My Daddy!

436 81 43
                                    

Semua berjalan sesuai rencana yang di inginkan Jimin, licik memang memanfaatkan kesempatan yang ada demi sebuah restu calon sang anak tiri. Kini tinggal dia yang memikirkan langkah agar semua keluarganya menyetujui dan menudukung hubungannya dengan Sora.

Kemarin setelah cairan infus itu habis, Sora di perbolehkan pulang oleh Dokter dengan bekal pulang sebotol vitamin yang harus di konsumsi Sora untuk tiga hari ke depan. Melihat wajah ceria ibunya, Seulgi juga tidak tahan untuk tidak tersenyum.

'Maafkan aku ayah, aku hanya ingin memberikan kebahagiaan untuk ibu. Tapi aku akan tetap menjadi anakmu apapun yang terjadi nanti ke depannya' monolog Seulgi dalam hati.

***

Di kediaman keluarga Park, Jimin tengah duduk santai bersama ayah dan ibunya. Dia berbaring di pangkuan ibunya, dan menatap wajah wanita paruh baya itu dengan senyum tulus.

"Bu, apakah boleh aku mengundang Sora noona ke sini untuk makan malam?" tanya Jimin pelan, dia cukup ragu dengan jawaban apa yang akan di berikan ibunya atas pertanyaannya tadi.

Sang ibu hanya mengelus kepala Jimin pelan, sambil tersenyum hangat khas seorang ibu yang sedang memanjakan anaknya.

"Sejujurnya ibu merasa berat jika kau harus menjalin hubungan dengannya Jim, tapi apa ibu bisa memaksakan kehendak ibu? Jika menurutmu dia yang terbaik, apa salahnya. Ibu yakin pasti pilihanmu tidak salah.."

"Tapi jangan salahkan ayah dan ibu jika nenekmu berbicara yang mungkin akan
menyakiti hati kekasihmu nanti" sambar tuan Park memperingati.

"Jimin yang akan bicara pada nenek nanti!" ucapnya yakin. Sedangkan sepasang orang tua itu hanya menghela nafas pasrah akan keyakinan anak semata wayangnya.

Dan benar saja, setelah meminta izin pada ayah dan juga ibunya. Jimin bergegas menemui neneknya yang sedang istirahat di kamar. Jimin meyakinkan dirinya sendiri sebelum menemui sang nenek, Jimin sangat tahu kalau neneknya itu tipe orang yang tidak suka di bantah. Tapi ini bukanlah masalah sepele menurut Jimin, ini masalah hati dan siapapun tak berhak mengatur hatinya selain dirinya sendiri.

"Huuuhhhfttt, kau harus meyakinkan nenekmu apapun caranya Jimin. Semangat!" serunya pada diri sendiri.

Tok tok tok

"Nek apa aku boleh masuk?" tanya Jimin sebelum tangannya meraih kenop pintu yang bercat keemasan itu.

"Masuk saja!" terdengar suara neneknya menyahut dari dalam.

Segera Jimin membuka pintu dan masuk ke dalam serta tak lupa menutup kembali pintunya, karena sang nenek tidak suka jika pintunya terbuka.

"Ada apa Jim?" tanya nyonya besar itu.

"Hmm. Aku mau minta izin nenek untuk mengundang Sora noona untuk makan malam di sini" Jimin bicara to the point pada neneknya, dan seketika ekspresi wanita tua itu berubah datar.

"Bukankah nenek sudah katakan nenek tidak menyukainya Jim. Bukan maksud membencinya, tapi nenek hanya tidak merestui jika dirimu menjalin kasih dengannya, wanita itu bahkan seumuran dengan ibumu. Tidakkah kau merasa canggung jika harus bermesraan dengannya, dengan seseorang yang usianya terpaut jauh denganmu. Apa sesulit ini mendengarkan perkataan nenek?" Jimin terdiam sebentar.

"Nek, bukannya  Jimin tidak ingin mendengarkan perkataan nenek. Bukankah selama ini Jimin selalu menjadi cucu terbaik untuk nenek, mendengar semua apa yang nenek perintahkan. Dan tidak bisakah kali ini nenek yang menerima permintaan Jimin. Apa nenek tidak mau melihat Jimin bahagia, nek bahagia Jimin ada pada Sora noona. Jimin merasa nyaman bersamanya, ini masalah hati nek. Bukan masalah pekerjaan atau apapun. Nenek pasti pernah mengalaminya kan, nenek jatuh cinta pada kakek. Itu yang Jimin rasakan sekarang.."

Short Story SeulMin (Seulgi Jimin)Where stories live. Discover now