpa memberinya kabar dan dengan seenaknya memperingati hari kematian orang tuanya.

"Sudahlah Jim. Berhenti memikirkan Chaeyong. Ikhlaskan dia, dan cobalah menerima kehadiran Seulgi. Berhenti menyakitinya. Anggaplah dia memang sudah menjadi takdirmu. Lupakan segala kenangan buruk yang terjadi di hidupmu, nak. Terima Seulgi, perlakukan dia sebagaimana dulu kau memperlakukan Chaeyong. Dengan kejadian ini tidakkah kau berfikir ini memang sudah suratan Takdir dari Tuhan. Kalau memang dasarnya kau berjodoh dengan Chaeyong, kenapa tidak dari dulu kau dengannya menikah. Tapi dengan Seulgi, hanya butuh waktu dua hari kalian sudah sah menjadi pasangan suami istri. Menikah itu hal yang sakral Jim. Berhenti main main. Ibu tahu kau merasa kehilangan. Tapi apakah pantas kau bersikap menghakimi seolah kau adalah Tuhan. Ibu mohon renungkan perkataan ibu. Ibu menyayangimu, nak!" ucap Min Young menasehati Jimin, belum lagi sempat untuk protes. Min Young sudah mematikan sambungan teleponnya.

"Sulit bu. Karena sudah terlalu banyak impian dan harapan yang aku bangun bersama Chaeyong!" gumamnya sendiri, tentu Min Young tak mendengar karena panggilannya sudah terputus.

***

Di ruang rawat Seulgi, tampak Min Young yang sedang duduk di kursi samping bankar Seulgi. Sedangkan suaminya dan kedua orang tua Chaeyong duduk di sofa yang letaknya juga tidak jauh dari bankar. Tak ada yang membuka percakapan, keadaan hening sekali bahkan suara perbuahan jam di setiap detiknya terdengar nyaring.

Min Young tak hentinya merapalkan doa untuk kesembuhan Seulgi, dirinya merasa menjadi orang tua paling buruk saat dirinya diam saja selama ini. Melihat perlakuan anaknya terhadap istri yang sudah mendedikasikan hidup untuk suaminya, dan mendapatkan balasan hinaan dan cacian di setiap harinya. Seharusnya di saat seperti ini, orang dengan kasus seperti Seulgi membutuhkan dukungan dan membutuhkan kasih sayang. Semoga saja setelah ini Jimin sadar kalau Seulgi tidaklah pantas untuk di sia-siakan.

"Eunghhh" lenguh Seulgi, seketika perhatian semua orang yang berada di sana teralihkan kepada Seulgi.

Seulgi menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, mencoba memahami situasi saat ini.

"Aku di mana?" gumamnya.

"Kau di rumah sakit, Seulgi. Tadi kau pingsan!" jawan Min Young, dan Seulgi pun teringat saat terakhir kali ketika Jimin marah padanya gara gara ice cream.

"Apa Jimin tahu aku di sini?" Min Young menggeleng samar, dan setelahnya Seulgi menghembuskan nafas lega.

"Saya mohon nyonya. Jangan katakan apapun..."

"Sejak kapan kau tau kalau kau sedang sakit?" potong Min Young.

"Saat di mana aku tidak sengaja menabrak mobil yang di kendarai Jimin dan Chaeyong" jawabnya nanar, Seulgi hanya menundukkan kepalanya.

Semua orang terkejut kecuali Min Young yang memang sudah tahu sejak awal. Ibu Chaeyong mendekati Seulgi dan menggenggam tangannya. Tanpa sadar ibu Chaeyong meneteskan air matanya, karena teringat dengan mendiang Chaeyong. Semuanya jadi merasa sangat bersalah, mungkin kematian dan kegagalan mereka menikah sudah jelas Takdir dari Tuhan, namun caranya saja yang membuat semua orang serasa enggan menerimanya.

"Maafkan saya nyonya Park! Karena saya, nyonya jadi kehilangan putri nyonya. Ampuni saya!" suara Seulgi bergetar menahan tangis, dirinya juga merindukan ibunya. Sangat.

Nyonya Park hanya diam menatap wajah pucat Seulgi, dan setelahnya mengatakan kalimat yang sangat mustahil untuk di katakan sebelumnya.

"Seulgi, maukah kau menggantikan Chaeyong untuk menjadi anakku?" entah itu sebuah pernyataan atau sebuah pertanyaan. Yang jelas semua yang ada di sana merasa terkejut, apa benar nyonya Park adalah orang yang sama dengan kemarin yang juga menginginkan Seulgi di penjara dan meminta Jimin untuk membalaskan atas kematian anaknya. Lantas ini apa?.

"Aku merindukan putriku. Aku ingin kembali mempunyai seorang putri. Aku ingin kau menggantikannya, ini bukan apa apa. Anggap saja ini sebagai permintaan dari seorang ibu yang merindukan putrinya. Aku ingin menyayangimu dan memberikan perhatianku padamu. Apa kau mau?" tanya nyonya Park, suaminya memeluk dan mengelus pundak nyonya Park yang sudah menumpahkan air matanya. Seulgi bingung, kenapa jadi begini dan insting Seulgi mengatakan ingin dan día menoleh ke arah Min Young, dan Min Young hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Sa-saya ma-mau nyonya!" jawab Seulgi dan dengan segera nyonya Park menarik Seulgi ke dalam pelukannya.

"Jangan lagi panggil aku nyonya, aku ibumu. Panggil aku ibu!" titahnya, mengurai pelukan.

"I-Ibu" turut Seulgi, dan lagi Seulgi tertarik ke dalam pelukan hangat itu.

Seulgi tidak menyangka jika dia akan di maafkan dan dí terima di kedua keluarga ini. Seulgi bersyukur setidaknya dí saat terakhirya día masih bisa merasakan kehangatan sebuah keluarga. Walau itu tidak di dapat dari suaminya sendiri.

Tbc
Vomen 😍😍
Nih buat yang minta Seulgi bahagia dikit wkwk 💕💕💕

Short Story SeulMin (Seulgi Jimin)Where stories live. Discover now