Sorry (End)

643 79 40
                                    

Dua hari di rawat dan akhirnya di perbolehkan pulang, tapi Seulgi masih dengan tekadnya yang tidak akan menjalani pengobatan apapun. Seulgi memang mengambil obatnya, tapi dia tidak akan meminum satupun dari obat tersebut. Bukannya menyiakan kesempatan yang ada, bahkan Dokter saja menjelaskan harapan untuk bertahan hanyalah sedikit.

Seulgi juga sudah pasrah, dia hanya berharap jika Jimin akan berubah sedikit demi sediki sebelum waktu kebersamaan mereka habis. Seulgi pulang ke rumah di antar dengan ayah dan ibu Chaeyong serta Min Young. Kalau tuan Seo sedang ada rapat penting di kantornya, dan sekarang cukup sibuk karena ikut membantu memantau jalannya perusahaan Jimin.

Jimin yang mendengar kegaduhan dari bawah meminta di antar keluar oleh bibi Shin, walau tidak bisa melihat, tapi Jimin tahu suara siapa saja yang sedang berbincang di bawah.

"Jimin!" sapa Seulgi, wajah gadis itu masih sedikit pucat tapi dirinya sudah cukup kuat jika Jimin meminta apapun.

"Kau sudah pulang? Bagaimana perjalananmu, apa kau bersenang senang di luar sana!" bentak Jimin, dia tidak perduli dengan orang yang berada di rumahnya, dirinya hanya kesal sebab Seulgi pergi tanpa memberinya kabar terlebih dahulu. Día merasa tidak di hargai sebagai seorang suami.

"Maafkan aku, aku tidak sempat mengabarimu kemarin. Sekali lagi maafkan aku. Apa kau membutuhkan sesuatu? Kau mau apa?" tanya Seulgi mengalihkan perhatiannya.

"Aku ingin makan ramyun, kau siapkan untukku dan bantu aku makan!" titahnya tegas, Seulgi hanya mengangguk dan tersenyum, sedangkan ibu Chaeyong menggeleng.

"Baiklah, tunggu sebentar!" Seulgi berlalu dari ruang tengah dan memasakkan ramyun untuk Jimin dan setelahnya membantu Jimin makan dengan menyuapinya.

Semua orang merasa lega karena Jimin tidak marah atau melakukan apapun pada Seulgi yang sudah menghilang dua hari. Apakah Jimin sudah mulai memikirkan perkataan ibunya untuk mulai mencoba menerima Seulgi.

"Jimin" panggil ibu Chaeyong, tampaknya wanita paruh baya itu benar benar dengan keputusannya untuk meminta Seulgi menjadi putrinya. Dia berniat memberi tahu Jimin akan perihal ini, dia bermaksud menyuruh Jimin untuk tidak lagi membenci Seulgi dan melampiaskan amarahnya pada Seulgi.

"Ya bibi!" sahut Jimin.

"Bibi ingin menyampaikan sesuatu sama kamu. Kalau mulai sekarang bibi akan menganggap Seulgi sebagai anak bibi, dan bibi minta sama kamu sudahi ini semua. Ikhlaskan Chaeng agar dia tenang di sana. Perlakukanlah Seulgi dengan baik. Bibi mohon Jim. Kalau tidak, terpaksa bibi akan mengambil Seulgi dari rumah ini!" peringat ibu Chaeyong.

Jimin hanya terdiam mendengar ucapan ibu dari mantan tunangannya, apa mungkin inilah pilihan yang tepat. Mencoba ikhlas dengan kepergian Chaeyong dan juga belajar untuk mencoba menerima kehadiran Seulgi. Sebagaimana pun jahatnya Jimin, Seulgi tidak pernah membalas perbuatannya. Jangankan mencelakai Jimin, untuk sekedar berkata kasar saja tidak.

"Akan ku coba" dan jawaban yang keluar dari mulut Jimin berhasil mengembangkan senyum semua orang yang berada di sana. Terlebih untuk Seulgi sendiri.

"Terimakasih tuan!" ucap Seulgi.

"Jangan panggil aku tuan. Panggil aku dengan namaku. Atau kau bisa memanggilku dengan sebutan oppa, karena usiaku berada dua tahun di atasmu!" suruh Jimin, dan Seulgi merasakan euphoria yang membuncah di hatinya. Kalau boleh jujur, detik di mana Jimin tidak lagi menolak perlakuannya, di situlah Seulgi mulai menaruh hati pada Jimin. Mustahil orang yang tinggal bersama dalam waktu hampir satu tahun, tidak menaruh rasa cinta. Jika tidak keduanya, mungkin salah satunya.

***

Semenjak hari itu hubungan Seulgi dan Jimin bisa di katakan ada perubahan, sikap Jimin tidak lagi kasar dan dingin. Bahkan sekarang apa apa mesti Seulgi, dari mulai bangun pagi harus ada Seulgi, kalau tidak dia akan berteriak menggemparkan seluruh rumah padahal jelas jelas Seulgi tengah membuatkan dia sarapan.

Short Story SeulMin (Seulgi Jimin)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora